webnovel

Naruto Namikaze Chapter 39

Kantor Hokage

Tsunade, Hiruzen dan Shizune tiba di kantor Hokage dan terkejut melihat Minato, Kushina, Jiraiya dan Kakashi semua berdiri di sana sedang mengobrolkan sesuatu sebelum melihat kelompok yang baru tiba.

"Ahh aku senang kalian semua ada di sini. Jiraiya memiliki informasi penting untuk kita, dimana kalian bertiga juga perlu mendengar ini." ucap Minato, meskipun ketiga orang yang baru datang melihat dia memiliki senyum bahagia terpampang di wajahnya.

Tsunade, Hiruzen dan Shizune memandang ke arah Jiraiya yang tampak sedikit lebih serius daripada yang biasanya, sementara Kakashi dan Kushina berdiri di samping.

"Ramalan dari katak telah berubah dan aku sekarang tahu dengan pasti siapa yang disebutkan dalam ramalan itu. Ramalan itu berbicara tentang dua anak yang lahir dari dua orang tua yang kuat yang tinggal di desa konoha, mereka akan menyebabkan revolusi besar di dunia kita dan akan membawa kita ke era perdamaian."

Mereka bertiga mengangkat alis mereka, lalu Hiruzen angkat bicara. "Aku sepertinya tahu tentang siapa yang kau maksud, tapi aku tetap ingin kau yang mengatakannya."

"Mito dan Eiji, aku memiliki firasat bahwa mereka adalah anak-anak dalam ramalan. Aku yakin itu, begitu juga Minato, Kushina dan Kakashi."

"Baiklah, itu bagus dan kabar menyenangkan." Tsunade menyela sambil berdiri dengan tangan di pinggul. "Tapi mengapa mengumpulkan kita semua seperti ini? Tentunya ini adalah sesuatu yang bisa kau katakan pada kami di lain waktu."

"Karena Eiji dan Mito adalah Anak-anak dalam ramalan, kita butuh mempersiapkan mereka untuk siap ketika waktunya tiba. Kita tahu ini lebih awal, tetapi kami juga berpikir yang terbaik adalah memulai pelatihan mereka lebih awal; untuk membuat mereka sekuat mungkin ketika saatnya tiba. " Kata Kushina, mengejutkan ketiga orang yang baru datang.

"Kushina-sama bukankah kau pikir umur lima tahun itu sedikit terlalu muda. Maksudku ya kami bertiga mulai melatih Naruto ketika dia berusia lima tahun, tapi itu karena serangan Kyuubi. Aku yakin si kembar tidak akan mengalamii insiden seperti itu selama masa muda mereka. "

"Meskipun itu benar Shizune-san, si kembar istimewa karena kita baru tahu itu, sementara Naruto tidak. Kita tahu apa yang kita lakukan." Jiraiya berkata sementara Kakashi mengangguk. Tsunade, Shizune dan bahkan Hiruzen sedikit terkejut mendengar komentar dari Jiraiya, tetapi menghilang karena mereka tahu betapa salahnya Jiraiya. Kushina dan Minato sedikit terkejut juga oleh komentarnya, namun tidak melakukan apa-apa.

"Anyway dengan informasi ini kita semua perlu untuk mulai melatih mereka sesegera mungkin. Kami ingin membuat jadwal untuk mereka, dan apa yang akan kita ajarkan kepada mereka." Kata Minato. "Kami berpikir aku akan mengajari mereka taijutsu, Kushina dapat fokus pada fūinjutsu dan mungkin Kenjutsu, Kakashi akan melatih menyelinap dan membuat perangkap. Tsunade dan Shizune, jika kalian mengajarkan ninjutsu medis maka kita bisa-"

"Tidak."

Kepala Kakashi, Jiraiya, Kushina dan Minato menoleh tajam ke Tsunade yang memelototi mereka semua. Hiruzen dan Shizune berdiri di belakangnya dan hanya memiliki ekspresi datar di wajah mereka.

"Tidak? Apa maksudmu tidak, Tsunade-sama?" Kakashi bertanya.

"Menurutmu apa artinya Hatake? Aku tidak akan melatih mereka. Aku sudah berjanji untuk membantu Naruto dengan pelatihannya untuk ujian chunin. Kami sudah memiliki jadwal untuknya dan kami bertiga telah berjanji padanya."

"Hime." Kata Jiraiya berjalan maju dan menyentuh bahunya. "Si kembar lebih penting. Kita dapat dengan mudah menemukan seseorang untuk mengambil alih pelatihan Naruto untuk 1 bulan itu. Aku yakin si gaki akan mengerti. Si kembar harus didahulukan dalam hal ini." ucap Jiraiya sebelum dia merasakan rasa sakit yang hebat di tangannya ketika Tsunade meremasnya dengan erat, menyebabkan beberapa tulangnya sedikit retak.

