webnovel

NARA #26

"Kak Dev, kenapa akhirnya jadi begini? Kenapa Mama malah minta cerai sama Papa?" Tanya Kay dengan nada yang bergetar tapi masih bisa di dengar oleh Dev.

"Sudahlah, Kay. Selama ada Kakak di sini, kamu akan baik - baik saja." Dev mengusap rambut Kay dengan lembut untuk menyalurkan ketenangan pada sang Adik.

"Aku tidak akan setuju bercerai denganmu. Aku masih mencintaimu dan anak - anak kita. Kamu tidak berhak mengambil keputusan secara sepihak seperti ini." Papa Dev mulai merendahkan nada suaranya setelah mendengar kata cerai yang dilontarkan oleh Istrinya.

"KAU SUDAH BERSELINGKUH DI BELAKANGKU..!! KAU TIDAK PANTAS UNTUK TINGGAL BERSAMA DENGAN KAMI LAGI..!! PERGI DARI SINI..!! AKU SUDAH CUKUP MUAK BERTENGKAR TERUS DENGANMU..!!" Teriak Mama Dev yang semakin gusar melihat ekspresi yang ditunjukkan oleh sang Suami.

"Aku tidak melakukan kesalahan apapun! Wanita j*lang itu yang mencoba merayuku. Dia membuatku buta dengan menunjukkan lekuk tubuhnya itu. Aku akan memecatnya, asal kamu tidak menceraikanku. Jangan pernah ucapkan kata cerai..!! Aku tidak akan menyetujuinya sampai kapanpun. Aku tidak bisa berpisah dengan kalian." Papa Dev pun mulai memohon dengan Istrinya.

"TIDAK PERLU..!! AKU YANG AKAN MEMECATNYA..!! DEV SUDAH DEWASA, DIA SUDAH BISA MENGAMBIL ALIH PERUSAHAAN. AKU TIDAK AKAN MEMBERIKAN SEPESERPUN PADAMU..!! KAU BOLEH ANGKAT KAKI SEKARANG JUGA DARI RUMAH INI..!! DAN MULAI BESOK, KAU TIDAK PERLU LAGI DATANG KE KANTOR..!!" Mama Dev pun langsung meninggalkan suaminya yang sudah terlihat emosi dengan keputusan yang diambilnya.

Sepasang Suami Istri itu sebenarnya memiliki status sosial yang sangat berbeda. Mama Dev berasal dari kalangan atas, sedangkan Papa Dev hanyalah rakyat biasa. Mereka saling mencintai sejak duduk di bangku kuliah. Mereka pun menikah setelah bersusah payah mendapatkan restu dari Orangtua dari Mamanya Dev.

Perusahaan memang diwariskan langsung oleh Kakek Dev kepada Dev saat dia dilahirkan. Tapi, selama Dev masih belum memasuki usia dewasa, Perusahaan ditangani oleh Papa Dev. Kenapa? Karena Mama Dev tidak suka bekerja di Perusahaan. Dia lebih memilih menjadi Model Internasional, karena sudah sejak lama menyukai karir dalam Dunia Modelling.

Saat semuanya sudah hening, Dev membawa Kay masuk ke dalam rumah. Tapi tidak melalui pintu depan, melainkan mereka masuk dari pintu dapur. Dev tidak ingin bertemu dengan kedua orangtua yang egois itu.

Dev mengantarkan Kay sampai ke kamarnya dan berkata dengan lembut, "Kay, kamu istirahat dulu ya. Jangan pikirkan masalah tadi. Itu urusan Orangtua, jadi anak kecil sepertimu tidak boleh ikut campur. Oke?"

Kay hanya menganggukkan kepalanya dan menjawab dengan singkat, "Iya, Kakak." Kay pun menutup pintu kamarnya dan mulai berganti pakaian. Dia sebenarnya tidak peduli jika kedua Orangtuanya bertengkar setiap hari, karena hal itu sudah biasa baginya. Tapi, ini kali pertamanya mendengar kata CERAI dari mulut kedua Orangtuanya.

'Cerai? Kalau Papa dan Mama cerai, bagaimana dengan Kay? Teman - teman Kay pasti mengejek dan mengolok - olok Kay nantinya. Seharusnya mereka tidak egois seperti itu. Kay kan masih sekolah, apa Papa dan Mama gak bisa menunda perceraiannya sampai Kay lulus sekolah saja?' Kay hanya bisa mengumpat dalam hati sembari merebahkan tubuhnya di atas ranjangnya.

Setelah lelah mengumpat dalam kesendirian, akhirnya Kay tertidur. Tidak jauh beda dengan Kay, Dev pun sudah merebahkan tubuhnya di atas tempat tidurnya sambil menerawang langit - langit kamarnya.

"Kenapa harus kata cerai yang diucapkan Mama? Apa benar Papa selama ini selingkuh dengan Sekretarisnya?" Dev berkata - kata dengan suara yang sangat halus, sehingga tidak ada seorang pun yang bisa mendengarnya kecuali dirinya sendiri.

