Pada pertarungan keempat adalah pertarungan Leorio dengan seorang napi wanita bernama Leroute.
Leroute adalah seorang wanita muda yang cantik dan ramping yang bertubuh pendek. Dia memiliki mata berwarna magenta dengan bulu mata yang sangat panjang dan rambut merah muda liar yang diikat dengan pita kuning dengan kuncir kuda yang besar, membuat kedua poninya tidak terikat.
Di dalam cerita aslinya, Leroute adalah salah satu dari lima tahanan yang dikirim oleh Lippo untuk menggagalkan ujian Hunter ke-287. Sementara Majitani berpura-pura mati untuk memperpanjang ujian agar tidak maju, Leroute bertaruh melawan Leorio Paradinight apakah Majitani masih hidup atau mati, menggunakan waktu mereka sebagai kredit.
Dia mengusulkan untuk menggunakan sisa 50 jam masing-masing dan melanjutkan sampai satu pihak tidak memiliki kredit waktu lagi untuk bertaruh. Akibatnya, jika Leorio kalah, timnya memiliki jam lebih sedikit untuk melarikan diri dari menara, tetapi jika Leroute kalah, waktu akan ditambahkan ke kalimatnya.
Leroute menghadapi Leorio dalam duel non-tempur, dan dengan mudah memanipulasi dia menjadi serangkaian taruhan yang menyebabkan timnya kehilangan waktu lima puluh jam.
Leroute dihukum 112 tahun penjara dikarenakan perjudian ilegal dan perdagangan spesies yang terancam punah.
*************************************
Malam hari pun telah tiba, waktu terus berjalan dan semakin berkurang. Leorio yang berdiri tepat di depan lawannya tersenyum dengan penuh kepercayaan diri sambil menunjuk ke arah napi yang berada di depannya.
Leorio : Baiklah, sekarang giliranmu. Katakan apa jenis pertarungannya?
Leroute hanya tersenyum licik di balik jubah hitamnya.
Leorio : Kenapa kamu diam saja? Jangan membuang-buang waktuku! Dan bisa kah kau membuka dulu jubahmu itu? Apa kau mau terus mengenakan itu sampai aku memenangkan pertarungannya? (menyindir)
Leroute : Baiklah. Hihihi...
Tiba-tiba borgol yang ada di tangan Leroute terbuka dan terjatuh di lantai area pertarungan. Leroute membuka jubah hitamnya dan terlihat penampilan yang mempesona dari Leroute. Seketika Leorio terpesona dan tergoda. Leorio memasangkan wajah genit yang berseri-seri.
Leorio : Uwoooo!!! (Tunggu, tenanglah diriku. A-apa-apaan itu? Tapi dia cantik dan menggoda sekali)
Lucia : (Dasar hidung belang! Kadang kala kekuatan bisa mendengar pikiran orang secara bebas ini menyebalkan, aku jadi bisa mendengar semua isi hati Leorio yang menjijikan itu) *merasa malu dan kesal*
Killua : Pak tua itu, pasti sekarang dia gembira sekali...
Lucia : Benar, dia sungguh menjijikan!
Lucia mendengus kesal. Killua memasangkan wajah malas dan kecewa. Dan Gon hanya bisa melongo. Sedangkan Kurapika hanya menatap dengan serius.
Kurapika : Entah kenapa perasaanku jadi tidak enak nih...
Gon : Eh? Ada apa? (bingung)
Semua mengabaikan Gon yang kebingungan. Leorio masih sibuk dengan pikiran kotornya dan masih enggan tersadar, sehingga Lucia terpaksa berteriak dengan kesal dari arah tempatnya berdiri.
Lucia : PAMAN, JANGAN BUANG-BUANG WAKTU DAN CEPAT SELESAIKAN PERTARUNGANNYA!!
Leorio langsung tersadar dari lamunan dan pikiran kotornya.
Leorio : Ehmm (berdeham sekali) Baiklah, sekarang katakan pertarungannya! (berlagak serius)
Leroute tersenyum manis.
Leroute : Baiklah, ayo kita taruhan (tersenyum licik)
Leorio : Taruhan? Taruhan apa?
Leroute : Gampangnya, menurutmu aku ini wanita atau pria? (tersenyum licik)
Leorio : Hah?! (kebingungan)
Leroute : Ada apa? Apa itu masalah?
