1 Perkenalan

Kim Nana, itu adalah namaku. Aku adalah siswa semester akhir di salah satu sekolah menengah atas di Korea. Ya sebenarnya aku bukan lahir di sini, namun aku sudah tinggal di sini sejak sekolah menengah pertama. Sebelumnya aku tinggal di Indonesia karena ibuku adalah orang Indonesia, sedangkan ayahku warga negera Korea Selatan. Mau tidak mau aku dan ibu ikut pindah bersama ayah, karena pekerjaan ayah yang mengharuskannya untuk pindah. Awalnya itu sulit bagiku, karena aku sudah sangat nyaman tinggal di Indonesia. Di Indonesia aku memiliki banyak teman sedangkan, di sini aku hanyalah gadis yang tidak punya banyak teman. Beradaptasi dengan lingkungan baru cukup sulit bagiku. Aku tidak mudah bersosialisasi dan cenderung suka menyendiri. Terlebih aku juga tidak fasih berbahasa Korea, meski aku bisa bahasa Korea. Bahkan bisa dibilang pelafalanku sangat buruk, jadi aku lebih sering menggunakan bahasa Inggris di awal-awal kepindahanku ke sini. Menyesuaikan diri cukup sulit, mengingat lingkungan serta budaya di sini dengan Indonesia sangat berbeda. Cuaca, itu salah satunya. Aku tidak terbiasa dengan udara dingin seperti di sini, bisa dikatakan aku tidak tahan dingin. Pada tahun-tahun awal aku di sini aku selalu membuat ayah dan ibuku repot, bagaimana tidak, aku tidak ingin keluar dari kamar selama musim dingin. Tentu hal itu mustahil dilakukan mengingat aku harus berangkat sekolah. Ya begitulah aku.

Namun semua itu telah berlalu, selama kurang lebih hampir lima tahun di sini aku mulai terbiasa. Terbiasa dengan lingkungan baru dan orang-orang baru. Di sini aku telah memiliki seorang sahabat. Dia bernama Oh Na Ri, kami sudah bersahabat sejak sekolah menengah pertama. Dia adalah orang yang mengajakku berteman pertama kali pada saat aku pindah ke sini. Dia adalah gadis yang baik, dan hangat. Itu yang membuat kami cocok dan menjadi sahabat. Bahkan aku selalu sekelas dengan Na Ri, ajaib bukan. Aku senang meski hanya Na Ri yang menjadi temanku. Meski demikian bukan berarti aku tidak berteman dengan yang lain. Aku tetap berteman dengan yang lain namun tidak sedekat dengan Na Ri. Ibarat kata aku dan Na Ri tidak terpisahkan. Semua orang tahu itu, bahkan julukan kami adalah si kembar. Ya bukan kembar dalam arti sebenarnya.

Hari ini hari pertama masuk sekolah setelah liburan. Aku berangkat naik bus. Tadinya ayah ingin mengantarku, namun aku bilang ingin berangkat sendiri tentu saja ayah tidak keberatan. Aku berjalan menuju halte terdekat dari rumahku, ya meski terdekat tetap saja cukup jauh. Daerah di rumahku jarang ada kendaraan umum dan harus menuju pinggir jalan untuk bisa menemukan kendaraan umum. Aku menelpon Na Ri memintanya untuk menungguku di depan gerbang seperti biasanya. Tak lama bus menuju sekolahku datang, aku bergegas masuk ke bus. Hari ini cukup padat mengingat liburan telah usai, banyak pelajar seperti aku memenuhi bus. Bahkan tempat duduk pun sudah penuh, jadi terpaksa aku berdiri. Tiba-tiba ada seseorang yang menawarkan bangkunya untuk kududuki, aku merasa tidak enak dan dan berniat menolak. Namun seseorang itu berkata tidak apa-apa, jadi akhirnya aku duduk.

