1 01 | Awal Mula

Hyera sama seperti gadis remaja pada umumnya. Menyukai senja dan obrolan-obrolan singkat tentang pria. Dia hanya tidak suka ketika gulita mulai mengikis warna jingga pada angkasa. Ketika semua menjadi gelap dan mereka yang tidak bisa di lihat mulai nampak ke permukaan.

Dia bisa menutup mata dan pura-pura 'tak melihat keberadaan mereka, tapi bagaimana pun kita tidak bisa menampik jika manusia hidup berdampingan dengan makhluk 'tak kasat mata.

Mama bilang dia spesial, tapi bagi teman teman nya ini adalah kutukan. Menjadi berbeda dengan anak lain bukan hal mudah. Menjerit ketika melihat sesuatu yang orang lain tidak lihat, berusaha menghindari tatapan mata mereka, juga menahan diri dari segala bisikan jahat.

Bagi Hyera, kemampuan ini adalah bencana.

Kala itu pagi kembali menyingsing. Menyambut Hyera pada hari baru di sekolah baru. Lagi dan lagi, dia kembali pindah dan harus memulai semua dari awal. Pekerjaan sang ayah mengharuskan nya ikut berpindah sekolah dan tempat tinggal. Beradaptasi adalah bencana, Hyera tidak pernah bisa melakukan nya dengan sempurna.

"Kenalin aku Hyera, Nakamoto Hyera. Pindahan dari SMAN 01 Bandung."

"Weh weh orang jepun wei."

"Beneran Jepang, kah ? Atau cuman nama ?"

Pertanyaan yang terlalu sering Hyera dengar. Apakah dia benar benar orang Jepang, atau hanya sekedar nama ? Well, bukan ingin membual tapi ini kenyataan. Ibu nya adalah orang Jepang asli, sedangkan ayah nya adalah pribumi. Beliau berasal dari Kalimantan, karena itu setelah ada kesempatan akhirnya sang ayah membawa serta keluarga nya untuk kembali pulang.

Ada banyak sanak saudara di sini.Di kota para raja, Kalimantan Timur, Tenggarong, Kutai Kartanegara. Yang Hyera tahu tempat ini jauh berbeda dari kenangan nya belasan tahun silam. Masih segar dalam ingatan nya. taman penuh patung dan wahana bermain yang kini telah di renovasi besar besaran. Dia tentu kecewa, tak ada lagi danau indah di tengah taman, ataupun patung hewan kokoh 'tuk jadi tunggangan. Hanya ada dataran semen luas dengan panggung di sudut lain nya.

Hyera berjalan menuju bangku paling belakang. SMAN 1 Tenggarong menjadi pilihan nya untuk melanjutkan pendidikan. Selain jarak yang dekat, sekolah ini merupakan salah satu sekolah favorite anak anak sekolah menengah. Tentu saja kedua setelah SMAN 3 Tenggarong Seberang.

Sebuah gedung besar dengan warna hijau dominan. Kelas XI MIPA 3 akan menjadi teman barunya di tahun kedua ini.

"Halo aku Theresia."

"Halo juga."

Pagi itu sepertinya semesta ikut berbahagia.

.

.

.

Satu minggu berlalu dan semua berjalan lancar. Tentu saja selain beberapa 'makhluk' yang ternyata cukup banyak di sini. Di kelasnya saja seorang perempuan dengan wajah hancur selalu duduk di belakang pintu, memeluk lutut dengan wajah yang selalu menunduk. Beruntung untuk Hyera, jika tidak seperti itu pasti konsentrasi nya terbagi. Sering melihat bukan berarti dia terbiasa.

Kepercayaan terhadap roh halus masih kental di masyarakat kota raja. Beberapa tempat bahkan di percaya sebagai tempat keramat. Tempat ratu berselendang kuning contoh nya. Ratu yang sering menampakan diri di ruang bawah tanah museum Mulawarman itu di percaya sebagai putri Karang Melenu. Hyera tidak tahu pasti, tapi jelas dia tidak ingin melihat apapun itu.

Dan juga, ruang bawah tanah Museum itu mampu membuat Hyera merasa tidak nyaman bahkan ketika dia baru berdiri di depan pintu masuk.

"Tolong."

Hyera berbalik dengan cepat ketika suara lirih itu terdengar jelas. Entah kebetulan atau memang di sengaja, angin kencang datang menerbangkan rambut panjang nya. Suasana lapangan pagi itu tiba tiba tidak lagi senyaman tadi. Murid murid yang tadi nya ramai menjadi hening. Seharusnya sejak lima belas menit lalu mereka sudah memulai senam pagi seperti rutinitas mingguan mereka. Tapi tiba tiba saja para guru mulai berbisik ketika wakil kepala sekolah menerima telepon dari seseorang.

Kepala sekolah berdiri di depan sana. Di depan tiang bendera di hadapan mereka. "Kami baru saja mendapat telepon dari salah satu orang tua murid. Turut berduka cita, tapi salah satu teman kita, sahabat, adik kakak Kelas kalian Ahsha Miranti Putri. Baru saja berpulang Kepada-Nya. Mari doakan semoga dia bisa di terima di tempat terbaik. Al-Fatihah --"

Hyera tersentak. Namun, tak urung ikut menundukkan kepala. Dia bisa mendengar isak tangis yang tertahan di belakang nya. Ahsha adalah salah satu siswi di kelas nya. Seorang teman yang baru seminggu dikenal, mereka cukup dekat.

Semoga Tuhan memberikan tempat terindah, batin nya.

"--Amiin. Ayo mana OSIS nya ? Kita mulai senam nya."

Anak anak dari kelas MIPA 3 bergerak dengan lesu. Pagi ini mereka baru saja kehilangan salah satu sahabat. Sang wakil ketua kelas yang akrab telah hilang. Belum ada penjelasan terkait penyebab kematiannya namun, yang pasti siang ini mereka akan pergi ke rumah duka.

Theresia yang sejak tadi berdiri di samping Hyera memegang tangan nya. "Aku kok ngerasa bersalah, ya ? Aku kemarin kemarin kelahi sama Aca. Aku ndik* salah, kan Hye ?" lirih Theresia. Mereka tetap bergerak mengikuti instruktur senam dengan gerakan terpaksa. Mereka tidak ingin menjadi tumbal dan senam di barisan depan sebab tidak bergerak. Sungguh, itu memalukan.

"Enggak lah There. Aca baik kok, dia pasti ngerti dan maafin kamu." Hyera tersenyum. Walau dalam hati terasa ragu, entah mengapa ada kilat aneh dan perasaan tidak nyaman saat menatap teman sebangkunya itu.

(*ndik = Tidak dalam bahasa kutai)

avataravatar
Next chapter