1 Bab 1 Perjodohan

Seorang pria muda dengan postur tubuh tegap, atletis serta tampan sedang duduk di kursi nyamanya sambil menatap layar computer yang ada di hadapanya. Angga wijaya putra sulung dan juga putra satu-satunya keluarga Wijaya telah menjadi direktur di perusahaan yang papanya bangun hampir tiga puluh tahun ini.

Kesuksesan perusahaan Corp, ltd semakin maju ketika Angga memimpin. Kelihaian Angga dalam menarik klean memang tidak bisa di ragukan, bahkan perusahaan yang Angga pimpin sudah sampai terkenal sampai keluar Negeri.

Sayangnya Angga yang sudah berumur tiga puluh tahun sama sekali belum mempunyai kekasih. Mamanya bahkan sudah ingin menimang cucu. Mengingat umur meraka sudah menuai, mereka pun memaksa Angga untuk segera mencari pasangan hidup. Tapi setelah memberi Angga waktu selama dua tahun, nampaknya putranya itu belum mampu mencarinya. Maka Wijaya selaku papanya pun mengambil keputusan untuk melakukan perjodohan dengan Putri temannya.

Wijaya meraih ponsel yang berada di atas nakas, lalu menelpon temannya. Setelah sambungan tersambung Wijaya langsung mengatakan maksud dan tujuanya. Teman Wijaya memang berasal dari kampung, bahkan keluarga itu sangat sederhana. Tetapi karena persabatan mereka yang sudah lama terjalin Wijaya pun percaya bahwa Angga anaknya akan cocok dengan Putri sahabatnya itu.

Wijaya juga sudah sering melihat foto Putri sahabatnya itu, selain cantik, gadis itu juga sangat rajin. Bahkan dia tidak pernah meninggalkan papanya di kampung. Padahal dia lulusan S1 dari salah satu universitas di Jakarta, bahkan Wijaya semakin kagum saat mengetahui kalo anak dari sahabatnya itu sangat berbakti.

Angga menyusun semua berkasnya, lalu mematikan leptop yang ada di hadapanya. Karena sebentar lagi Angga akan Rapat maka dia berniat untuk berangkat dan sampai duluan di sana.

Kring…, kring ponsel Angga berbunyi dari saku celananya, dia pun meraih dan melihat siapa yang menghubunginya, ternyata papanya lah yang menghubungi Angga. Dengan cepat Angga mengangkat telepon dari papanya tersebut.

"Iya pa, ada apa?" tanya Angga

"Kamu kapan balik kerumah, apa dua hari kedepan kamu sibuk?"

"Hmm, sepertinya tidak sibuk pa, oh, iya, ada apa ya pa? apa ada sesuatu?" tanya Angga lagi

"Tidak, tidak. Papa hanya mau menyuruh kamu pulang, papa mau mengundang kamu makan malam, sudah lama kamu tidak dari rumah."

"Ya sudah, aku pulang."

"oke, papa tunggu." Klik, mereka pun mengakhiri teleponya. Angga segera berangkat ke ruang rapat.

Dua hari berikutnya Angga pergi kerumah sang papa, sesuai janjinya kemarin dia akan makan malam di sana. Setelah pulang kerja tanpa mengganti pakaian Angga pun segara melajukan mobilnya. Lima belas menit pun berlalu dan Angga sudah sampai di rumah papanya.

Angga pun masuk kedalam rumah, dia menyalami papanya yang sedang duduk di meja tamu. Angga melihat papanya sedang ada tamu dan mereka sedang asik berbicang.

"Kamu salim dulu gih," ujar wijaya menyuruh Angga menyalami temannya. Angga pun melakukanya dengan sopan dia menyalami lelaki yang yang bersama papanya itu. Tak bersealang berapa lama seorang gadis datang menghampiri meraka.

"Pa, om makanannya sudah siap, mari makan."

Angga pun memperhatikan gadis itu. Gadis udik dengan pakaian kampungan sungguh Angga tak menyukainya. Angga hanya suka dengan gadis pakaian sexy, cantik dan mulus. Bukan seperti gadis yang ada di hadapanya saat ini.

"Masnya gak ikut makan toh, Lisa masak banyak loh."

Angga pun terlepas dari lamunannya, dia kembali menatap gadis udik di depannya. Setelah itu dia melangkahkan kakinya mengikuti papanya ke meja makan.

