5 Lab Bahasa: Bolos Ujian

Arfan menguap dengan lebar mendengar dongeng dadakan yang Deno ceritakan kepadanya dengan semangat. Dia menyesal karena berangkat ke sekolah terlalu pagi dan harus bertemu dengan Deno yang moodnya sedang bagus.

Salah satu hal buruk yang harus dihindari dari Deno adalah Mood yang bagus.

"AH ELAH TAU GINI GUE BERANGKAT JAM 7 AJA BEGO!"Batin pemuda itu berteriak miris merasa telinganya sudah kepanasan sendiri sekarang.

BRAKKK!

"HALLO RAKYAT!!"Teriak Hendri dengan riang setelah menendag pintu tak bersalah dengan kasar. Treno yang berada dibelakangnya hanya tertawa dengan girang melihat Hendri yang hobi menendang pintu kelas.

"WOE BERISIK LO ANAK KAKEKTUA!!"Teriak Deno sambil menatap garang kearah Hendri. "Perasaan gue adanya Kakaktua deh?Kakektua emang ada?"Tanya Hendri sambil menatap heran kearah Arfan.

"Biasa, hewan langka nya Deno, pasti ada."Jawab Arfan tak minat sambil mengibaskan tangannya mengisyaratkan agar Hendri segera menjauh darinya.

"HEH MULUTNYA!"Teriak Deno dengan galak sembari menepuk kasar mulut Arfan.

"SALAH APA LAGI GUE SETAN!?"

"MULUT LO MINTA DIJEJELIN KAUS KAKI JUNA TERNYATA!"Balas Deno sambil mendelik sinis kearah Arfan yang hanya mencibir membalasnya.

"GUE DIEM KENA MULU HERAN!"Protes Juna setelah melongok kan kepalanya kedalam kelas dengan memandang sengit kearah Deno. "Njirrr gue kira setan beneran."Decak Deno sambil mendorong kepala Juna dengan kasar.

"Hmm, ngomong-ngomong gue udah lama nih gak bolos..."Celetuk Treno sambil mendekat kearah Arfan dengan menaik-turunkan alisnya. "Kode ngajak bolos lo?"Tanya Arfan sambil melirik tak minat kearah Treno.

Treno mengangguk dengan semangat. "Mau gak? gue, Hendri sama Juna udah pasti ikut."Tanya Treno dengan wajah yang penuh harap.

Arfan menatap malas kearah Treno, sesekali ia memutar kedua bola matanya dan kembali mengalihkan perhatiannya.

BRAKKKK

"IYA DONG! GUE HARUS IKUT BOLOS!"

Treno terlonjak kaget dan refleks menabrak Hendri yang ternyata malah melompat-lompat dibelakangnya.

"HOE! APA-APAAN LO!?"Teriak Hendri sambil mendorong tubuh Treno yang langsung terjengkang kedepan meja—Geon yang tengah diduduki oleh Arfan.

"LO KALAU MAU BILANG 'IYA' YA GAK USAH SOK COOL GITU DONG HEWAN OBRAL! KAN GUE NGERASA ANEH GOBLO!"Umpat Treno sambil menendang kaki Arfan dengan bringas.

Arfan hanya tertawa dengan bodoh dan segera menghindar dari tendangan bertubi-tubi yang Treno lontarkan.

"Gue ikut dong, malas gue ikut ujian PKN, pasal-pasal lah, Undang-undang lah, kebijakan lah, tahun-tahun lah, dikira otak gue itu 'ngeh' apa dipertanyain kek gitu!"Gerutu Deno sambil terduduk dibangku Alvin dengan wajah yang mengeruh.

"Yaitu makanya gue ngajak kalian bolos, siapa lagi nih yang mau ikut?"Tanya Treno sambil mengendarkan pandangannya menyapu seluruh kelas.

"Gue ikut."Jawab seseorang sambil menatap datar kearah Treno yang malah memegangi dadanya.

"Heh anjirrr! jangan seenak jidat ngomong! gue kira tadi apaan!"Protes Treno sambil menghujat Indra yang hanya menatapnya malas. "Lu kagetan entar malah punya penyakit jantung kan bukanya tambah bahaya?"Tanya Indra dengan datar.

"Emang gitu berpengaruh?"Tanya Treno dengan kening berkerut. "Biasanya orang yang memiliki riwayat penyakit jantung itu kalau kenapa?"

"Kalau kaget kena serangan jantung."Jawab Treno dengan polos. "Lalu tadi lo kagetan kan? kalau kaget lalu sampai serangan jantung gimana?"Tanya Indra sambil menatap serius kearah Treno.

"HUWAAAA JANGAN DONG!!"Panik Treno sambil melompat dan menarik lengan Indra dengan merengek pelan. "Gue takut ini Indra!"Rengek Treno sembari menghentakkan kakinya membuat Indra mengulum bibir menahan tawa.

"Pemandangan apa lagi ini!"Gerutu Fiana yang perjalanannya harus terhenti diambang pintu karena melihat Treno yang sekarang malah merengek seperti anak kecil didepan Indra.

