webnovel

Hilangnya Dua Tentara

"Apa yang kamu lihat waktu itu, kenapa kamu menangis?" tanya Gun kepada Nancy.

Kris dan Okan terdiam, mereka menenangkan diri untuk berhenti berselisih.

"Saat aku mendengar suara pintu terbuka, aku sangat takut dan segera mengunci pintu, saat itu aku juga mendengar suara teriakan Fian dan derap langkah..aku..hiks hiks.." Nancy kembali menangis hingga Kris hanya mengusap rambut gadis itu dengan lembut.

"Maaf ya sayang, aku dan Okan nggak bermaksud memperburuk situasimu, aku tahu bagaimana rasa ketakutan mu saat itu, maaf," ucap Kris. Begitu juga Okan ia yang merasa tidak enak telah menuduh Nancy sebagai pelaku segera meminta maaf pada gadis cantik itu.

"Maafkan aku Nan, aku tahu aku salah," ucap Okan lirih.

Tak lama ketiganya sudah sampai di depan kantor Detektif Lee. 

Sementara Lee masih sibuk membaca surat wasiat yang berada di tangan nya.

Tulisan nya begitu buram, kertasnya juga sudah usang.

| 1994.

Christina, gunakan uang di dalam ruangan yang berada di akhir dinding sebanyak 800 juta, jangan berikan yang lain nya, itu milikmu dan anakmu kelak. 

Joe Chirst. |

Lee berpikir keras mengenai isi surat itu, ruangan di akhir dinding? Ia mulai yakin jika memang ada sesuatu di dinding dapur, ia pun hendak keluar ruangan dan saat itulah tiga Jurnalis muncul di hadapan nya.

"Detektif Lee, selamat pagi," ucap Kris

"Selamat pagi, Tuan Muda Detektif,"  ucap Okan dan Gun serempak.

"Eh, pagi. Eh kalian sudah datang, baru saja aku akan keluar, baiklah. Dimana 9 Jurnalis lain nya?" tanya Lee.

"Mungkin mereka masih tidur, Detektif," sambung Okan.

"Baiklah, duduk saja dulu, aku sudah menyiapkan kopi hangat untuk kalian," ucap Lee.

Ketiganya segera duduk di depan meja Lee. Laki laki dengan tinggi 178cm itu segera menjelaskan mengenai latar belakang Utan. Sang Gadis kecil yang dibunuh dengan misterius.

"Kalian pernah mendengar kisah tentang seorang adik yang tidak terima jika kakaknya dibunuh, dan menjadi psychopath setelahnya?"

"Ya, dan itu banyak terjadi, tapi Detektif siapa orang itu? Mengapa Utan mati?" tanya Okan.

"Orangnya ada di antara penyelidikan kasus ini, aku sudah melihatnya semalam saat aku melayangkan peluru ke arah lengan nya, Utan dibunuh pamannya sendiri karena ingin ayahnya yang bernama Jahya terpuruk atas kepergian anak semata wayangnya,"

"Paman nya? Apa Utan memiliki paman?" tanya Okan yang penasaran.

"Ya. Aku sudah membaca Silsilah keluarga Utan sebelumnya, gadis itu dilahirkan dari pasangan Jahya Lasihwa dan Cristina Joe, ibunya meninggal dan jasadnya hilang di tahun 2018 namun hingga saat ini aku masih tidak tahu dimana jasad ibunya bahkan kasus itu hampir tidak ada yang mempermasalahkan nya,"

"Ah, aku ingat tentang kematian Christina di empat tahun silam, saat itu ada yang mengabarkan jika ibu kandung Christina di kubur di rumah mendiang ayahnya dengan cara tertutup," ucap Okan.

"Lalu satu hal lagi, keluarga Jahya dan Christina pernah tinggal di rumah tua bekas peninggalan Belanda itu selama tiga tahun lamanya,"

"Maksudmu Lee, rumah yang kutempati saat ini?" tanya Kris penasaran.

"Ya, begitulah. Mereka pernah tinggal disana saat Jahya masih berstatus sebagai pindahan dan bekerja sebagai pegawai negeri sipil, dan dua tahun setelahnya Cristina telah menghilang tanpa ada yang tahu dimana wanita itu dimakamkan, Jahya juga mengabarkan jika istrinya sakit dan dikubur di rumah orang tuanya, tiga bulan setelah kematian Christina Jahya juga menikahi seorang gadis muda bernama Noara, yang semalam meninggal di tabrak mobil dengan kecepatan tinggi, hal ini sudah jelas kan bagi kalian siapa pembunuh Cristina? Dan jelas saja Utan dibunuh karena dendam," ucap Detektif Lee dengan serius.