Leorio : Ti-tidak, bukan begitu... (sedikit gugup) Terus apa yang akan dipertaruhkan? (Dia jelas sekali terlihat seperti wanita. Atau jangan bilang dia itu waria? Tidak mungkin, kan? Bukan. Dia pasti wanita!) *berpikir keras*
Lucia : (Apanya yang waria atau pria?! Jelas-jelas dia itu seorang wanita! *mulai merasa kesal* Pertarungan ke-4 yang sangat merepotkan dan juga menyebalkan. Wanita itu sangatlah licik dan cerdik. Apa aku tidak bisa melakukan sesuatu?) *sedang berpikir keras*
Pikiran Leorio pun buyar sewaktu Leroute mengatakan taruhannya.
Leroute : Jikan yo (waktu) *tersenyum*
Leorio : Jikan? (waktu?) *mulai kebingungan*
Leroute : Benar. Kita mempertaruhkan waktu untuk bisa lolos dari tahap ini dan waktu disini tidaklah murah. Lihatlah pada layar di dinding itu.
Tiba-tiba sebuah monitor yang biasa digunakan untuk menghitung atau menentukan suara terbanyak pun menunjukkan angka 50 : 50.
Leroute : Kita punya waktu yang sama yaitu 50 jam. Akan tetapi, kita cuma bisa mempertaruhkan berkelipatan 10. Kita lanjutkan sampai satu dari kita tidak bisa bertaruh apapun.
Leorio : Pertaruhan waktu?
Lucia : (Kuharap Leorio bisa sedikit berguna dalam pertarungan ini)
Leroute : Kita akan bergantian memberi taruhan, jika waktu habis, maka dari itu waktumu akan berkurang 50 jam.
Leorio : Jadi bagaimana kalo waktumu yang habis?
Leroute : Hukuman kami akan bertambah 50 tahun.
Leorio sedikit tersentak mendengar perkataan Leroute.
Leroute : Bagaimana? Apa bisa diterima?
Di balik layar, Lippo yang sejak tadi memantau lewat dari TV monitornya pun mulai berkomentar di dalam ruangannya.
Lippo : Leroute, hukuman 112 tahun penjara dikarenakan perdagangan hewan langka dan perjudian. Kelihatannya dia sangat paham tentang pertarungan ini (tersenyum licik)
Tiba-tiba terdengar seruan dari arah teman-temannya.
Kurapika : Leorio, berhati-hatilah, itu jelas jebakan!
Lucia : Paman, pikirkanlah baik-baik sebelum menentukan jawaban!!
Leorio : Baiklah. Tentang pertarungannya, bagaimana cara membuktikannya kalau kau ini pria atau wanita?
Leroute : Oh, benar juga... Baikkah, setelah itu kau boleh bebas memeriksa tubuhku sampai kau benar-benar merasa puas (tersenyum menggoda)
Leorio : (Ehhh, benarkah?! Tubuhnya?!) *senang dan pipi berseri-seri*
Leorio langsung melihat dan menilai ke arah tubuh Leroute seperti om-om genit hidung belang. Baik Killua, Lucia dan Kurapika sudah bisa menebak hal apa yang akan terjadi berikutnya karena sangat mengenal sifat dan watak Leorio.
Killua : Dasar pak tua! Aku bisa menebaknya dia pasti akan bilang seorang pria.
Kurapika : Benar, pasti begitu.
Lucia : Dasar pria hidung belang yang menjijikan! (merasa kesal)
Gon : Eh? Kenapa begitu? Orang itu, mau bagaimana pun juga jelas-jelas terlihat seperti seorang wanita, kan?
Lucia : Benar, tapi kau tidak akan mengerti Gon.
Lucia menepuk pundak Gon dengan pelan. Gon semakin kebingungan.
Leorio : Baik, keputusanku kupertaruhkan 10 jam kamu itu seorang pria! (menunjuk ke arah Leroute)
Leroute yang bisa menebaknya langsung tersenyum licik. Kurapika menghela nafas.
