webnovel

Mystic Boy

(50% horror/thriller, 50% romance) Sadewa Pamungkas, laki-laki tampan dengan penampilan urakan, serta suaranya yang keren. Namun, dia harus menerima kenyataan bahwa dirinya memiliki indera keenam yang tak pernah ia inginkan.

Roy_Kiyowo · Horror
Not enough ratings
84 Chs

Sadewa (Chapter 42)

Tak terasa waktu berlalu begitu cepat. Kini, hari kelulusan itu telah tiba. Dewa datang ke sekolah dengan mengenakan seragamnya.

Sesampainya di sekolah, ia melihat semua siswa-siswi telah tiba. Ia juga melihat Amor dan Benny telah tiba di sana.

"Akhirnya kita bakalan lulus! Gue bahagia banget nih!" Benny terlihat begitu bahagia di hari itu, begitu juga Amor.

"Gue penasaran, siapa ya yang kira-kira nilainya paling bagus ntar?" tanya Amor.

"Kalo itu mah nggak usah ditanya, udah pasti Dewa," sahut Benny. Sedangkan Dewa terlihat mengendus-endus sesuatu, hal itu tentu saja membuat kedua orang itu heran.

"Wa, lo kenapa sih?" tanya Benny. Dewa pun melangkah maju untuk mencari tahu sumber aroma busuk itu. Tetapi, pada akhirnya ia menghentikan aktifitasnya itu karena pengumuman telah dimulai. Dewa, Benny, dan Amor pun berlarian menuju ke aula sekolah untuk mendengarkan pengumuman.

Beberapa jam kemudian, para murid-murid itu pun keluar dengan penuh kebahagiaan. Bagaimana tidak? Itu karena mereka telah lulus seratus persen. Beberapa murid terlihat mencoret-coret pakaian putih abu-abu mereka. Begitu juga dengan Benny dan Amor yang sudah menyiapkan beberapa pilog untuk saling mencoret-coret baju mereka.

Sementara itu, Dewa kembali mencium aroma busuk itu. Aroma itu benar-benar seperti aroma mayat. Bahkan, Dewa sampai tak sadar bahwa bajunya juga telah dicoret-coret oleh Benny dan Amor.

"Kalian ini apa-apa'an sih? Gue sengaja biar baju gue tetap bersih, malah dicoret-coret,"

protes Dewa sembari memanyunkan bibirnya. Sedangkan Benny dan Amor tertawa terbahak-bahak melihat reaksi Dewa yang begitu lucu bagi mereka.

"Abisnya, lo ngapain sih? Daritadi ngendus-ngendus nggak jelas banget gitu," sahut Benny.

"Emang kalian nggak nyium aroma sesuatu gitu?" tanya Dewa. Benny dan Amor pun menggelengkan kepala.

"Nggak tuh, gue nggak nyium apa-apa," sahut Benny.

"Aku juga nggak," jawab Amor. Itu artinya, hanya Dewa yang bisa mencium aroma itu. Ini sangat aneh. Sebab, aromanya sangat menyengat bagi Dewa. Tapi tak ada satupun yang mencium aroma itu. Dewa pun kembali mencari sumber aroma tersebut. Semakin lama, aroma itu semakin terasa dekat.

"Eh, iya ya? Kok ada bau busuk gini?" tanya Benny sembari menutup hidungnya. Begitu juga dengan Amor yang tak tahan dengan aroma itu.

"Duh, gue pengen muntab," keluh Amor. Sementara itu, Dewa masih fokus mencari aroma itu.

Pencarian itu membawa mereka hingga ke depan toilet wanita. Dewa pun menghentikan langkahnya. Karena, ia tidak mungkin memasuki toilet wanita.

"Aromanya dari dalam sana," gumam Dewa sembari menunjuk toilet wanita.

"Alah, palingan juga ini bau softex yang nggak dibuang," ujar Benny. Dewa pun menggelengkan kepalanya.

"Nggak, gue yakin bukan itu," sahut Dewa. Ia pun meminta Amor memasuki toilet itu dengan isyarat mata, sebab hanya Amor yang bisa masuk ke dalam toilet di antara ketiga orang itu.

"Ya udah, biar gue aja yang masuk," ucap Amor, ia pun memasuki toilet dan membuka bilik pintu toilet itu satu-persatu. Namun di bilik paling akhir, Amor berteriak sangat kencang.

"KYAAAAAAAAAA.....!" teriak Amor. Dewa dan Benny pun segera menghampiri Amor dan melihat sesuatu yang dilihat oleh Amor. Gadis itu menutup mata karena sangat takut dengan yang ia lihat. Sedangkan Benny juga terlihat sangat takut. Bagaimana mungkin mereka tidak takut? Sebab, mereka semua baru saja melihat seorang murid sekelasnya yang gantung diri di sana. Yaitu mayat Shinta.

Dewa memasuki bilik itu dan memegang denyut nadi di tangan Shinta. Terlambat. Gadis itu telah tewas. Tubuh gadis itu juga sudah mulai dingin. Artinya, ia sudah tewas dalam beberapa jam yang lalu. Ia juga melihat beberapa luka memar di tangan dan sekitar leher mayat itu.

"Kalian semua, tolong telepon polisi dan juga ambulance," pinta Dewa. Benny dan Amor pun menganggukkan kepala dan segera menelepon polisi dan ambulance.

*****

Polisi telah tiba di sekolah. Beberapa orang yang masih ada di sekolah pun juga berkumpul di sana. Selama beberapa jam di sana, tampaknya polisi tak bisa menemukan petunjuk lain selain surat yang ditinggalkan oleh Shinta.

Buat semua Orang yang kenal sama gue, tolong ma'afin gue karena gue emang orang yang RApuh ...

Begitulah isi suratnya. Jika melihat sekilas isi surat itu, tampaknya itu memang surat yang Shinta tulis sebelum bunuh diri. Tapi kenapa ini sangat aneh? Luka-luka itu asalnya darimana?

"Siapa yang pertama kali menemukan jenazah itu?" tanya salah seorang anggota polisi itu. Amor hendak berbicara. Namun, Dewa menarik tangannya.

"Saya, Pak," sahut Dewa. Amor sangat terkejut mendengar pengakuan Dewa. Padahal yang menemukan mayat itu jelas-jelas Amor.

Tentu saja alasannya sangat jelas. Jika ia membiarkan Amor mengaku, gadis itu akan dicurigai sebagai tersangka dalam kasus ini. Dewa tak ingin gadis itu terlibat dalam kasus rumit ini ...

***** TBC *****