Ketiganya mengangguk pertanda mengerti. Sementara ke dua tentara di bangunan tua peninggalan Belanda bernama Djakarta Lloyd, sedang asyik membersihkan ruangan namun tiba tiba saat mereka membersihkan kamar mandi dan menghidupkan air, bau anyir begitu menyengat menyerang hidung mereka. Hingga Ben menegur Jo.

"Jo, bau apa ini?"

"Iya Ben, kok bau darah gini ya? Coba cek Ben, kayanya airnya Ben yang bau darah,"

Jo pun menempelkan hidungnya di bak mandi dan benar saja ketika air kran mengalir bau anyir masih saja tercium, dua tentara itu pun segera mencari sumber air PAM yang mengalir, mereka berjalan menuju halaman belakang, disana mereka terperosok oleh lubang yang ditutupi dengan dedaunan, benar saja saat mereka terjatuh di lubang dengan kedalaman satu meter itu, banyak tulang tulang manusia berceceran hingga membuat Jo dan Ben terkejut bukan main.

"Jo, tempat ini kan sepi Jo? Apa ini kerangka manusia?" tanya Ben.

"Mungkin ini kerangka manusia saat penjajahan Belanda Ben," ungkap Jo lagi.

"Nggak lah Jo, penjajahan Belanda kan sudah lama Jo, ini mungkin sekitar lima tahun atau empat tahunan," balas Ben lagi.

"Iya, ayo kita bungkus tulang tulang ini Jo, sekarang kita harus membawa tulang tulang ini kepada tim forensik," Ben pun segera melompat ke atas, ia pun menarik tangan Jo untuk naik segera. Dan di saat itu, seorang pria telah menembakkan dua pelurunya di kedua tentara itu, hingga keduanya harus meregang nyawa.

Pria itu segera mengubur kedua pria itu di bawah tumpukan dedaunan itu, wajahnya juga terlihat puas, entah apa motifnya yang jelas ia merasa tidak ingin di usik oleh kehadiran tentara itu. 

Dua nyawa tentara yang menjaga Kris semalam harus terbunuh di tangan pria berbadan kekar dan berotot itu, bahkan aksinya tidak ada yang mengetahuinya sama sekali, hingga pukul dua belas siang. Detektif Lee bersama tunangannya bernama Lin, Kris dan pacarnya tiba di rumah penginapan sementara Kris. 

Saat keduanya tiba disana, Lee menjadi curiga akan kehadiran Jo dan Ben, ia pun segera mencari Jo dan Ben di dalam rumah itu, lagi lagi dinding di dapur rumah tua itu bergerak gerak kembali meski ini bukan malam hari, Lee terkejut bukan main. Ia pun segera menarik sebuah jaket yang dikenakan Ben di gantungan kamar mandi, kamar mandi pun penuh dengan busa sabun, lantai pun juga masih licin karena sabun yang belum disiram.

"Kris, sepertinya aku memiliki firasat buruk mengenai tentara Jo dan Ben," ucap Lee dengan nafasnya yang memburu.

Kris pun segera membantu Lee  untuk mencari kedua tentara yang menghilang, sayangnya ia masih tidak menemukan apapun, sedangkan Nancy masih terbungkam ia juga ketakutan mengingat ia sempat mendengar suara wanita bernyanyi nyanyi semalam, kala ia makan malam, rasanya ia ingin meluapkan semuanya kepada Kris tapi sungguh tidak mungkin untuk sekarang.

Sudah jam lima sore Lee begitu panik karena saat ia menghubungi nomor telepon kedua tentara itu, ponsel mereka masih ada di dalam rumah tersebut bahkan tidak ada tanda tanda kepergian keduanya, karena tas dan dompet masih ditinggalkan begitu saja. Lee pun segera melapor ke polisi terkait hilangnya dua tentara tadi, apalagi misteri pembunuhan Fian juga belum sepenuhnya ia terpecahkan, tak lama Okan dan Gus datang menemui Kris, Lee, Nancy dan Lin.

"Detektif, apa benar tentara Jo dan Ben menghilang tanpa kabar?" tanya Okan.

BERSAMBUNG