Kurapika : Sudah kuduga! (merasa kecewa)
Killua : Pak tua yang licik! (menatap dengan muak)
Lucia : Tuh kan benar! Awas saja kalau dia kembali kesini, akan ku potong biiiip nya!! (disensor author lol) *marah*
Killua dan Kurapika yang merasa ngeri dengan perkataan lucia pun langsung menenangkan Lucia. Sedangkan Gon yang polos hanya kebingungan dan tidak mengerti. Dia mulai bertanya-tanya.
Gon : Eh? Tunggu. Kok kalian bisa tahu?
Leorio tersenyum licik dalam hati, dan memasangkan wajah om-om genit. Dia mulai sibuk dengan pemikiran kotornya, "Kalau benar, dia adalah seorang wanita, maka... Hehehehe... Aku rela menghabiskan 10 jamku untuk bisa dengan puas menyentuh tubuhnya. Ini situasi yang menguntungkan! Tapi bagaimana kalau dia itu seorang pria?"
Lucia semakin murka mendengar isi hati Leorio dan hendak maju kesana. Meskipun Killua dan Kurapika tidak bisa mendengar isi hati Leorio, mereka bisa menebaknya karena Lucia sangat marah dan auranya sudah terlihat seperti dewa kematian yang siap memenggal kepala manusia kapanpun itu. Sekuat tenaga Kurapika dan Killua menahan tubuh Lucia.
Lucia : Lepaskan!! Aku akan segera memotong bipppppp nya (disensor author lagi lol) sekarang juga!! Lepaskan!! *marah*
Killua : Bersabarlah, Luci!! (menarik dan menahan lengan kiri Lucia)
Kurapika : Lucia, tenanglah!! (menarik dan menahan lengan kanan Lucia)
Gon yang polos pun ikut panik dan menenangkan Lucia. Akan tetapi, gagal. Tonpa hanya diam dan terbengong-bengong.
*************************************
Di bagian Hisoka.
Setelah Hisoka berhasil melewati beberapa tahap di menara Trik ini, dia memasuki sebuah ruangan yang cukup gelap. Dengan tenang dan santai, Hisoka memasuki ruangan gelap tersebut.
Ternyata di dalam ruangan tersebut, ada seseorang telah menunggunya untuk membalaskan dendamnya terhadap Hisoka. Dia bernama Togari.
Tiba-tiba ada banyak sekali lilin yang berada di ruangan tersebut menyala satu persatu sesuai urutan dengan sendirinya. Hisoka menatap dengan serius dan tajam ke arah Togari yang sedang duduk bersandar di dinding.
Togari : Aku menunggumu, Hisoka (tersenyum licik)
Togari menatap Hisoka dengan tatapan benci lalu tersenyum licik.
Togari : Aku bukan penguji tahun ini. Aku berada disini untuk membalas dendam! Mari kita selesaikan urusan kita yang ada di ujian tahun lalu yang belum terselesaikan semuanya dengan tuntas!
Togari bangkit dari tempatnya.
Togari : Sekarang aku akan fokus untuk mrmbunuhmu!
Togari mengeluarkan dua buah pisau berbentuk bulan sabit di kedua tangannya. Dengan penuh kepercayaan diri, dia tersenyum licik dan meremehkan Hisoka.
Togari : Sekarang, aku akan membalas semua luka ini!!
Hisoka : Pfft. Hmph! Soal bekas luka itu, kau boleh membawanya... Tapi kau menyalahkanku atas kelemahanmu sendiri.
Togari memutar pisaunya dan kedua pisau berputar dengan sangat cepat.
Togari : Jangan banyak bacot!! Hehehe..
Togari tertawa meremehkan, dia merasa sangat percaya diri bisa membunuh Hisoka kali ini.
Togari : Bersiaplah untuk mati!
Hisoka : Dua pisau, ya... (bergumam)
Hisoka sedikit tersentak karena tiba-tiba Togari menghentikan memutar pisaunya dan melempar pisaunya ke atas, lalu dari balik bajunya dia mengeluarkan dua buah pisau lagi.
Togari : Bukan dua pisau! Rasakan ini!!
Togari melempar dua buah pisau yang ada di tangannya ke arah Hisoka. Kedua pisau itu berputar dan terbang sangat cepat menyerang ke arah Hisoka. Akan tetapi, Hisoka berhasil menghindari dengan mudah.
