webnovel

Mendapat Pekerjaan lewat campur tangan Mama

Mendapat Pekerjaan

   Mulai hari ini aku akan bekerja di sebuah perusahaan terkenal. Di mana ada campur tangan mamaku di dalamnya.

   Aku dikenalkan oleh teman mamaku yang tak lain adalah pemilik dari perusahaan ini.  Sebenarnya aku tak mau jika harus bekerja melalui jalur dalam seperti ini. Tapi apa boleh buat aku harus bekerja karena sepertinya ada sesuatu antara mamaku dan temannya.

  

   Aku menarik napasku dalam-dalam ketika langkahku sudah berhenti di depan sebuah pintu. Tanganku yang hendak meraih knop pintu lama memgambang di udara karena ragu. 

  

   Hingga akhirnya. "Aduh!" 

 

   Mataku membulat ketika mendengar suara mengaduh dari dalam.Sepertinya aku sudah membuat kesalahan di hari pertama. 

   Pintu terbuka lebar dan aku melihat sosok bayangan yang selama ini ingin aku lupakan. 

  Roni, iya Roni. Dia adalah seseorang yg aku sukai di masa lalu. Tapi kenapa dia bisa ada di sini?

   Karena aku terkejut tanpa sadar tubuhku membeku. Sebelum akhirnya Roni menyadarkan ku dengan ekspresi wajah dingin. Aku masih hapal dengan suara itu. Sama seperti terakhir kami bertemu kala itu. 

   Wajahnya juga tidak banyak berubah. Hanya aku sedikit pangling, karena sewaktu SMA dia memakai kacamata. Dan kumis tipisnya membuat ia lebih tampan sekarang.

   "kamu ngapain di sini?" tanyaku. Aku yakin aku sangat gugup saat ini.

   "Tck!" Roni berdecak. 

   "Seharusnya aku yang bertanya padamu, kamu ngapain kesini?" Dia malah bertanya balik.

    "A-aku mau nglamar kerja disini," bahkan bicaraku sekarang menjadi gugup.

    Sampai detik ini aku masih menyukainya. Meskipun dia bersikap dingin padaku.

   Sebenarnya dulu awal kami saling mengenal dia begitu hangat kepadaku. Perhatian dan baik. 

   Bagiku dia adalah  laki-laki paling sempurna, hingga aku berusaha keras dengan berbagai cara untuk mengejar cintanya. 

   Meskipun penolakan yang selalu aku dapat aku tak pantang menyerah kala itu.

   

    Aku mengira dia juga akan membalas cintaku. Kebaikannya  membuatku salah mengartikan. Alih-alih berbalas mencitaiku dia justru menganggap aku sebagai adiknya, mungkin itu karena aku sahabat adiknya 'Rena.

    Dia menjadi bersikap dingin padaku setelah dulu aku menyatakan cinta padanya sewaktu SMA. Dia menjauhiku. Kata-kata penolakannya masih terngiang di telingaku hingga saat ini. Dia tidak membalas cintaku karena prinsipnya dia tidak akan punya pacar sebelum dia sukses. Dan itu  sangat melukai hatiku.

    Aku menyesal dulu telah nekat menyatakan cinta padanya. Aku menjadi kehilangan dirinya. Andai saja kala itu aku pendam sendiri saja. 

    Setelah dia lulus SMA aku kehilangan kontak dengannya. Dia menghilang bagai ditelan bumi, dan celakanya aku juga kehilangan kontak dengan Rena adiknya setelah kami naik ke kelas 3 SMA karena Rena pindah sekolah entah kemana.

    Aku sudah berusaha melupakannya dan berusaha ikhlas atas penolakannya. Aku sudah terlalu bodoh dan terlalu sering menyakiti hati juga fisik hingga aku jatuh sakit. Tapi kini kenapa Tuhan menghadirkan ia kembali pada kehidupanku?

    Dia memandangiku dari atas ke bawah, dan itu membuatku sedikit tidak nyaman. 

     "Kak Roni kenapa liatin aku kayak gitu? apa ada yang aneh dengan penampilan aku?"  Aku mengecek kembali penampilanku dari atas ke bawah memastikan tidak ada yang salah dengan penampilanku pagi ini. Semua.

Menurutku…

     "Siapa yang nyuruh kamu kesini?"  tanyanya. "Ow iya biar aku jelaskan sebelum kamu bertanya lagi, aku CEO disini." 

    Deg' kaget bukan kepalang aku mendengar penjelasan tentang siapa dirinya di perusahaan ini.

    Hatiku berkecamuk satu sisi aku akan berhadapan dengan sikapnya yang sedingin lemari es. Tapi satu sisi ini akan bagus. Dengan bekerja disini dan menjadi sekretarisnya aku masih punya kesempatan untuk mendapatkan cintanya.  Aku tersenyum tipis.

