2 One : Evelynn Rosemary Avaron

----- 25 LastSummer 7779 ------

'Chirp...! Chirp...!'

Suara itu terdengar samar-samar dari luar, bersamaan dengan cahaya jendela yang menyusup masuk lewat sela-sela tirai hijau gelap yang tipis. Sudah cukup lama cahaya itu menyentuh kulit putih mulus seorang wanita dengan gaun tidurnya yang juga terbalut selimut. Tak ada pergerakan kecuali dadanya yang dengan tenang mengembang dan mengempis. Helai rambutnya yang keemasan membiaskan cahaya yang menghujaninya.

'Hangat'.

Jemari manis gadis itu terbangun, diikuti dengan pergerakan kelopak matanya yang lemah, memperlihatkan manik hazel yang tentram. Ia mengusap matanya sebentar, lalu menoleh pada sumber cahaya yang membasahi tubuhnya.

"..."

Tak lama si gadis terduduk di samping tempat tidurnya, meninggalkan helai selimut nyamannya berserakan di belakang. Diregangkannya kedua tangan ke atas. Ia menguap sebentar, ujung bibirnya terangkat tipis seraya gadis itu menyelami pikirannya. Setelah beberapa saat termenung, sang pemilik surai emas mulai melepaskan diri dari tempat tidurnya yang menggoda. Entah dari mana datangnya energi semangat, namun yang pasti ia langsung melompat mendekati jendela dan menarik tirainya. Kini cahaya matahari hangat tidak lagi malu-malu menyusup masuk.

Dibukanya jendela itu, lalu tangannya bertumpu di jendela. Iris hazelnya meresapi pemandangan pagi dari sebuah desa yang menyegarkan. Dihirupnya udara segar yang dingin sedikit menusuk.

Ia tersenyum.

"Selamat pagi, Rosmaid".

----------

"Evelynn, apa kau bisa bantu kami? Kami agak bingung dengan apa yang harus kami cari di sekitar desa"

"Hei, Eve, aku ingin memberitahumu bahwa bahan untuk memperbaiki fasilitas desa kini sudah kurang dari persediaan dan kita punya banyak bangunan yang rusak, bisakah kamu..."

"Eve! Berita buruk, entah kenapa domba-domba yang kabur sudah ada di seberang sungai, apa kami harus mengejarnya dan menuntunnya kembali? Tapi bukannya di sana ada..."

"Evelynn!"

Sosok gadis yang dikerubungi manusia-manusia di sekitarnya hanya bisa tertegun sambil terus berjalan pelan-pelan, berusaha untuk tetap tenang di antara panggilan-panggilan dari segala penjuru. Belum sempat ia ingin menjawab, sudah ada pertanyaan lain yang dilayangkan padanya. Ia mendesah panjang ketika panggilan-panggilan itu berujung kericuhan karena semua ingin lebih dulu dijawab.

Oh dear, batinnya.

"Okay, okay, semuanya, mohon berhenti, aku tak akan menjawab jika keributan ini terus berlanjut," Evelynn membuka jalan di depannya lalu berbalik dan menghadap mereka. Ia berkacak pinggang, dengan tangannya menggenggam erat sebuah lapboard berisi beberapa lembar dokumen yang ia jepit di sana.

Suasana tiba-tiba sunyi, dengan semua mata menuju Evelynn. Gadis itu tersenyum simpul lalu membaca lembar dokumen yang ia pegang.

"Baiklah, untuk awalan, aku akan menjawab pertanyaan Gwen, sebelumnya aku menugaskan timmu untuk mencari barang-barang berguna yang mungkin saja berserakan di sekitar desa, benar?" Evelynn melirik seorang gadis dengan rambut kecoklatan pendek yang paling awal bertanya. Gwen mengangguk kecil menjawab pertanyaannya.

"Ya, barang-barang yang kumaksud di sini adalah barang-barang yang masih memiliki kegunaannya. Semisal, kau menemukan sebuah kain perca, maka ambillah karena kain itu dapat kita gunakan kembali untuk berbagai hal. Begitu pun jika kau mungkin saja menemukan bahan setengah jadi atau alat-alat yang masih bagus dan dapat digunakan, kumpulkanlah. Oh ya, jangan lupa menyortir semua yang kau temukan berdasarkan bahannya. Kumpulkan juga barang sampah dan pisahkan untuk dibakar nanti malam".

"Kuharap tugas itu dapat selesai nanti malam, oke? Apa aku perlu mengulang?" Evelynn menatap Gwen yang kini alisnya terangkat dan mengangguk-angguk mengerti. "Baiklah, aku akan beralih. Devon, kau dan timmu bertugas mengumpulkan kembali ternak yang kini terbebas, betul?" Evelynn melirik dokumennya lagi. "Oh ya, tim penjaga dan patroli sudah menyerahkan laporan padaku kemarin malam, dan syukurlah, tidak ada tanda-tanda sisa-sisa prajurit yang masih di sini untuk melakukan serangan lain. Sudah beberapa hari ini juga tak ada tanda-tanda akan terjadi perang selanjutnya. Kita sudah bisa keluar dari garis aman".

