webnovel

Kejadian Aneh

Hiks

Hiks

Hiks

Terdengar seruan tangis yang mengusik relung hati di sebuah ruangan yang gelap. Dari kejauhan terlihat sosok seorang wanita sedang terduduk dibangku sudut kamar menatap ke arah meja di depannya.

Seorang gadis bernama Keyla masih terdiam membisu memikirkan dirinya yang entah sedang berada di mana.

Ruangan lusuh, penuh sarang laba-laba layaknya rumah yang tidak berpenghuni, membuat suasana begitu mencekam. 

Tik tik tik…

Suara tetesan air hujan menambah suasana seram tempat ini.

Ruangan sangat tampak familiar bagi Keyla. Namun, dia tak bisa mengingat tempat apa ini. Di sini hanya ada cahaya dari lampu semprong yang berada di atas meja tepat di hadapan wanita itu menyoroti seluruh ruangan.

Keyla penasaran.

Perlahan dia mulai melangkahkan kakinya mendekat ke arah wanita itu.

Tuk 

Tuk 

Tuk…

Suara jejak langkahnya terdengar nyaring beriringan dengan degup jantung. Keyla gemetar, takut. 

Dari arah Keyla, perempuan itu duduk menghadap jendela. Dia seperti sedang menulis sesuatu.

Rambutnya terlihat acak-acakan, serta suara tangis dan lirihan yang begitu amat sangat menyayat hati, membuat bulu kuduk Keyla bergidik.

Tubuh Keyla bergetar, sungguh amat takut. Tetapi rasa penasarannya lebih tinggi dari itu. Dia penasaran dan ingin sekali melihat wanita itu dari dekat. 

Sesampainya Keyla tiba tepat di belakang wanita itu, dia langsung memegang pundaknya. 

Seketika wanita itu menoleh.

Krek…

Dia membalikkan badannya tiga ratus enam puluh derajat sambil memperlihatkan wajah buruk rupanya.

"Aaaaaaaa…." Keyla yang kaget berteriak.

Jeritan Keyla membuat dirinya sadar yang ternyata itu sebuah mimpi buruk. Dia pun langsung duduk di atas ranjang dengan sedikit nafas tersengal berbarengan dengan suara alarm yang berbunyi kencang sekali. 

"Hah, hah, hah!"

Keyla berusaha mengatur nafas.

"Astaga, sosok apa itu! Kenapa akhir-akhir ini aku terus memimpikannya!" 

Keyla langsung beranjak dari tempat tidur dan berjalan ke arah kamar mandi untuk bersiap berangkat ke sekolah.

Setelah selesai mandi dan bersiap, dia pun tersenyum di depan cermin mencoba melupakan mimpinya.

"Semangat, Kin. Meski kali ini adalah sekolah ketiga lo! Lo harus tampilkan pesona lo, seperti biasa!"

Ketika sedang membetulkan dasi sambil tersenyum menyemangati dirinya, tiba-tiba ada sesuatu yang lewat di belakangnya.

Wush…

Sebuah bayangan hitam, berhasil membuahi Keyla takut.

"Hah! Apa itu?"

Keyla lalu melihat ke sekeliling ruangan kamarnya, tetapi tidak ada apa-apa. Dia pun langsung mengambil tas dan memakai sepatu lalu keluar dari kamarnya.

Keyla masih memikirkan mimpi buruknya kali ini. Entah mengapa mimpi ini sangatlah aneh. Keyla yang tidak pernah pergi kemanapun atau singgah di tempat yang menyeramkan menurut dirinya, merasa ada yang tidak beres.

Saat Keyla sedang melamun sambil menyusuri tangga menuju kearah meja makan, ibunya yang melihat dia. Menghampiri.

"Duh, pagi-pagi anak muda sudah melamun. Siap ke sekolah yang baru?" ibunya tersenyum seraya memberi semangat.

"Hmm, Entahlah Mah."

"Hmm, kenapa? Kamu masih kangen ya, sama temen-temen kamu di sekolah lama?"

"Bukan itu, tapi…"

"Sudahlah, kamu nggak usah memikirkan apapun. Sekarang kamu sudah kelas tiga, jangan banyak bermain dan  fokus belajar. Kali ini, kamu tidak akan pindah sekolah lagi, tapi langsung ke universitas."

"Emm."

Ibunya menggandeng Keyla menggiringnya ke meja makan.

"Ayo, sarapan dulu. Mama sudah buatkan nasi goreng spesial kesukaanmu. Oh iya, kamu berangkar bareng Simon ya, soalnya Papamu sudah berangkat pagi-pagi sekali. Ada rapat komite."

Keyla mengangguk lalu tersenyum kepada ibunya. Dia tak ingin membuat wanita setengah abad itu khawatir.

Setelah menyelesaikan sarapan, Keyla lalu pamit kepada ibunya. Dia pergi ke garasi rumah mengeluarkan kendaraan kesayangannya, yaitu motor matic yang dibeli ayahnya tahun lalu sebagai kado ulang tahun.