Togari : GOOOAAARRRR!!! (berteriak keras)
Togari langsung datang menyerang dari arah depan, sedangkan dua buah pisau lainnya yang di atur oleh Togari dengan menggunakan Nen pun datang menyerang dari arah belakang dengan sangat cepat.
Meskipun Hisoka masih bisa menghindari, akan tetapi kedua pisau tersebut berhasil melukai tubuh Hisoka. Kedua pisau itu menggores pinggang dan bahu Hisoka.
Togari melempar kedua pisau yang ada digenggamannya lalu dengan cepat menangkap kedua pisau lainnya yang datang dengan cepat ke arahnya dari depan.
Togari : Masih belum!!
Togari kembali melempar kedua pisaunya ke arah Hisoka. Sekali lagi Hisoka menghindar dengan memiringkan tubuhnya ke belakang lalu memutarkan tubuhnya bagai melakukan break dance dan melompat. Togari tertawa senang dan meremehkan Hisoka.
Togari : Hahaha... Atas, bawah, kiri, kanan, depan, belakang, kau tak akan bisa menghindarnya terus menerus seperti itu, Hisoka!!
Hisoka terus menghindari pisau-pisau yang datang menyerangnya yang datang ke berbagai arah dengan santai dan mudah. Sedangkan Togari terus menerus menangkap lalu melempar pisau-pisaunya secara berulang-ulang kali dengan cepat.
Togari : Kau akan terpotong dari segala arah dengan pisauku ini! Menghindari serangan ini sangat mustahil! Aku akan melihatmu kesakitan!!
Hisoka : Cih!
Togari : Sampai kau mati, Hisoka!!!
Togari sangat terkejut saat Hisoka berhasil menangkap dan menghentikan kedua pisau itu di tangannya.
Togari : Uoo!! Ti-tidak mungkin!!
Togari refleks mundur beberapa langkah ke belakangan dengan ekspresi yang sangat terkejut dan juga ketakutan di wajahnya.
Hisoka : Ya, aku akui memang sedikit susah saat menghindari seranganmu. Jadi...
Hisoka menjilati pisau yang ada ditangannya.
Hisoka : Tangkap saja pisaunya.
Hisoka maju secara perlahan-lahan ke arah Togari yang mulai berkeringatan dingin.
Togari : (Mustahil. Aku berlatih setengah tahun untuk bisa menangkap pisau itu, tapi dia...)
Hisoka menghentikan langkahnya dan berdiri sekitar dua meter di depan Togari lalu memutarkan kedua pisau tersebut.
Hisoka : Naruhodo... (Oh ternyata begitu ya...)
Hisoka menghentikan putarannya lalu tersenyum licik yang menyeramkan.
Hisoka : Di luar dugaanku, ternyata sangat mudah dan sederhana, ya? Aku memberimu apresiasi meskipun usahamu itu sia-sia.
Togari bercucuran keringat. Rasa kesal, marah, terkejutan, ketakutan, kebingungan, dan panik semua menjadi satu. Togari berteriak keras. Lalu tiba-tiba kepalanya pun terputus. Darah berhamburan keluar dan tubuhnya ambruk ke lantai bersamaan dengan padamnya lilin.
Hisoka : Ah~ Seandainya dia ada disini. Darahnya tidak akan terbuang sia-sia... (tersenyum licik)
Hisoka membuang pisaunya ke sembarangan tempat lalu berjalan keluar dari ruangan ini. Pintu terbuka, Hisoka adalah orang pertama yang lulus dan sampai di paling dasar dari menara Trik ini. Tiba-tiba terdengar suara operator dari speaker.
Operator : Hisoka, nomor 44, yang pertama keluar dari ujian tahap ke-3. Waktu keseluruhan : 06 jam 07 menit.
*************************************
Kembali di bagian Gon dan kawan-kawan.
Pada akhirnya, Gon dan lainnya berhasil menenangkan Lucia. Dan Gon pun sudah mengertikan karena Killua menjelaskan dengan singkat. Lalu dengan penuh semangat 45, Leorio langsung meminta jawaban yang benar sambil menunjuk-nunjuk ke arah Leroute.
Leorio : Baik, katakan jawabannya sekarang juga! (tersenyum lebar)
-Bersambung-
Please VOTE, LIKE, FAVORITE AND COMMENT ❤ THANK YOU ❤