     Roni mengibaskan tangannya di depan wajahku. "Nadia aku bertanya padamu, kenapa kamu malah diam dan senyum-senyum sendiri?"

     "Astaga Nadia kau malah  membuatku takut sekai," Roni menusap wajahnya kasar.

    Sebuah tepukan pada pundakku yang akhirnya menyadarkanku. "Ah iya kak?"

    "Pertama aku adalah pimpinan di perusahaan ini, jadi jangan panggil aku kak, tapi 'pak."

    "Dan kedua jelaskan padaku siapa yang menyuruhmu melamar pekerjaan disini?" imbuhnya.

    Baru saja mulutku mau berucap menjelaskan tiba-tiba ponsel Roni berbunyi. "Sssttt," satu tangannya merogoh ponsel yang ada di saku jasnya sedang satunya mengacungkan telunjuknya kepadaku pertanda menyuruhku untuk diam. Aku katupkan kembali mulutku yang mengangga sejak tadi.

    

      Ternyata telpon itu dari Tante Reni yang tak lain adalah mamanya Roni. Selama ini aku bersahabat dengan Tante Reni tapi aku hanya mengenal kakak dan papanya. Aku tidak pernah dikenalkan siapa ibunya.

     Rena pernah mengatakan padaku jika mama dan papanya sudah berpisah ketika Rena masih kelas 3 SMP. Dia hanya mengatakan itu dan tidak lebih.

    "Iya ma terserah mama aja," kalimat yang aku dengar dari pembicaraan mereka. Dari ekspresi dan nada bicaranya  Roni terpaksa menerimaku sebagai sekretarisnya.

    Roni berlalu pergi begitu saja. Langkahnya terhenti dan hanya mengucapkan kalimat pendek. "Kamu bisa kerja besok."

    

   Aku membungkukkan badan pertanda mengerti.

   "Mia, kamu kasih tau tugas dia ya," ucap Roni pada sekretarisnya yang ternyata akan pindah tugas ke pimpinan barunya, entah siapa aku tidak tau. Namun dia tentu saja patuh pada perintah Roni.

   

    Aku tidak langsung pulang aku langkahkan kakiku menuju toilet, walaupun tidak terdesak ingin buang air.

   Sudah kuduga toilet di kantor ini pasti ada cerminannya. Dan sangat besar. Aku menelisik bayangan diriku di cermin sembari berpikir. Kenapa dulu Roni tak menyukainya?

   Apa aku tidak masuk standarnya? secara banyak wanita di sekolah yang menyukainya juga dulu. Iya aku akui dulu ketika SMA aku adalah gadis yang cuek kucel dan tidak berpenampilan menarik. Atau ia memang berprinsip kuat untuk belum mau memiliki pacar.

    "Tapi kan aku yang sekarang beda  180 derajat dari aku yang dulu", aku bermonolog sambil membandingkan penampilanku dulu dan sekarang. Sekarang aku adalah gadis yang memiliki paras yang bisa dibilang cantik, sudah berapa banyak pria yang ku tolak? aku tersenyum simpul, aku memiliki tubuh yang proporsional, seksi serta memiliki kulit yang putih mulus. Penampilanku kini juga modis dengan tren gaya rambut dan busana masa kini. 

     Aku mengingat kembali, dulu aku adalah gadis yang tidak disiplin dan malas, sering mengabaikan tugas sekolah dan malah menyuruh mbak Ratna asisten rumah tangga yang mengerjakannya. Untung saja dia dulu pintar, aku tersenyum sarkas. Namun kini aku tak begitu lagi, aku berubah ketika secara perlahan perusahaan papa bangkrut dan keluarga kami mulai jatuh miskin, kini aku muram mengingat itu.

    "Ternyata tidak sia-sia aku belajar begitu keras dulu akhirnya aku masuk universitas negeri kan?" Ucapku bangga pada diri sendiri. Dan yang sangat menakjubkan. Aku dinyatakan lulus dengan predikat cumlaude di universitas negeri di tempatku kuliah. Aku tersenyum getir Karena keadaan jugalah yang membuat aku masuk kuliah dengan jalur beasiswa. Mungkin selama ini aku itu cerdas hanya saja malas, itulah yang membuatku tidak  berprestasi.

    "Apa dulu kak Roni tidak mau denganku karena aku tidak menarik juga pintar sepertinya?"  Pikir Nadia sambil membolak-balik badannya di cermin dan membetulkan rambutnya yang sebenarnya masih tertata rapi dan indah.

   Aku yakin kini aku pantas mengejar cinta bosku itu. Lagipula dia sudah sukses berarti dia bisa memiliki pacar sekarang. Seperti yang dia ucapkan 4 tahun lalu.

     Ceklek, suara salah satu pintu toilet terbuka. Reflek aku membalikkan badan. Betapa terkejut aku melihat siapa yang keluar dari toilet tersebut.

     Aku terkejut. Mataku membulat sempurna.

Next chapter