1 Perkenalan

"Aku sebenarnya tidak tau bahkan tidak mengerti tentang apa yang aku rasakan. Banyak pertanyaan yang muncul di dalam benakku mengenai perasaan yang menyimpang dari perasaan normal kebanyakan orang. Tetapi aku mengerti bahwa aku nyaman dengan diriku yang seperti ini." Pikir Dita di sepanjang perjalanan menuju sekolah.

.

Hari ini adalah hari yang sangat penting bagi Dita karena ini hari pertama bagi Dita masuk ke sekolah yang baru.

Dita merupakan siswi pindahan di kelas 3 dari salah satu SMA Swasta yang ada di Medan. Bagi Dita, ini bukanlah yang pertama kali dia pindah sekolah. Jadi dia sudah terbiasa dengan yang namanya perkenalan, dan serta menikmati suasana sekolah baru.

Hari demi hari Dita lalui seperti dirinya yang dulu. Kesendirian yang selalu setia menjadi temannya. Banyak teman-teman Dita yang menganggapnya sebagai cewe yang aneh. Dia yang memiliki rambut panjang yang halus dan rapi, tetapi tidak sesuai dengan gayanya yang tomboy.

"Kamu Dita kan? anak baru itu? kamu dipanggil Kepala sekolah ke kantor." ucap Irma yang suaranya cukup mengagetkan Dita yang lagi sibuk mengerjakan tugas. Mendengar itu, Dita pun segera beranjak menuju kantor kepala sekolah.

"gak tau berterimakasih banget sih". Gumam Irma

sesampainya dikantor kepala sekolah dan hendak menutup pintu, Dita dikagetkan lagi dengan irma yang ternyata mengikutinya dari belakang. "Ya Tuhaaannnnn. kau ngapain sih? kau gak ada kerjaan, makanya kau ikutin aku?" omel Dita dengan nada khas batak tobanya. "Aku cuma mau nunjukin ruangan kepala sekolah aja kok." jawab Irma yang ikutan kaget mendengar omelan khas Dita. " kau pikir aku sepaok itu?! sampe gak tau yang mana ruangan pak kepala sekolah?! balek kau sana!! bikin emosi aja pun!!" Omel Dita sambil menutup pintu ruangan kepala sekolah.

.

Irma sebenarnya sudah memperhatikan Dita sejak pertama kali Dita menginjakkan kaki ke sekolahnya dan ia sangat ingin sekali berteman dengan Dita. Bagi Irma, Dita adalah perempuan yang menarik serta memiliki keribadian yang unik. Tapi sikap Dita yang selalu cuek dan tidak memperdulikan Irma, membuat Irma ingin menyerah.

.

Matahari yang sangat terik sangat menusuk kulit saat itu. Irma melihat Dita mondar-mandir kebingungan. "Kamu ngapain?" sapa Irma yang bikin Dita Kaget lagi. "Harus bayar berapa aku ke kau, supaya kau gak bikin aku terkejut terus?" jawab Dita kesal sambil mengelus dada akibat kemunculan Irma yang secara tiba-tiba. "Aku kan nanya baik-baik. Kamu butuh bantuan gak?" jawab Irma sambil menawarkan Dita bantuan karena melihat Dita yang mondar-mandir kebingungan. "Pergi kau sana! aku gak butuh bantuan kau! yang ada kau hanya bisa merusak mood-ku" jawab Dita dengan nada ragu-ragu. "yaudah. terserah" jawab Irma kesal dan mengambil langkah untuk pergi.

Langkah kaki Dita mengikuti iringan langkah kaki Irma perlahan diketahui oleh Irma. "kamu ngapain ikutin aku?" Tanya Irma tanpa menoleh sedikit pun ke belakang. "maaf kalau aku tadi udah judes sama kau.. aku sebenarnya bingung Lab bahasa ada dimana, soalnya ini pertama kali aku masuk Lab." kata Dita. Pernyataan Dita tidak direspon sama sekali oleh Irma, sehingga membuat Dita merasa sangat bersalah atas sikapnya yang sangat dingin. "heh, aku lagi ngomong loh ini." kata Dita yang berusaha mengejar langkah Irma. "Enak gak dicuekin? enak gak dibikin kesal? nggak kan? Makanya jadi anak baru jangan terlalu songong atau sok jual mahal." jawab Irma dengan santai seolah tidak peduli lagi dengan sikap Dita yang suka marah dan kembali membentak dirinya. "maaf" kata Dita canggung dan lagi-lagi tidak direspon oleh Irma.