"Simon! Mari kita berangkat, lets go!" Motor tersebut diberi nama Simon oleh Keyla.

Sesampainya di sekolah yang baru, ada seorang guru yang menyambut murid-murid di depan gerbang. Keyla yang sudah memarkirkan Simon, langsung menuju ke arah guru tersebut untuk menanyakan ruangan kepala sekolah, yaitu Papanya sendiri.

"Permisi Pak selamat pagi, kalau ruangan kepala sekolah di mana ya?" ucap Keyla lalu menyalami tangan guru tersebut.

"Pagi." Gurunya menatap Keyla. "Sepertinya saya tidak familiar dengan kamu."

"Saya Keyla, Pak. Murid baru."

"Oh ya. Kenalkan saya Pak Toyo, Guru bimbingan konseling yang biasa menyambut para murid masuk sekolah."

"Ya Pak Toyo, lalu saya harus ke mana ya?"

"Sebentar, kamu tunggu di sini, saya akan panggilkan Bu Neni untuk menggantikan saya di sini, lalu kamu ikut ke ruangan saya dulu. Baru saya antar ke ruang kepala sekolah."

"Iya Pak."

Keyla berdiri di samping Pak Toyo yang masih menyalami murid-murid yang datang. Dia pun heran, sedari tadi Pak Toyo tidak bergerak untuk memanggil Bu Neni yang tadi ia disebutkan, melainkan masih melayani murid-murid untuk bersalaman.

Sampai pandangan Keyla terfokus kepada seorang murid yang berpenampilan lusuh seperti tidak mandi dan hanya membawa satu buku di genggamannya, berjalan mengantri di antara murid-murid yang hendak bersalaman dengan Pak Toyo.

Ketika tiba saatnya murid tersebut, ternyata dirinya hanya diam memandang ke arah Pak Toyo dan juga Keyla. 

Keyla terus memandang heran.

Tak lama kemudian murid tersebut membuka mulut dan mengeluarkan beberapa binatang kecil bercampur dengan darah segar menetes dari dalam mulutnya, membuat Keyla takut seraya berteriak sambil menutup mata.

"Aaaaaaaaa…."

Pak Toyo yang berada di sampingnya heran lalu menegur Keyla.

"Hei, kenapa?"

"I-itu Pak, wajahnya sungguh sangat mengerikan! Ih!"

Pak Toyo lalu melihat sekitar. Namun, sudah tidak ada orang lagi yang lewat karena memang waktunya sudah bel dan penjaga sekolah sudah menutup gerbang.

"Mana? Tidak ada orang?"

Keyla perlahan melepaskan tangannya dari mata sedikit mengintip melihat ke arah yang tadi ada seorang murid yang mengerikan itu. 

Benar saja, tidak ada orang lain selain mereka 

"Kamu tidak apa-apa?" ujar Pak Toyo menatap aneh.

Keyla menggeleng.

"Ya sudah. Ayo ikut bapak ke ruangan kepala sekolah."

Keyla mengikuti Pak Toyo dari belakang sambil memikirkan hal yang baru saja terjadi. Pak Toyo saja sampai menatapnya aneh dan sedikit ketakutan karena Keyla sudah berperilaku tidak biasa di hari pertama masuk sekolah.

Sesampainya di ruang Kepala Sekolah, ternyata pak kepala baru saja ingin keluar dari kantornya dan melihat Keyla bersama Pak Toyo menghampiri dirinya.

"Selamat pagi Pak, ini Keyla murid baru di sekolah kita. Dia ingin bertemu bapak."

"Oh ya terima kasih, Pak Toyo."

"Sama-sama Pak, kalau begitu saya lanjut pergi ke ruang guru."

Kepala sekolah mengangguk dan kembali membuka pintu ruangannya menyuruh Keyla masuk.

"Akhirnya kamu sampai juga di sekolah ini tanpa bantuan Papa."

"Ya sampai lah Pah, 'kan ada Google Map, zaman sekarang sudah canggih!"

"Ya memang. Papa harap ini terakhir kalinya, terpaksa Papa memasukkan kamu ke Sekolah ini. Tadinya Papa merasa malu dan tidak ingin, tetapi mamamu terus membujuk Papa. Jika kamu bikin masalah lagi dan mengakibatkan hal yang kemungKeyla dikeluarkan dari sekolah, Papa tidak akan membantu lagi. Kamu urus saja hidupmu sendiri."

"Iya Pah. Maafin Keyla."

"Ya sudah, kamu ke ruang guru lalu cari Bu Sasa."

"Baik Pah." 

Keyla langsung beranjak dari duduknya dan menyalami Papanya tersebut. Tetapi ketika dia hendak pergi pandangan Keyla menuju ke sebuah foto yang terpajang di sana dan Keyla melihat itu lebih dekat.

Papanya langsung menghampiri Keyla.

"Akhirnya kamu melihatnya!"

"Siapa dia, Pah?"

Papanya mulai sedikit menjelaskan tentang seseorang yang di foto itu.

Bersambung ….

Next chapter