webnovel

Mystic Boy

(50% horror/thriller, 50% romance) Sadewa Pamungkas, laki-laki tampan dengan penampilan urakan, serta suaranya yang keren. Namun, dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki indera keenam yang tak pernah ia inginkan.

Roy_Kiyowo · Horror
Not enough ratings
84 Chs

Sadewa (Chapter 6)

Benny begitu panik ketika Dewa membawa Rio pulang ke rumahnya. Benny yang hanya tinggal dengan ibu dan kakaknya menjadi kebingungan, bagaimana cara mengatasinya? Dewa pun menyuruh Benny untuk memanggil psikolog.

Psikolog telah datang, Rio pun menjalani pemeriksaan di kamarnya ditemani oleh Benny dan ibu mereka. Sedangkan Dewa hanya menunggu di luar. Lagipula, itu semua bukanlah urusannya.

Beberapa saat kemudian, Benny pun keluar dari kamar Rio. Wajah laki-laki itu terlihat jauh lebih tenang.

"Thank's banget ya, lo udah nolongin kakak gue. Hm ... kalau nggak ada elo, nggak tahu deh, gimana nasib kakak gue," gumam Benny sembari tersenyum.

"Gue lihat, kakak lo lagi patah hati. Saking patah hatinya, dia dengan sengaja dengerin lagu Reverse," sahut Dewa dengan pandangan kosong. Laki-laki itu pun menepuk bahu Benny.

"Jangan biarin dia sendirian, biar nggak kambuh lagi depresinya," ujar Dewa sembari menunjukkan senyum miringnya. Ia pun berpamitan, dan meninggalkan rumah itu. Melihat Dewa yang tersenyum seperti itu, Benny tentu sangat heran. Itu karena seumur hidupnya, ia tidak pernah melihat Dewa tersenyum. Benny pun tersenyum jahil, sepertinya ia mencium sesuatu yang tidak beres dari Dewa.

"Wah, pasti ada something,"

*****

Dewa akhirnya tiba juga di rumahnya, ia pun menghempaskan tubuhnya di atas sofa yang sudah hampir rusak itu. Belle menghampiri laki-laki itu dengan raut wajahnya yang terlihat sangat mengkhawatirkannya.

"Kenapa baru pulang? Tidak ada kejadian buruk yang menghampiri kamu kan?" tanya Belle dengan dipenuhi kekhawatiran. Laki-laki itu hanya menjawab dengan anggukan. Makhluk astral itu begitu lega, ia sangat khawatir dengan laki-laki di hadapannya ini. Karena, laki-laki itu tak pernah pulang selarut ini, kecuali untuk bekerja. Laki-laki itu pun berdiri sembari membawa tas ranselnya.

"Gue mau tidur, gue capek," ucap Dewa. Tanpa banyak bicara lagi, laki-laki itu langsung meninggalkan Belle yang hanya bisa menatapnya dengan nanar.

*****

Belle menembus dinding kamar Dewa ketika laki-laki itu tengah terlelap. Hantu itu terlihat duduk di samping Dewa, dan tersenyum. Ia membelai rambut Dewa dengan lembut, dan terus menatap laki-laki itu. Belle sangat senang ketika menatap wajah itu.

"Apa kamu tidak tahu bahwa aku mencintaimu?" tanya Belle dengan lirih. Namun, ia tahu jika pertanyaan itu tidak akan pernah bisa terjawab.

"Aku harap, sikap dingin kamu sedikit mencair padaku ..." gumam hantu cantik itu.

Sesungguhnya, Dewa tidak benar-benar tidur. Ia hanya berpura-pura. Ia tahu, bahwa Belle akan mengatakan hal seperti itu di malam ini. Bagaimana ini?

Sebenarnya, ia merasa tidak nyaman dengan semua perlakuan Belle padanya. Ia merasa, kenapa Belle yang begitu perhatian padanya? Kenapa bukan manusia? Padahal, Belle hanyalah hantu. Meskipun Dewa senang bisa memiliki teman seperti Belle, tapi, tetap saja Belle bukanlah manusia. Dewa juga tak memiliki perasaan apapun dengan gadis itu. Itulah sebabnya ia bersikap sangat dingin dengan Belle. Itu semua karena ia tak ingin jika hantu itu berharap lebih padanya.

Namun, di sisi lain. Ia merasa senang diperhatikan oleh Belle. Yeah ... setidaknya masih ada seseorang yang memerhatikan dirinya, meskipun itu bukanlah manusia.

Tak lama kemudian, Belle pun menyanyikan sebuah lagu yang sangat populer ketika dirinya masih hidup. Ia menyanyikan lagu itu untuk Dewa yang ia pikir sudah tidur. Mendengarkan nyanyian Belle yang begitu menenangkan itu, Dewa pun benar-benar terlelap.

*****

Dewa sedang berlari-lari kecil sembari melihat pemandangan subuh yang begitu indah. Itu adalah rutinitas rutinnya setelah melaksanakan ibadah shalat subuh. Ketika Dewa sedang menikmati udara menyejukkan itu, ia melihat seorang anak kecil perempuan berusia sekitar lima tahun. Tidak, lebih tepatnya bukan seorang, melainkan hantu.

Hantu anak-anak itu terlihat berdarah-darah di bagian perutnya. Wajah pucat itu terlihat sangat sedih. Hantu itu seolah-olah ingin menyampaikan sesuatu kepada Dewa. Sejujurnya, Dewa sangat enggan untuk menghampirinya. Namun, wajah sedih itu membuat dirinya tidak tega untuk mengabaikan gadis kecil itu.

"Ada apa, Dik?" tanya Dewa. Gadis itu menunjuk sebuah rumah tua yang terlihat sudah lama kosong. Dewa menatap rumah itu, ia melihat suatu kejadian buruk yang pernah terjadi di rumah itu. Ia juga melihat Amor, gadis itu ada kaitannya dengan anak ini. Kejadian itu membuat Dewa sangat marah. Namun, ia tidak bisa berbuat apapun selain memenuhi permintaan hantu itu.

***** TBC *****