"Pasangan homo bertambah rupanya."Celetuk Jihan sambil menatap datar kearah Treno yang merengek tak jelas dengan Indra yang terlihat menahan tawa. "Heran aja, kek nya kelas ini digentayangi hantu homo, masa setiap siswa ada pawangnya masing-masing sih."Cibir Fiana yang membuat Jihan menahan tawanya.

"Ya kali anjirr, gue aja gak ada kok, tenang aja."Kata Jihan dengan yakin membuat Fiana malah menatap ragu kearahnya.

"SAYANGKU!!"Teriak Hendri dengan girang dan segera melompat kearah Jihan.

Jihan dengan sigap segera menggeser tubuhnya membuat Hendri terjengkang kedepan membuatnya malah menabrak Reyhan dan Rivan yang baru saja berdiri didepan kelas.

"Mampusss."Ejek Jihan sembari menendag bokong Hendri dan menggelindingkan nya keluar kelas.

"ANJIR JIHAN! BAHU GUE SAKIT GOBLO KENA KEPALA HENDRI!"

"JIHAN KALAU MAU NYIKSA ORANG JANGAN JADIIN KAMI KORBAN JUGA DONG!"

"HENDRI SIALAN BANGET SOK PENGEN MELUK JIHAN!"

"SANA LO SANA MINGGIR!"

Fiana bergidik ngeri saat melihat Jihan malah tertawa dengan bahagia melihat Juna yang tersiksa seperti itu.

"HENDRI KEK NYA SALAH PILIH PAWANG DEH! KEJAM PAWANGNYA!"Ejek Reyhan sambil tertawa nista menatap Hendri yang menjadi korban tendangan maut Jihan.

Bukannya melawan, Hendri malah menggelindingkan tubuhnya penuh drama diatas lantai membuat Fiana meringis kecil melihatnya.

"Gak ada pawang konon."

|•|•|•|

"Keadaan aman kan?"Tanya Arfan setengah berbisik kearah Leon yang berada tepat dibelakangnya.

"Aman terkendali."Jawab Leon yang berjalan mengendap-endap bersama Arfan yang bertugas mengamankan keadaan.

Sesampainya mereka berdua digerbang belakang sekolah. Arfan menghela nafas lega karena tak ada guru yang patroli hari ini.

"Gimana? gak ada yang pratoli kan?"Tanya Juna sambil mendekat kearah Leon dan Arfan yang baru sada datang. "Enggak ada, semuanya aman."

"Jadi? semuanya ikut bolos kecuali Jihan nih?"Tanya Indra yang mengedarkan pandangannya. "Kita gak bisa kalau harus ngajak Jihan, dia baru aja dipanggil sama Pak Bay, tau kan lah Pak Bay itu kalau ceramahin muridnya sampai masuk jam pelajaran, kalau kita ajak Jihan, yang ada rencana kita gagal total!"Jelas Arfan sambil menyilang kedua lengannya.

"Yasudah lah, tapi jangan sampai Jihan tau kalau kita bolos,"Kata Geon yang mulai memanjat dinding. "Tapi entar kita buat alasan aja waktu nangkring di warung depan lupa waktu, makanya kita telat dan gak bisa masuk sekolahan."Lanjutnya yang sudah terduduk diperbatasan dinding.

"Ya, kalau gitu sih Jihan pastinya bisa maklum in."Balas Leon yang juga ikut memanjat dinding dengan cepat.

"Kalian mau kemana?"

"Duh mampusss."Umpat Ilyan dengan lirih sambil menoleh dan mendapati Fiana menatap mereka semua dengan tajam.

"Hai Fin, lagi ngapain?"Tanya Ken basa-basi sambil tersenyum kikuk. "Gak usah modus! Kalian mau bolos kan!?"Tanya Fiana dengan ketus.

"Ssstttt pelan-pelan dong suaranya, nanti ada yang denger kan bisa gagal rencana kita."Jelas Ken sembari menaruh jari telunjuknya didepan mulut. "Udah, jangan banyak alasan kalian! cepet jawab!?"Gertak Fiana membuat Ken mulai memutar otaknya mencoba mengeluarkan jurus Modus Non Jutsu nya:)

"Denger ya Fin, kami semua sedang dilanda krisis sosial..."Jelas Ken dengan serius. "Maksudnya apaan!?"Tanya Fiana yang masih saja ketus.

"Gini-gini, tadi kami semua dapat kabar kalau orang tuanya Treno kecelakaan,"

"ANJIRRR MASA BONYOK GUE DIJADIIN KAMBINK HITAM SEH!?!?"Batin Treno merasa miris sendiri ketika nama kedua ortunya dijadikan kambink hitam.

"Lalu kami kan jadi panik, kalau izin guru gak bakal dibolehin karena ini dalam masa ujian, lalu kenapa kami gak ajak Jihan? karena Jihan lagi dipanggil sama Pak Bay, kan lo tau Pak Bay itu sifatnya kayak gimana?"

"Dan lagi kami semua kan khawatir, orang tua Treno itu baik banget sama kita semua, udah anggap kita semua anaknya sendiri, jadi gimana kami gak panik? plis Fin, kami hanya ingin menjenguknya saja, soal ujian kami semua masih bisa ikut ujian susulan kan?"