.

"Bapak sudah mendapat laporan mengenai kenapa kamu pindah sekolah. karena pindah sekolah setiap tahun bukanlah hal yang wajar. bapak berharap kamu bisa membatasi perilaku kamu. Prestasi kamu seolah tidak berharga kalau kamu memiliki perilaku seperti ini. Setelah meneliti nilai-nilai kamu dari sekolah yag sebelumnya, bapak sadar kalau kamu memiliki potensi yang luar biasa yang bapak yakin kamu sendiri juga tidak menyadari akan potensi yang kamu miliki. Atau kemungkinan kamu tau kalau kamu cukup berprestasi dan pintar, tapi kamu memilih mengabaikan atau mengubur segala yang baik dalam diri kamu. Kamu sudah kelas 3 dan ini adalah kesempatan terakhir kamu. kasihan ibu kamu yang memiliki harapan besar untuk kamu." lamunan Dita mengingat ucapan bapak kepala sekolah saat Dita dipanggil ke kantor kepala sekolah.

Dita sebenarnya ingin memiliki teman di sekolah yang baru agar dia memiliki kesibukan. Dia tidak ingin membuat masalah di sekolah baru nya. peringatan dan arahan kepala sekolah seolah benar - benar memberikan dia sebuah tamparan. Dita juga tidak ingin terus-terusan menjadi beban buat ibunya yang berperan sebagai ibu dan ayah untuk Dita.

.

.

.

Ibu Dita pulang terlambat saat itu karena harus mampir ke rumah tetangga baru yang baru pindah tiga hari yang lalu. "mama dari mana?" tegur Dita. "Loh, kamu belum tidur? ini, Mama habis dari rumah tetangga yang baru pindah. kamu tau gak, ternyata salah satu anaknya itu satu sekolah kamu loh. besok kalian berangkat bareng aja. biar kamu ada temannya. Kamu tidurnya jangan kemalaman, nanti kamu telah berangkat sekolah besok."jawab Mama sambil melangkah ke kamar untuk tidur karena kelelahan. "mama udah makan?" teriak Dita agar ibunya bisa dengar. "udaaahh..." teriak mama Dita dari dalam kamar menjawab pertanyaan dari anak kesayangannya.

.

Besoknya disaat Dita hendak berangkat sekolah, dia kaget melihat Irma yang ternyata sudah menunggunya. "Irma.. Kau tau alamat rumahku dari mana? oiya, beberapa hari ini kau kemana? kok gak masuk ke sekolah?" sapa Dita. "tumben kamu ngomongnya gak tegang urat, hahaha. aku tetangga baru kamu. aku gak masuk sekolah karena sibuk dengan kepindahan keluarga aku ditempat baru. Mama kamu nyuruh aku untuk berangkat bareng kamu hari ini. yaudah, udah siap kan? ayo" ajak Irma.

Nampaknya Dita secara perlahan sudah membuka dirinya untuk memiliki seorang teman. Kehadiran Irma yang selalu ada disaat Dita benar-benar butuh bantuan membuat Dita sadar bahwa segala suatu cerita, serta perasaan yang baik atau pun buruk akan semakin ringan dan menyenangkan disaat dia bisa bagi dan ungkapkan kepada seseorang yang sudah perlahan dia percaya. Pertemanan antara Dita dan Irma semakin kuat seiring berjalannya waktu.

.

.

Pada suatu kesempatan, keluarga Irma mengundang Dita dan ibunya untuk datang makan malam dirumah Irma. Kehadiran Dita beserta ibunya sangatlah disambut oleh keluarga Bapak Mulyono. suasana makan malam yang sederhana namun hangat membuat Dita merasa nyaman bersama keluarga Irma. Papa dan mama Irma juga sangat baik kepadanya, ditambah lagi perhatian kakak laki-laki irma yang bernama Alex membuat jantung Dita berdetak tidak seperti biasanya. Dita merasa bahwa Alex sudah memperhatikan dirinya sejak Dita sampai kerumahnya.

.

.

.

avataravatar
Next chapter