Wijaya makan dengan begitu lahapnya, ini sangat jarang terjadi. Semenjak istrinya meninggal Wijaya sangat sedikit makan, bahkan pernah tidak makan berkali-kali karena dia merindukan masakan istrinya. Angga pun tersenyum melihat itu. Ternyata papanya yang dulu sepertinya sudah kembali.

Angga sangat jarang kembali kerumah, padahal jika rumah papa Angga ini sangat besar dan begitu mewah. Di dekat kantor Angga membeli sebuah appartement, dia tinggal di sana dan jarang kembali ke rumah.

Pelan-pelan Angga mulai menuangkan nasi yang ada di hadapanya, tak lupa juga ia memasukan lauk pauk, sayur. Angga menyendok makanan ke dalam mulut, perlahan dia mencicipi makanan buatan gadis udik itu dan ternyata Angga sangat menyukainya.

"Masakan putri mu sangat enak Joy, dia sudah cocok menjadi pendamping anak ku, Angga."

Uhuk… uhuk

Angga seketika terbatuk mendengar ucapan papanya, melihat Angga terbatuk dengan segera Lisa menuang Air kedalam gelas dan memberinya ke Angga.

"Pelan-pelan toh mas," kata Lias. Angga menerima gelas dari tangan Lisa dan menegguknya. Lega perasaan Angga ketika meminum itu.

"Bahkan mereka sangat serasi menurutku, lihat saja Lisa dengan sigapnya melayani Angga saat tersedak." Setelah ayah Lisa mengucapkannya, kedua pria paruh baya itupun tertawa secara bersamaan.

Wajah Lisa merah merona, bahkan dengan malu-malu dia menatap Angga yang ada dihadapanya. Lisa melihat Angga, menurutnya pria itu sangat tampan dan berkarisma. Bahkan jika di banding dengan mantan pacarnya dulu, Angga jauh lebih tampan.

Angga menjadi tidak berselera makan, menurutnya perkataan papanya itu tidak hanya sekedar gurauan. Apa papanya bermaksud menjodohkanya dengan gadis udik ini? Jika 'Ya' Angga akan menolaknya mentah-mentah. Tetapi sebelum berprisangka buruk lebih baik Angga memastikanya.

"Apa yang sedang papa bicarakan?" ucap Angga penasaran. Dia harus tau maksud dari papanya tersebut. "Papa tidak bermaksud menjodohkan aku kan?" tanya Angga lagi.

Wijaya akhirnya serius, ini sudah sejak lama dia rencanakan dengan istrinya. Bahkan ketika dua tahun lalu sang istri di panggil oleh Tuhan, ia meminta kepada sang suami untuk segera menikahkan Angga. Wijaya sudah berjanji kepada istrinya dan dia pun harus melakukanya.

"Pa, jawab Angga."

"Iya, papa sudah berencana menikahkan kamu dengan Lisa, dia anak yang baik dan cocok buat kamu. Papa rasa hanya Lisa yang bisa jadi pendamping kamu, Angga."

"Angga tidak mau, dan aku secara sadar menolak perjodohan ini."

Angga sudah begitu kekeh dengan jawabanya, dia tidak ingin hidup selamanya dengan wanita yang tidak dia cintai, lagian dia sudah sukses, dan dia juga sudah punya segalanya. Pasti bisalah dia dapat gadis yang lebih cantik dan sexy dari Lisa yang dia angga udik.

"Kenapa Angga? Ini permintaan papa dan mendiang ibu kamu, jika kamu menolak maka mama kamu tidak akan tenang dialam sana."

"Tetap saja Angga gak mau pa, lagian Angga sampai kapan di jodohkan seperti ini? Angga udah dewasa pa, udah bisa cari pasangan sendiri."

"Mau sampai kapan? Mau sampai kamu tua kayak papa, dulu bahkan ketika mama kamu hidup dia member kamu kesempatan selama dua tahun, lalu apa yang terjadi? Kamu tidak membawa calon kamu. Papa gak mau tau, kamu harus menerima keputusan papa. Jika tidak jangan harap kamu mendapatkan sepeserpun harta dari papa."

Bersambung.

Hay.. hay ini novel pertama aku di webnovel, jangan lupa vote, komen di bawah ya. Terimakasih sudah membaca.

avataravatar
Next chapter