webnovel

Tiga

Pagi ini cuaca tidak mendukung, di luar sedang turun salju sehingga udara semakin dingin. Aku melihat keluar jendela mengamati keadaan di luar. Salju turun tidak terlalu tebal namun tetap saja membuat sekitar rumah menjadi putih. Pohon-pohon dan bunga sebagian sudah berubah menjadi putih tertutup salju. Salju, sampai saat ini aku tidak terlalu menyukainya, karena aku tidak tahan dingin. Mungkin berbeda kebanyakan orang yang sangat suka dengan salju namun berbeda denganku. Aku belum terbiasa dengan salju meski sudah lima tahun aku tinggal di sini, karena sejak kecil aku terbiasa dengan iklim tropis. Tak jarang setiap musim salju aku selalu terkena demam dan flu, itu derita bagiku. Meski sekarang sudah tidak separah dulu sih namun tetap saja melelahkan untukku.

Rasanya hari ini aku sangat malas untuk berangkat sekolah, karena cuaca dingin. Beranjak dari tempat tidur saja rasanya malas apalagi mandi. Ibuku sedari tadi sudah berkali-kali memanggilku namun aku masih saja bilang lima menit lagi. Aku masih tak jemu memandang keluar jendela, meski aku tidak suka salju karena dingin tapi aku suka melihatnya. Setelah cukup lama memandang luar jendela aku segera menuju kamar mandi. Rasanya berendam air hangat sangat cocok disaat udara di luar sangat dingin. Aku menyelesaikan mandiku kemudian berganti seragam dan merapikan rambutku serta menaburkan bedak tipis dan lip bam berwarna pink dengan tipis pula. Aku menghentikan aktivitasku ketika melihat jam ternyata aku hampir saja telat. Aku berlari keluar dan pamitan pada ayah dan ibu.

"Sarapan dulu sayang." Ujar Bunda

"Nanti saja Bu, Nana buru-buru." Ujarku sambil berlari.

"Hati-hati, Oppamu sudah menunggu di mobil." Ujar Bunda

"Iya Bu. Nana berangkat dulu." Ujarku

Melihat tingkahku Ayah hanya menggelengkan kepala dan tersenyum. Benar saja Pak Shin sudah menungguku di depan mobil. Aku tidak menyapanya dan langsung masuk ke mobilnya, Pak Shin pun masuk setelahku.

"Kamu kesiangan hari ini?" Ujarnya

"Tidak tapi saya tadi malas mandi karena dingin." Ujarku polos

Dia tersenyum dan sesekali menatapaku. Aku cuek saja dan tidak menghiraukan keberadaannya, aku tidak mau hariku rusak karenanya. Ah, karena buru-buru aku lupa membawa matel musim dinginku. Mengapa aku begitu bodoh, aku merutuki kebodohanku sendiri. Meski pemanas mobil sudah dinyalakan namun, aku tetap merasa dingin karena hanya mengenakan seragam sekolah dan jasnya yang kurang tebal. Aku menyilangkan tanganku untuk mengurangi rasa dinginnya.

Mobil melaju sangat kencang karena kami hampir saja terlambat, Pak Shin mengemudi dengan serius. Kemudian aku memintanya menurunkanku di tempat biasa namun Pak Shin tidak menurutiku dan menurunkanku di parkiran sekolah. Rasanya aku sangat jengkel padanya, aku takut teman-temanku tahu kalau Pak Shin mengantarku. Terutama fans-fansnya, pasti aku akan di cincang habis oleh mereka. Meski sudah sampai rasanya aku enggan untuk keluar. Kemudian Pak Shin membukakan pintu jadi mau tidak mau aku harus keluar.

"Gamsahamnida." Ujarku kemudian hendak meninggalkan Pak Shin.

Namun, Pak Shin justru menghentikanku dengan memegang lenganku. Tiba-tiba tanpa berkata apapun Pak Shin melepaskan mantelnya dan memakaikannya padaku. Aku masih dirundung rasa bingung dan menatapnya. Setelah memakaikan mantelnya padaku, Pak Shin merapatkan syal dilehernya. Aku tahu dia juga kedingingan tetapi kenapa dia memberikan mantelnya padaku. Aku bingung dibuatnya.

"Ah, kwencanayo. Pak Shin pakai saja." Ujarku sambil melepaskan mantelnya.

Namun kegiatanku dicegah olehnya.