"Gamsahamnida." Ujarku

"Nde. Oh iya kamu satu sekolah denganku kan?" ujarnya

"Benarkah?" ujarku

"Iya aku ada di kelas XII.2. Perkenalkan namaku Choi Hyun Jong." Ujarnya sembari mengulurkan tangan padaku.

"Ah Nde, Kim Nana Imnida." Ujarku lalu menjabat tangannya.

"Senang berkenalan denganmu Nana." Ujarnya

Aku menjawabnya dengan senyuman. Rasanya aneh saja, kita di kelas yang bersebelahan namun aku sama sekali tidak mengenalnya. Mungkin aku yang kurang sosialisasi pikirku. Karena telah duduk aku mengeluarkan novel yang aku baca dan membacanya karena masih butuh waktu untuk sampai di sekolah. Tanpa aku sadari bus sudah berhenti di halte sekolah. Aku bergegas turun dan menyapa Hyun Jong sebelum turun. Aku melihat Na Ri sudah di depan gerbang sekolah menungguku, aku segera berlari menghampirinya. Kemudian kami berjalan menuju kelas kami karena sebentar lagi bel akan berbunyi. Tak lama ibu guru sudah memasuki ruang kelas dan pelajaran pun dimulai. Tak terasa jam istirahat tiba, aku dan Na Ri berencana ke kantin namun sebelum itu aku hendak membawa novelku. Namun setelah mencari-cari bahkan mengeluarkan isi tas novelku tidak ada. Apa mungkin terjatuh di bus ya pikirku. Aku sedikit sedih mengingat novel itu baru kubeli dua hari yang lalu dan sekarang sudah hilang.

"Na Ri, novelku hilang. Mungkin jatuh di bus tadi." Ujarku sedih

"Ah bagaimana bisa hilang, ya mau gimana lagi. Ya sudah nanti sepulang sekolah kita mampir ke toko buku lagi, jangan sedih." Ujarnya

Aku mengangguk, Na Ri menggandengku menuju kantin. Seperti biasa aku dan Na Ri duduk sudut kantin. Ini adalah tempat ternyamanku dan Na Ri saat di kantin. Setelah Na Ri memesan makanan kami pun menyantap makan siang. Kemudian kembali ke kelas setelah itu, karena masih ada jam pelajaran. Di kelas terlihat semuanya sudah heboh entah ada berita apa. Tiba-tiba seorang guru masuk ke kelas, guru itu tampak asing bagiku. Ah ternyata itu yang membuat semua siswa tadi heboh, itu adalah guru baru yang menggantikan guru bahasa Inggris sebelumnya. Semua siswa perempuan tertegun menatap guru baru itu termasuk Na Ri. Guru tersebut memperkenalkan diri sebelum memulai pelajaran.

" Perkenalkan nama saya Shin Jun Young, kalian bisa memanggil saya Pak Shin!" ujarnya

Aku memimpin semua siswa untuk memberi salam. Kebetulan aku adalah ketua kelas, meski awalnya aku menolak. Na Ri bertingkah saat aneh dan terus menatap guru baru itu pada saat pelajaran berlangsung hingga selesai. Aku akui Pak Shin memang sangat tampan, tinggi dan masih sangat muda. Meski demikian aku tidak tertarik dengannya, bisa dibilang aku memang sedikit aneh karena anti dengan cowok ganteng. Lucu sekali, padahal seharusnya semua gadis menyukai cowok ganteng kan. Tapi aku sedikit berbeda, karena aku memiliki pandangan tersendiri tentang hal itu. Setelah pelajaran selesai Pak Shin meminta ketua kelas untuk menemuinya, jadi aku menemuinya di kantor guru. Setelah menemukannya aku memberi salam dan bertanya apakah ada yang bisa aku bantu.