"Jadi kuharap kalian bisa mengumpulkan kembali ternak-ternak yang menghilang sebelum matahari terbenam. Berusahalah untuk mencari semuanya, lalu lapor kembali pada Derek nanti malam. Aku khawatir serigala hutan akan memangsa mereka jika ternak-ternak yang terlepas dibiarkan terus," Evelynn memberikan senyuman tipis pada Devon, yang kini wajahnya sedikit merona.

"B-baiklah, terima kasih Eve!"

"Selanjutnya, Troy. Timmu bertugas memperbaiki fasilitas desa yang rusak. Kalian sudah melakukan pendataan kan? Utamakan fasilitas yang paling mendukung keberlangsungan aktivitas Rosmaid. Aku sarankan untuk gudang utama Desa dan juga saluran air yang mungkin saja rusak. Kalau bisa, setidaknya dua hal itu selesai hari ini juga, mengingat anggota tim kalian ada banyak".

Evelynn menghela napas lega lalu menutup lapboardnya. Ia tersenyum kepada orang-orang yang masih menunggunya. "Untuk pertanyaan-pertanyaan lain yang tidak terlalu mendesak akan kujawab di saat rapat, sekarang bubarlah dan lakukan apa yang kalian bisa untuk sekarang ini, oke?" gadis itu memberikan senyuman terakhir pada semuanya lalu beralih pergi. Ia cukup beruntung untuk berhenti dengan refleks ketika tiba-tiba dua orang pemuda desa melewatinya dengan mengangkat balok-balok kayu besar.

"Oops, maaf, Eve. Biarkan kami lewat dulu!"

"Yeah, tentu. Selamat bekerja!" Evelynn melambai pada dua pemuda tersebut lalu kembali berjalan di tengah kerumunan orang-orang yang beraktivitas di jalan tersebut. Ibu-ibu yang tengah membawa keranjang pakaian untuk dijemur, bapak-bapak yang sibuk memindahkan barang, bahkan anak-anak yang berlalu lalang. Ada yang bermain, ada pula yang membantu orangtua nya bekerja.

Eve tersenyum sendirian. Gadis itu sangat menyukai pemandangan ini. Pemandangan desa yang ramai akan aktivitas dan kehangatan penghuninya. Pemandangan yang dapat ia lihat setiap harinya, Rosmaid dengan kehangatannya. Ia mengenal baik hampir semua warga di sana, baik tua dan yang muda. Ia sudah hapal setiap sudut desa dan jalan-jalan kecilnya. Berbagai rahasia kecil yang ada di Rosmaid pun telah ia ungkap sendiri.

Eve sangat mencintai tanah kelahirannya ini.

"Derek!" Panggil Evelynn seraya ia keluar dari keramaian menuju halaman sebuah rumah hingga sampai di padang rumput. Sepatu selopnya dengan hati-hati menghindari genangan lumpur kecil, hingga ia sampai di depan dua figur memiliki perbandingan tubuh cukup jauh.

Laki-laki kekar yang tengah memegang sebuah busur tersenyum dan melambaikan tangan. Seketika tatapannya berubah menjadi sedikit mengejek.

"Hei, aku tak menyangka akan ada hari di mana seorang wanita cantik yang duluan menghampiriku," katanya sambil terkekeh kecil. Ia merangkul seorang anak laki-laki yang sedari tadi berada di sebelahnya dan juga memegang sebuah busur dan anak panah.

"Oh yeah, andaikan ada sebuah penghargaan untukmu," Evelynn meninju kecil perut sang laki-laki kekar, diakhiri dengan tangannya melipat di dada. "Kau tahu kan ini sudah jam berapa, De~rek?".

"Oh, sial-" belum sempat memukul kepalanya sendiri dan mengakhiri kata-katanya, laki-laki kekar yang dipanggil Derek itu berhenti dan menutup mulutnya. "... Maksudku, maaf, aku lupa. Adikmu di sini sedang mengalami peningkatan pesat dalam latihannya sampai-sampai aku larut dengan melatihnya".

Keduanya terdiam beberapa saat, namun Derek tak bisa menahan tawanya ketika ia bertatapan dengan Evelynn yang juga balas menatapnya. "Astaga, Evelynn. Berhentilah membunuhku dengan tatapan tajammu. Serius, kemampuan memanah Adikmu berkembang pesat".