"Pakai saja, kamu lebih membutuhkannya. Aku tahu kamu kedinginan, bagaimana bisa kamu lupa membawa mantel di saat musim dingin." Ujarnya

"Ah itu karena tadi saya buru-buru. Terima kasih mantelnya." Ujarku

Dia tidak menjawab kemudian berjalan di sampingku. Aku menuju kelas dan dia menuju ruang guru. Untung saja aku sampai di kelas tepat waktu. Kedatanganku di sambut oleh tawa dari teman-teman, apa ada yang salah pikirku. Kemudian aku baru menyadari bahwa mantel yang ku pakai kebesaran, jelas saja karena ini bukan milikku. Bahkan Na Ri bertanya apa aku memakai mantel ayahku, tentu saja aku mengiyakan tidak mungkin aku bilang ini mantel Pak Shin kan. Jika aku bilang iya artinya cari mati, aku berkata aku lupa bawa mantel jadi ayahku memberikan mantelnya padaku. Na Ri mengejekku karena kecerobohanku, sudah tahu musim dingin tapi melupakan mantel dasar Nana. Kemudian jam pelajaran pun di mulai.

Aku sangat lapar sekali karena tadi tidak sempat sarapan. Namun jam istirahat masih sangat lama, perutku sangat perih. Na Ri bertanya apakah aku baik-baik saja. Aku mengangguk, hanya lapar saja ujarku. Aku memang selalu sarapan sebelum berangkat sekolah, ini pertama kalinya aku tidak sarapan mungkin perutku belum terbiasa. Lama kelamaan aku merasa pusing karena perutku yang semakin perih.

"Kwencana, kamu sangat pucat Nana. Apa kita ke UKS saja? Aku akan mengantarmu." Ujar Na Ri

"Kwenaca." Ujarku

"Tapi wajahmu tidak baik-baik saja, pucat sekali. Aku rasa ini bukan hanya karena tidak sarapan tapi kamu belum siap dengan cuaca ini." Ujarnya

Ya, Na Ri tahu jika aku tidak tahan dingin, apalagi ini adalah hari pertama musim dingin. Aku rasa tubuhku belum menyesuaikan. Na Ri menempelkan telapak tangannya ke dahiku.

"Kamu demam, sebaiknya kita izin ke UKS. Jika tidak kamu bisa pingsan disini." Ujar Na Ri khawatir.

Kemudian Na Ri meminta izin kepada Guru,

"Ah ketua kelas yang sakit. Kamu bisa ke UKS atau langsung pulang juga tidak apa-apa Kim Nana. Kamu sangat pucat, Na Ri tolong jaga Nana ya!" Ujar Bu Min

Na Ri menggandengku keluar kelas dan membawaku ke UKS. Dia bertanya apa perlu menelpon ibuku untuk menjemputku, namun aku berkata tidak usah. Sesampainya di UKS aku berbaring, Na Ri menyelimutiku kemudian dia pergi ke kantin untuk membelikanku roti. Aku memejamkan mataku karena kepalaku terasa sangat pusing dan mataku terasa panas. Tak lama Na Ri kembali dengan membawakan secup coklat panas dan sebuah roti. Na Ri menyuapiku namun aku tidak berselera makan jadi hanya beberapa gigit saja. Kemudian aku tidur kembali, tak lama petugas kesehatan datang dan memeriksaku. Karena sudah ada petugas kesehatan aku meminta Na Ri kembali ke kelas agar dia tidak ketinggalan pelajaran. Meski awalnya dia tidak mau namun akhirnya dia menurutiku dan kembali ke kelas. Petugas kesehatan memberikanku obat demam kemudian aku tertidur.

Jam pelajaran telah berganti kini jam bahasa Inggris ini berarti jamnya Pak Shin. Dia pasti mencariku karena hari ini aku harus menyerahkan dokumen kelasku padanya. Aku mengirim pesan singkat pada Na Ri untuk mengambil data tersebut di tasku dan menyerahkannya pada Pak Shin. Kemudian aku melanjutkan tidurku karena demamku belum juga turun. Tidurku terusik ketika aku merasakan ada seseorang yang mengusap rambutku, aku pikir itu pasti Na Ri. Apa sekarang sudah waktunya pulang pikirku. Aku membuka mataku tapi bukan Na Ri yang aku lihat. Ya, Pak Shin sekarang sudah duduk di sampingku dan memandangiku.

