1 Prolog

"Thella, coba lihat, ada seorang pria tampan yang berjalan ke arah kita. Seperti seorang artis korea, aku yakin kau akan menyukainya," Vanya dengan sangat heboh memberutahukan pada Thella tentang seorang lelaki yang memang berjalan ke arah mereka.

"Mana dia?" Thella mengedarkan pandangannya pada sekitar ruangan bar yang mereka kunjungi, hingga ia melihat jelas seorang lelaki dengan tampang cool berjalan ke arah mejanya. Jantungnya berdegup kencang. Nalurinya tidak bisa menolak karisma pria tampan tersebut.

"Thella? itu namamu?" Tanya pria itu.

"Ya, ada apa?" Thella menjawab pertanyaan lelaki itu dengan cukup singkat. Ia melihat pria itu tersenyum sekilas.

"Menikahlah denganku," Ucap pria itu dengan ringan. Thella gelagapan, ia tidak menyangka pria di hadapannya itu mengajaknya menikah.

"Kita tidak saling mengenal, kenapa tiba-tiba kau..." Kalimatnya terpotong kala pria itu mendekatinya.

"Namaku Naufal. panggil aku Fall. Aku tidak ingin penolakan, jadilah pengantinku," Pria itu pergi meninggalkannya. Thella kesal. Lelaki itu sekejap datang lalu mengajaknya menikah dan sekarang pergi begitu saja tanpa rasa bersalah.

"Laki-laki sialan! Berani sekali dia mengancamku," Dengusnya kesal.

"Hei.. sejak kapan kau berpacaran dengannya? baru saja dia melamarmu? Sungguh sangat beruntung, aku juga ingin memiliki suami sepertinya," Vanya memandang punggung lelaki yang tengah berjalan menjauh itu dengan tatapan sangat menginginkan.

"Gila! Ambil saja lelaki itu. aku tidak butuh suami sepertinya,"Thella mengambil tasnya dan berniat untuk pergi.

"Thella, acara belum selesai dan kau ingin pergi begitu saja?!" Vanya setengah berteriak kesal. Sahabatnya begitu sensitif. Hanya karena lelaki yang tak di kenal, ia bisa menjadi sangat garang.

"Aku sudah tidak selera dengan pesta ini. Hubungi teman lain saja. Aku harus pulang," Thella melangkahkan kakinya menuju pintu keluar. Ia sangat terburu-buru hingga menubruk dada seorang pria. Bahkan lelaki itu tetap berdiri kokoh tak tergoyahkan sedikitpun.

"Fall..." Ia mendongak dan mengenali sosok laki-laki yang ia tabrak. Lelaki itu, yang beberapa menit lalu melamarnya tanpa cincin, mangajaknya menikah seolah sudah saling kenal. Pria itu menatapnya dengan tatapan sedingin es.

"Thella, mengapa kau berniat lari dariku? Kau tunanganku sekarang. Tidak bisa pulang seenaknya saja. Ini pesta dansa, setidaknya, temani dulu calon suamimu ini berdansa, baru kau bisa pulang dengan tenang," kalimat yang Fall ucapkan tanpa ekspresi membuat Thella menghentikan langkahnya. Tapi untuk apa ia mendengarkan pria aneh ini?

"Fall, aku bukan calon istrimu, bukan tunanganmu, aku bahkan tidak kenal siapa dirimu, jadi tolong jangan asal mengklaim aku sebagai calon pengantinmu!" Thella mendengus kesal. Ia tidak habis fikir dengan apa yang ada di otak laki-laki yang ada di hadapannya itu.

"Bukankah aku tadi sudah memberitahumu, namaku Naufal dan kau sudah memanggilku dengan benar, apa itu belum termasuk kenal?" Tentu saja bukan cowok bodoh! Umpat Thella dalam hati.

Thella curiga, pria di hadapannya iti tidak pernah mengenal wanita, sampai arti kata kenal pun dia tidak paham.

"Fall, perkenalan itu harus dilalui dengan beberapa saat yang lama. Baru saja mengucapkan nama lalu mengajak menikah, itu aneh. Lagipula aku tidak bersedia menikah denganmu!" Thella mencoba memberontak.

"Jangan kamu pikir aku tidak tahu kau kerja di mana, rumahmu di mana, tempat favoritmu apa, kau berani menolak, karirmu selesai hari ini juga. Kau tidak akan di terima kerja di perusahaan manapun. Hidupmu akan menderita seumur hidup. Jadi pertimbangkan tawaranku!"