"Dan kapan kau akan mengerti bahwa aku tidak akan memalingkan punggung ku padanya saat dia membutuhkan ku. Tidak seperti beberapa orang." Ucap Tsunade ketika dia berbalik dan mulai berjalan keluar dari kantor.

"Apa maksudmu dengan itu? Tidak ada yang mendukung Naru-chan?" Kushina berkata sedikit mengernyit mendengar pernyataan itu, dan merasa lebih bingung ketika dia mendengar nada Tsunade yang terdengar mengejek.

Tsunade meninggalkan ruangan itu sementara Hiruzen dan Shizune mengucapkan selamat tinggal sebelum pergi bersama dengan wanita Senju.

"kau baik-baik saja, sensei?" Minato bertanya ketika Jiraiya memegang tangannya. "Aku terkejut Tsunade mengatakan tidak. Kupikir dia akan setuju pada kesempatan untuk mengajar si kembar."

"Jangan khawatir tentang dia. Aku akan berbicara dengannya dan aku akan menunjukkan kepadanya bahwa si kembar membutuhkannya lebih daripada Naruto. Kita dapat meminta seseorang melatih anak itu, kan?" Jiraiya bertanya sementara Minato dan Kushina mengangguk. "Mereka perlu melihat bahwa Mito dan Eiji akan lebih membutuhkan bantuan kita daripada Naruto. Ini untuk kebaikan yang lebih besar."

"Baik." Kata Kushina. "Namun tolong jangan katakan bahwa Naruto tidak spesial Jiraiya. Dia spesial dan aku tidak ingin orang-orang mengatakan dia tidak spesial. Semua anak memiliki ke istimewaan mereka masing-masing." Kushina memelototinya sedikit, sementara Minato duduk dan menarik napas dalam-dalam sementara Kakashi mengangkat hanya bahunya dan melompat keluar jendela sambil mengeluarkan buku Icha Icha-nya.

"Aku tahu aku tahu." Jiraiya berkata dengan cepat mengabaikannya, tetapi tidak ingin membuat marah si rambut merah. "Yah, aku akan menemui kalian semua besok. Namun, aku harus melakukan penelitian ...," katanya dengan mesum sebelum menggunakan shunshined.

"Pria itu tidak akan pernah berubah." ucap Kushina, sementara Minato tersenyum sedikit pada perilaku sensei-nya.

----------------------

Dengan Naruto

"Untung Tou-san dan Kaa-san tidak ada di sini, kalau tidak mereka mungkin tidak akan menyetujuiku mencoba mempelajari apa yang aku butuhkan untuk teknik itu." Naruto berkata pada dirinya sendiri ketika dia dengan cepat membuka pintu ke kantor ayahnya dan menyelinap masuk.

Berjalan masuk, dia dengan cepat berjalan menuju meja ayahnya dan kemudian berlutut. Naruto memukul bagian bawah meja tiga kali sebelum sebuah kabinet kecil tiba-tiba terbuka dan memperlihatkan beberapa gulungan.

Dia menemukan kabinet rahasia ini secara tidak sengaja ketika dia tersandung kakinya sendiri ketika dia berusia tujuh tahun, dan melihat kabinet kecil yang tersembunyi itu. Setelah menemukan cara membukanya, dimana ternyata caranya cukup mudah, dia terkejut karena ayahnya tidak memasang semacam segel pengunci di sekitarnya.

'Sedikit kesalahan pemula, tapi Tou-san mungkin tidak pernah membayangkan seseorang benar-benar memiliki keberanian untuk melakukan ini.' Naruto berpikir, sedikit tersenyum. 'Aku pikir Tou-san tidak akan senang bila mengetahui ini, tapi dia berutang setidaknya padaku sebanyak ini.'

Ketika dia melihat-lihat gulungan, dia dengan cepat melihat sesuatu yang dia cari. Di sisi gulungan itu ada peringkat jutsu yang Naruto ingin pelajari.

Itu adalah jutsu peringkat A dimana semua orang mungkin mengatakan bahwa Naruto belum siap, tapi Naruto berpikir sebaliknya.

Dari pergelangan tangan kanannya ia dengan cepat membuka gulungan dan kuas dengan sedikit tinta dan dengan cepat membuka gulungan dari meja dan mulai menyalin isi yang telah dituliskan di gulungan itu.

Berkat belajar fūinjutsu, kecepatan menulisnya sangat cepat dan dia dengan cepat bisa menyalin semua isi gulungan dalam waktu kurang dari satu menit. Matanya bergerak menelusuri gulungan salinan yang baru saja dia buat, untuk memeriksa semua yang dia butuhkan sudah tertulis di sana.