"Baiklah," Evelynn tertawa kecil. Derek mungkin memiliki perawakan yang berantakan dan terlihat galak, tapi hal paling buruk yang pernah ia lakukan adalah mengutuk kata paling kasar. Kepala desa muda itu bahkan tidak bisa berkata kasar di depan Evelynn, dan hanya gadis itu yang tahu alasannya.

Eve beralih pada si anak laki-laki yang kini hanya terkekeh kecil mendengar pembicaraan mereka berdua. "Luke, bagaimana latihanmu?" jemarinya menyentuh helai rambut coklat terang milik anak yang dipanggilnya Luke.

"Kau tak percaya, aku menembak tepat di pusat lingkaran berturut-turut," Luke menggesek hidungnya dengan jari lalu tersenyum lebar. "Kuharap kau akan melihat tembakanku yang ke-enam, dan aku akan melakukannya sambil berlari".

Evelynn hanya bisa tersenyum halus lalu mengelus rambut adiknya. "Jujur saja, aku ingin melihatnya, tapi ada banyak hal yang harus kulakukan untuk desa," hembusan napas terlepas pelan. "Kau tahu ini hari spesial, kan? Derek dan aku harus mempersiapkan segala hal".

"Oh," raut wajah Luke perlahan berubah, namun langsung ia tutupi kembali dengan senyuman.

"Baiklah, tentu saja, Kak. Aku juga baru ingat, aku harus membantu Bibi Annie menimba air di sumur".

"Baguslah, kau anak yang baik," Kedua tangan Evelynn menyentuh pundak Luke kemudian mengecup keningnya. Ia beralih pada Derek yang sedari tadi menonton keduanya. "Derek, tolong persiapkan balai desa untuk rapat siang nanti. Aku harus menganalisis peningkatan Rosmaid untuk jadi pedomanmu ke depannya".

"Yes, Ma'am," Derek terkekeh kecil, ditaruhnya busur di punggungnya sendiri dan anak panah sisa di kantung pinggangnya. "Evelynn, aku tak menyangka harus bilang ini, tapi kenapa orang se-sempurna dirimu benar-benar ada?"

"Maksudku, kau cantik, dengan surai emasmu yang bercahaya. Kau sangat lembut dan sopan. Kau juga sangat aktif dalam membantu pembangunan desa. Orang-orang bahkan suka salah mengira kau adalah kepala desa yang sebenarnya".

Evelynn tertawa kecil. "Astaga, Luke, jangan dengarkan itu, pujian dari seorang stalker," gadis itu membenarkan rambutnya emasnya yang diterpa angin.

Ia enggan mengakuinya, tapi begitulah sosoknya ini. Seorang wakil kepala desa yang cekatan dan begitu tekun dengan pekerjaannya. Gadis yang sejak lahir memiliki rambut pirang yang berkilau dalam bias cahaya, dengan kulit sedikit pucat namun bersih, tubuh ideal yang feminim, dan sifat manisnya yang sudah diajarkan orang tuanya sejak kecil.

Itu semua menjadikannya seorang kembang desa dari Rosmaid. Sudah beberapa kali bangsawan kerajaan datang untuk melamar, namun ditolak karena Evelynn terlalu muda untuk pernikahan. Meskipun sekarang usianya sudah cukup untuk menikah, namun ia tetap bersikukuh untuk tidak menikah. Entah berapa laki-laki yang mendekatinya namun ia abaikan.

Ia masih belum ingin berpindah hati.

"Kau bilang begitu, tapi aku tahu di hatimu, kau senang," Derek terkekeh kecil dan berkacak pinggang, membuat Evelynn mau tak mau meninjunya kembali di perut. "Ouch," Derek berpura-pura merintih.

"Diamlah, dasar perayu wanita," dengusnya kecil, sebelum kemudian samar-samar ia mendengar panggilan namanya dari kejauhan. Evelynn menghela napas, dan menoleh ke arah sumber suara.

"Baiklah. Panggilan kerja. Aku tak bisa berlama-lama di sini," gadis itu memberikan senyuman tipis pada Luke dan Derek. "Derek, segera ke balai kota, dan Luke, cepatlah, Bibi Annie menunggumu".

"Dah, sampai berjumpa lagi," ucap Eve sambil berbalik dan melambaikan tangan.

Kakinya kembali melangkah menghindari genangan lumpur kecil. Perlahan senyuman tipisnya memudar. Evelynn menunduk, meskipun sebenarnya ia tidak memerhatikan jalan yang akan dipijaknya. Ia menghela napas.

"Evelynn, ada yang ingin kami tanyakan!"

Oh well. Ini lah dia. Evelynn Rosemary Avaron.

Hari ini adalah hari yang spesial. Maka dari itu Eve harus mengerahkan seluruh kemampuannya untuk melakukan yang terbaik.

----------

avataravatar
Next chapter