"Satu lagi, jika menikah denganku, kau akan tinggal di rumah mewah, akan ku berikan mobil keluaran terbaru, uang berlebih, tanpa kau harus susah payah lagi bekerja!" Suasana Bar yang ramai memaksa Fall untuk berkata dengan nada tinggi agar di dengar oleh Thella.

Sejenak gadis itu berpikir. Jika ia menolak menikah dengan Fall, maka karirnya akan terancam, bahkan mungkin orang-orang terdekatnya juga. Kenapa lelaki tampan sepertinya punya kepribadian yang sangat buruk! Umpat Thella di dalam hati.

Ia mengepalkan tangannya. Ia benar-benar tidak mempunyai pilihan lain kecuali menikahi pria yang tidak di kenal itu. Ia memang menyukai pria tampan, tapi ia tidak suka pria yang tidak perduli dengan perasaan wanita seperti Fall. Baginya, hanya uang yang dapat di gunakan untuk membeli seluruh isi dunia. Bahkan termasuk wanita.

"Fall...!" Thella meneriaki lelaki yang telah berjalan angkuh beberapa langkah di depannya itu, hingga membuatnya menengok dan berhenti.

"Ada apa?" Tanyanya datar. Tanpa ekspresi.

"Aku... aku... aku bersedia menikah denganmu," Berat rasanya Thella mengucapkan kata-kata itu, tapi ia tidak punya pilihan. Fall telah menggenggam separuh dunianya. Jika ia memutuskan untuk melawan Fall, dia sendiri yang akan kalah dan terpuruk. Ia menyadari, pria di hadapannya tampak sangat berpengaruh.

"Bagus! Besok aku akan menjemputmu. Kita Fitting baju pengantin kita. Lusa, kita menikah," Ujar Fall, masih dengan tanpa ekspresi. Lelaki di hadapan thella ini seperti manekin, tidak bisa tersenyum sedikitpun saat bicara. Membuat Thella jengah.

"Fall, apa itu tidak terlalu cepat?" Thella coba protes.

"Atau mau sekarang saja?" Fall kembali mengancam Thella. Gadis itu menciut nyalinya. Benar-benar lelaki yang kaku.

"Baiklah, aku tidak akan protes lagi," Thella mencoba mengalah. Mungkin memang takdirnya, harus menikahi pria aneh seperti Fall.

"Sebaiknya memang begitu. Aku tidak menerima bentuk protes dalam hal apapun. Besok tepat jam delapan aku datang. Jangan buat aku menunggu. Aku benci menanti terlalu lama," Fall mengatakan itu dengan menatap Thella menggunakan mata elangnya.

"Baik, Fall. Jangan terlalu galak. Aku takut," Lagi-lagi Thella memprotes Fall. Ia menyesal tdlah mengucapkan kalimat itu.

"Maaf!" Hanya kata itu yang Fall ucapkan, kemudian ia berlalu meninggalkan Thella yang masih belum bisa menerima kenyataan yang baru saja ia alami.

Thella menarik rambutnya sendiri dengan kedua tangannya. Ia kesal dengan sikap Fall. Bagaimana mungkin ia akan melewati banyak hari dalam hidupnya untuk tinggal satu atap dengan pria egois sepertinya?

"Tuhan, aku berharap ini mimpi. Aku tidak mungkin menikahi Fall. Aku mohon, esok bangunkan aku tapi hilangkan Fall dari hari-hariku," Ia berkata setengah berdoa dengan lirih. Ia yakin tidak ada yang mendengarkannya.

"Thella, kamu tidak jadi pulang?" Vanya kembali menemukan Thella yang sedang bimbang.

"Lelaki itu, dia tidak mengizinkan aku pulang. Katanya aku harus menemaninya berdansa sebelum pulang," Keluhnya pada Vanya.

"Maksudmu, laki-laki yang baru saja melamarmu?" Tanyanya sejurus kemudian.

"Ya," Jawab thella super singkat.

"Kau benar-benar akan menikahinya?" Vanya penasaran dengan ekspresi yang di tunjukkan sahabatnya itu. Thella yang biasanya gembira, kali ini terlihat sangat kacau.

"Aku tidak punya pilihan lain..."

avataravatar
Next chapter