"Kenapa bapak di sini?" Tanyaku

"Kenapa tidak bilang jika sakit, kamu bisa menghubungi Oppa." Ujarnya

"Ah kwencanayo." Ujarku lemah

"Bangunlah, kita ke rumah sakit lalu pulang." Ujarnya sambil membantuku bangun dan ia juga sudah membawakan tasku. Aku tidak dapat menolak karena kondisiku memang sedang tidak baik. Dia memakaikan syalnya padaku, dia bahkan sudah memberikan mantelnya padaku tadi. "Mengapa dia begitu baik padaku?" Ujarku dalam hati. Bahkan Pak Shin hanya memakai setelan resmi yang tidak tebal. Aku merasa bersalah padanya, dia pasti juga kedingingan. Kemudian dia membantuku berjalan menuju mobil. Sepanjang koridor banyak pasang mata yang menatap kearah kami, bukan hanya teman-temanku namun juga para guru. Mengingat ini jam istirahat sehingga banyak orang di luar kelas. Aku tidak nyaman dengan keadaan ini tapi aku tidak punya pilihan lain bukan.

Sesampainya di mobil Pak Shin membukakan pintu untukku kemudian memasangkan sabuk pengaman untukku. Kemudian dia masuk mobil setelahnya dan segera melajukan mobil. Sepanjang perjalanan ke rumah sakit aku tertidur untuk meringankan sakit kepalaku. Setelah 45 menit akhirnya kami sampai di rumah sakit, dia membangunkanku. Aku bangun dan Pak Shin sudah membukakan pintu kemudian membukakan sabuk pengamanku. Ah kenapa dia begitu baik sih, batinku. Dia memeluk erat pinggangku dan membantuku berjalan. Aku duduk di kursi tunggu, sedangkan Pak Shin mengurus administrasi. Masih harus menunggu giliranku untuk diperiksa dokter. Aku rasa antreannya masih cukup panjang mengingat masih banyak pasien di sampingku. Setelah mengurus administrasi Pak Shin duduk di sampingku.

"Tidurlah dulu, ini masih agak lama!" Ujarnya sambil meletakkan kepalaku di bahunya

Aku hanya diam karena tidak punya tenaga dan karena kepalaku masih pusing. Aku tertidur di bahunya, entah mengapa ini sangat nyaman. Dia sedikit merendahkan bahunya karena dia sangat tinggi buatku, posisi ini membuatku nyaman. Akhirnya tiba juga giliranku, aku masuk ruang dokter dengan Pak Shin. Dokter memeriksaku dan memintaku untuk meminum vitamin dan beristirahat beberapa hari kemudian menuliskan resep untukku. Kami keluar dari ruang dokter dan menuju loket obat untuk mengambil resep, aku hanya duduk menunggu Pak Shin. Setelah mengambil resep kami berjalan menuju mobil kemudian pulang. Lagi-lagi aku tertidur di perjalanan, sesekali Pak Shin mengusap rambutku dan memperhatikanku. Sesampainya di rumah aku masih belum bangun, Pak Shin juga tidak membangunkanku. Ibuku terkejut melihatku pulang lebih awal dengan kondisiku yang tidak baik. Kemudian mempersilakan Pak Shin untuk membawaku ke kamar. Ya, tepat sekali ini kedua kalinya aku tertidur dan Pak Shin menggendongku. Ibuku melepaskan sepatuku dan mantelku kemudian menyelimutiku, lalu keluar bersama Pak Shin.

Ibuku dan Pak Shin duduk di ruang tamu dan membicarakan keadaanku, tidak lupa Pak Shin menyerahkan obatku kepada ibu. Ibu sangat berterima kasih pada Pak Shin telah membawaku ke rumah sakit. Tidak lupa ibuku membuatkan teh hangat untuk Pak Shin, ibuku menyadari bahwa mantelnya telah diberikan padaku. Ibuku beranjak ke kamarku hendak mengambilkan mantelnya di kamarku namun Pak Shin berkata tidak usah. Sehingga ibuku tidak jadi mengambilkannya.

"Kalau begitu saya pamit dulu Ahjumma, karena masih ada jam mengajar di sekolah." Ujarnya

"Ah hati-hati Jon Young ah, terima kasih sudah menjaga Nana. Aku harap kamu bisa selalu menjaganya." Ujar Ibuku

"Tentu saja Ahjumma, kalau ada sesuatu Ahjumma bisa menghubungi saya." Ujarnya

Kemudian Pak Shin pergi meninggalkan rumahku dan kembali ke sekolah. Aku baru terbangun ketika ibuku membangunkanku untuk makan dan minum obat. Setelah itu aku kembali tidur, begitulah saat aku sedang sakit aku selalu saja tidur. Ayah dan ibuku selalu merawatku penuh kasih sayang terlebih jika aku sakit seperti ini. Pasti ayah akan menuruti semua keinginanku jika aku telah sembuh, begitulah ayahku. Meski terlihat cuek tapi ayah adalah seseorang yang sangat menyayangi keluarganya.

Next chapter