"Yang penting ini bukan ujian untuk kelulusan, tolong ngertiin kami, Treno juga butuh tau keadaan orang tuanya."Lanjut Ken dengan wajah sendunya.

"THE MASTER DRAMA DALAM MODE MODUS NON JUTSU SUKSES!!"Batin Ken dengan girang didalam hati merasa aktingnya begitu muluz tanpa hambatan.

"K-kalau gitu tolong kirimin salam sama orang tua lu ya No kalau mereka sadar, g-gue turut berdukacita, maaf tadi gue tiba-tiba langsung nuduh kalian yang enggak-enggak."Sesal Fiana sembari menunduk dalam.

"Enggak papa Fin, terima kasih udah izinin kami."Balas Treno dengan senyum sendunya.

"GUE JUGA BISA DRAMA DONG! GINI DOANG MAH KECIL!!"Batin Treno merasa bangga sendiri bisa main drama seperti ini.

"Tapi nanti jangan beri tahu Jihan ya Fin, soalnya kan Jihan pasti masuk kelas waktu ujian sudah dimulai, takutnya dia panik dan ninggalin ujian gitu aja, kan bisa bahaya."Jelas Ken membuat Fiana mengangguk mantap.

"Yasudah, kami pergi dulu ya Fin."Pamit Leon sambil melambai ringan dan segera melompat dari dinding. "Ya, hati-hati kalian semua."

Fiana tersenyum dengan sendu, dia sekarang jadi merasa bersalah karena menuduh teman-temannya seperti tadi.

"Gue terlalu berlebihan tadi."

"Ken, lo emang yang bisa kami andalkan, otak lo kalau cari alasan pinter juga."Puji Ziano sambil merangkul bahu Ken dengan cengiran lebarnya. "The Master Of Drama pasti mudah kalau buat alasan kek gitu doang."Lanjut Ken sembari terkekeh geli.

"Yokk ke warnet, nge-game!"Kata Reyhan dengan semangat yang langsung diangguki oleh yang lain.

|•|•|•|

Jihan mengerjab dan menatap heran kearah kelasnya yang hanya tersisa Fiana seorang. Entahlah kemana temannya yang lain pergi, tapi yang aneh, kenapa mereka belum kembali ke kelas juga? bukankah ini sudah waktunya masuk jam pelajaran?

"Fin!"Panggil Jihan sambil mendekat kearah Fiana yang tengah memfokuskan dirinya membaca buku pelajaran. "Apa?"Tanya Fiana yang langsung menutup bukunya.

"Yang lain kemana? kok gak kelihatan? bukannya ini udah masuk ya?"Tanya Jihan sambil mendudukkan dirinya dikursi Ilyan. Fiana menggeleng dengan lemah dan menatap sendu kearah Jihan, "Enggak tau, dari tadi cuman ada gue kok dikelas."

"Lo kenapa? keliatan sedih gitu?"Tanya Jihan dengan kening berkerut. "Hanya ada sedikit masalah."Jawab Fiana dengan ragu.

"Pasti ada masalah, coba cerita ada apa?"Tanya Jihan sambil mendekatkan tempat duduknya dihadapan Fiana.

"Aduh ini gimana caranya gue cari alasan!!"Batin Fiana si gadis yang tak memiliki bakat bohong-bohongan kleb.

Fiana menggerakkan matanya dengan cemas. Dia sama sekali tak pintar dalam hal berbohong—terlalu jujur dan sekarang dia jadi sangat kesulitan untuk mencari alasan.

"Lo pasti tau dimana yang lain kan? udah jangan takut, cerita aja sama gue,"Lanjut Jihan yang mengerti gerak-gerik Fiana yang terlihat cemas.

Fiana menghela nafas dan menatap sendu kearah Jihan. "Gue gak bisa kasih tau alasan kenapa yang lain lakuin itu, tapi gue hanya akan kasih tau kalau tadi yang lain keluar sekolah dari gerbang belakang, manjat dinding."Jelasnya membuat Jihan hampir saja mengumpat kasar.

Jihan tau, semua temannya sedang dalam masa bolos-berjamaah. Inilah yang Jihan paling benci, dia paling tidak suka bila ada teman-temannya yang membolos.

Tau gini, tadi Jihan sebaiknya tidak mengikuti Pak Bay yang ingin berbicara tentang masalah tak bermutu kepadanya. Kalau saja ia tidak mengikuti Pak Bay, pasti dia bisa mencegah teman-temannya.

Jihan langsung memasang tampang masam. Dia benar-benar tidak menyangka teman-temannya akan melakukan hal seperti ini.

Fiana yang melihat itu semakin dilanda rasa bersalah. Dia berpikir bahwa Jihan sangat khawatir atau marah kepada temannya yang lain karena tidak bisa memberitahukannya atau kalau tidak menunggunya.

Tapi bukan itu yang sebenarnya terjadi.

Jihan, paling benci dengan temannya kalau mereka sampai bolos, dan tidak mengajaknya!

avataravatar
Next chapter