Ketika dia melihat sudah lengkap semua, Naruto dengan cepat menyegel peralatannya bersama dengan gulungan baru, kemudian menempatkan milik ayahnya kembali ke dalam kabinet dan menguncinya.

Dia dengan cepat bangkit dan meninggalkan kantor. Ketika dia menutup pintu di belakangnya, dia menunjukkan seringai kecil di wajahnya. Dia tidak pernah berhenti takjub bila memikirkan bahwa dia bisa mengambil jutsu dari perpustakaan ibu dan ayahnya kapan saja dia mau dan tidak pernah tertangkap. Bahkan Naruto berhasil melakukannya suatu malam ketika semua orang berada di rumah.

"Dan juga Shizune nee-san memang mengatakan aku memiliki keterampilan menyelinap yang cukup mengesankan. Aku mungkin bisa mencoret-coret monumen Hokage di siang bolong jika aku mau, dan masih bisa lolos tanpa di ketahui siapa-siapa."

Dia tahu ayah dan ibunya mungkin akan sedikit tidak senang ketika mereka tahu Naruto mempelajari jutsu ini, tetapi reaksi di wajah mereka dan semua orang ketika dia menggunakan jutsu ini akan sangat berharga.

Setelah menggelengkan kepalanya, dia pergi ke kamarnya dan kemudian mulai belajar dari buku fūinjutsu Level empatnya.

------------------------

Hari berikutnya dengan Anko

Anko sedikit terengah-engah ketika dia menghindari serangan dari Ibiki Morino, seorang pria berusia dua puluhan awal yang bekerja untuk divisi T&I di Konoha. Sejak Anko tiba di Konoha, Ibiki menaruh minat padanya dan menunjukkan satu atau dua hal pada Anko dari waktu ke waktu.

Dan juga alasan Anko suka nongkrong di gedung T&I adalah, Jeritan siksaan dari divisi itu adalah musik bagi telinganya.

Di sisi lapangan adalah Kurenai Yuhi yang menonton Anko melawan Ibiki, karena keduanya telah setuju untuk membantu Anko untuk bersiap di ujian berikutnya.

'Aku tidak akan membiarkan jarak kekuatan Naruto dan Itachi semakin besar dariku. Aku harus mengejar ketinggalan. Terutama jika aku ingin membunuhnya suatu hari nanti. ' pikir Anko, sebelum dia maju dan menyerang Ibiki menggunakan Taijutsu sambil menggunakan ular-ularnya untuk mencoba dan menggigitnya.

---------------------------

Dengan Itachi

Itachi duduk bermeditasi di tengah-tengah salah satu lapangan pelatihan Uchiha dengan mata terbuka lebar menunjukkan Sharingan yang sudah matang memindai ke sekitar area.

Setelah beberapa saat, rentetan shuriken melesat ke arahnya. Namun Itachi dengan cepat bangkit dan dengan sangat cepat melempar shurikennya sendiri yang mengenai semua shuriken yang terbang ke arahnya.

Ketika dia berdiri, ibunya muncul di belakangnya dan menyerang ke arahnya dengan tanto, tetapi alih-alih bergerak, Itachi membiarkan pedang mengenainya. Ketika itu terjadi bukannya darah muncrat ke udara, tapi tubuh Itachi hanya memudar seperti fatamorgana.

"Sangat bagus Itachi-kun." Mikoto berkata sambil dia melihat ke arah kanannya, melihat Itachi berdiri di sana dan mengangguk pada ibunya, kemudian Sharingan Mikoto aktif dan kemudian dengan cepat berlari lagi ke arah Itachi untuk menyerangnya.

Dengan Naruto

Naruto bernafas dengan tenang saat dia memegang Shusui yang masih di sarungnya pada tangan kirinya sambil berjongkok di tempatnya. Matanya terpejam dan dia fokus pada segala sesuatu yang ada di sekitarnya. Dia bisa mendengar dan merasakan segala sesuatu dan semua orang di sekitarnya, termasuk Shizune dan Hiruzen yang menonton dari samping.

Ketika dia selesai mengambil napas, matanya terbuka lebar, dan dengan kecepatan tinggi Naruto melesat maju sebelum berhenti tepat beberapa meter di depan batu besar yang menghalangi.

Pedangnya sekarang sudah keluar dari sarungnya, tetapi Naruto perlahan-lahan menyarungkannya kembali. Tepat sebelum dia memasukkan pedangnya sepenuhnya, Naruto bergumam pelan sebelum suara dentingan pedang yang sepenuhnya masuk sarung berbunyi, bersamaan dengan suara retakan keras untuk didengar.

Semua orang menengok untuk melihat batu itu sekarang terpotong menjadi dua.

Naruto menyeringai sementara Shizune memandang ke arah Hiruzen yang memiliki senyum yang sama di wajahnya.