"Kalau memang benar adanya, gue harus bisa menggantikan Papa. Gue harus belajar mengenai Perusahaan mulai besok. Nanti malam gue jumpain Mama dan menuntaskan ini semua. Kasihan Mama, diselingkuhin Papa padahal Mama begitu baik selama ini. Meskipun mereka tidak akur sejak mereka memiliki kesibuklan masing - masing, gue tetap harus berpihak kepada yang benar!" Kata - kata itu menjadi ucapan terakhir Dev sebelum dia jatuh ke Alam Mimpi.

Malam harinya..

Dev mangajak Kay dan Mamanya makan malam bersama. Papanya sudah tidak kelihatan lagi batang hidungnya. Mungkin dia takut untuk kembali lagi setelah apa yang sudah diperbuatnya.

Selesai makan malam, Kay langsung kembali ke dalam kamarnya untuk menyiapkan tugas dari Guru di Sekolah. Dan Dev mengajak Mamanya ke ruang kerja sang Papa untuk berdiskusi di sana tanpa diketahui oleh Kay.

"Ma, Dev mau tanya. Apa Mama serius dengan kata cerai sama Papa? Apa yang sebenarnya terjadi, Ma? Ceritakan semuanya pada Dev, Ma. Dev juga berhak tau." Ucap Dev pada Mamanya yang masih duduk diam tak bergeming sama sekali.

"Maa??" Sekali lagi, Dev memanggil Mamanya sambil mengusap pundak sang Mama.

"Mama tidak sengaja menemukan ruang rahasia di dalam Kantor Papamu, Dev. Tadinya Mama cuma ingin berkunjung, tapi Papamu dan Sekretarisnya malah tidak kelihatan. Karena Mama pikir mereka sedang rapat, Mama masuk saja ke dalam Kantor Papamu dengan maksud menunggunya selesai rapat sambil merebahkan tubuh Mama di atas sandaran sofa." Mama Dev menghela nafas sebentar sebelum melanjutkan pembicaraannya.

"Saat ruangan itu mulai hening, Mama mendengar suara desahan pria dan wanita yang terasa begitu dekat jaraknya dari tempat Mama bersandar tadi. Jadi, Mama mulai meraba dinding yang terlihat sama sambil mencaritahu sumber suara desahan itu. Mama menemukan sebuah tombol yang bisa membuka ruangan rahasia itu. Yang Mama lihat di dalam sana, tubuh Papamu sudah menyatu dengan tubuh Sekretarisnya. Merekalah yang mendesah di dalam sana." Sekali lagi, Mamanya Dev berhenti sejenak untuk mengambil nafas.

"Mama serius dengan ucapan Mama. Mama sudah jijik melihat Papamu, Dev. Besok Mama akan menyuruh pengacara Mama untuk mengatur dokumen perceraian secepatnya." Mamanya Dev sudah mengepalkan telapak tangan kanannya. Dia masih saja berang mengingat kejadian di dalam ruangan tersembunyi itu.

"Ma, Mama tenang saja. Dev akan selalu berada di sisi Mama. Papa sudah keterlaluan! Papa tega mengkhianati Mama. Dev akan membuat Papa tidak berkutik melihat Dev bisa memimpin Perusahaan kelak. Mama yang sabar ya." Ucap Dev sambil memberikan dukungan pada sang Mama.

"Iya, Dev. Kamu seharusnya sudah layak memimpin Perusahaan Kakekmu. Selama ini, Papamu selalu menganggap dirimu itu masih kecil dan belum punya pengalaman untuk memimpin Perusahaan. Padahal Perusahaan itu sudah diwariskan oleh Kakek kalian padamu, Dev. Semuanya sudah menjadi milikmu setelah kamu lahir di Dunia ini." Mama Dev hanya tersenyum tipis melihat Anaknya itu sudah tumbuh menjadi pribadi yang dewasa seperti ini.

"Mama tenang saja, jangan mikir yang macam - macam lagi. Dev pasti bisa belajar mulai sekarang untuk menjadi pemimpin yang diharapkan oleh Kakek dan Nenek, begitu juga dengan Mama." Dev membalas senyuman Mamanya.

"Ya sudah, mulai besok, kamu akan ikut sama Mama ke Perusahaan bersama dengan pengacara keluarga Mama. Dia akan mengurus semuanya. Mama akan memperkenalkanmu kepada semua pegawai termasuk pegawai kecil. Sekarang saatnya istirahat. Selamat malam Dev."

"Selamat malam, Ma."

Dev dan Mamanya pun keluar dari ruang kerja itu dan berpencar menuju kamarnya masing - masing. Besok akan menjadi hari yang baru bagi Dev. Karena selain mengurus Kay dan kuliahnya, Dev pun harus bisa bertanggungjawab atas Perusahaan yang sudah diwariskan padanya.