"Oh kamu ketua kelasnya ya?" ujarnya

"Nde," ujarku

"Siapa namamu?" ujarnya

"Kim Nana imnida." Ujarku

"Oh Nana, begini saya mau meminta data tentang semua siswa di kelasmu termasuk nomor Hp. Biar saya bisa mengenal mereka lebih baik, bisa kan?" ujarnya

"Ah Nde, nanti saya akan memberikannya kepada bapak." Ujarku

"Baiklah, terima kasih. Kamu bisa pergi sekarang." Ujarnya

Aku pun pamit dan segera menemui Na Ri karena ini sudah saatnya jam pulang sekolah. Aku sudah bersama Na Ri, kami berencana ke toko buku untuk membeli novel lagi. Kami berhenti pada saat ada seseorang yang memanggilku. Aku menoleh ke belakang dan menemukan Hyun Jong berlari ke arah kami. Aku bingung mengapa Hyun Jong memanggilku begitupun Na Ri.

"Kamu kenal Hyun Jong? Kok dia memanggilmu?" tanya Na Ri.

"Oh iya tadi kami kenalan di bus, aku juga tidah tahu." Jawabku

Hyun Jong sudah berada di depan kami, dan menyerahkan seseuatu padaku. Aku tahu itu adalah novelku karena ada tulisan K.N di sampulnya.

"Ini milikmu kan Nana? Tadi terjatuh di bis." Ujarnya

"Oh iya, makasih." Ujarku

"Iya sama-sama, oh iya sekarang kalian mau ke mana?" ujarnya

"Tadinya kami mau ke toko buku karena novel Nana hilang, berhubung sudah ketemu ya tidak jadi. Sekarang kami mau pulang." Ujar Na Ri

"Oh, kalau begitu kita bisa pulang bersama" Ujar Hyun Jong.

Aku dan Na Ri sedikit bingung, entah kenapa tiba-tiba Hyun Jong mencoba mengakrabkan diri dengan kami.

"Ah, aku dan Nana tidak searah jadi kami pulang terpisah." Ujar Na Ri

"Begitu, tapi aku dan Nana searah. Maukan pulang bersama denganku Nana?" ujar Hyun Jong.

Aku menatap Na Ri, Na Ri mengangguk dan menyakinkanku tidak apa-apa pulang bersama Hyun Jong. Aku pun mengangguk menjawab pertanyaan Hyun Jong. Kami berpisah dengan Nana di halte karena bus yang kami naiki berbeda rute. Di dalam bus aku tak membuka suara ataupun ngobrol dengan Hyun Jong, dia pun begitu. Akhirnya aku turun dan pamit pada Hyun Jong karena aku sudah sampai di lingkungan rumahku.

"Hati-hati, sampai ketemu besok ya!" ujar Hyun Jong.

Aku menjawab dengan senyuman. Aku berjalan menuju rumahku dengan langkah pelan dan menunduk. Masih lumayan jauh untuk sampai ke rumah. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di sebelahku, aku terkejut dan berhenti berjalan. Terlihat pengemudi mobil menurunkan kaca mobilnya. Aku memandang dan mencari tahu apakah aku mengenalnya. Tanpa di sangka itu ada guru baruku, dia hendak memberiku tumpangan.

"Ah Kim Nana. Rumahmu ada di daerah ini, kebetulan saya juga sedang ada urusan di sini. Masuklah saya akan mengantarmu pulang." Ujarnya

"Ah tidak usah Pak Shin, rumah saya sudah dekat." Ujarku

"Tidak apa-apa masuklah, jangan buat saya menunggu. Di luar cukup dingin." Ujarnya lagi

"Apaan sih kok maksa banget." Ujarku dalam hati.

Namun akhirnya aku pun masuk ke mobilnya. Dia bertanya di mana rumahku dan aku menunjukkannya.

"Itu Rumahmu?" ujarnya

"Nde." Jawabku

"Jadi itu rumahmu? Kebetulan saya juga ingin ke rumah ini." Ujarnya

Aku terkejut, ngapain dia ke rumahku. Apakah ada urusan dengan ayah atau ibu pikirku. Namun aku tidak membuka suara, kemudian aku turun dan mengucapkan terima kasih. Kemudian dia mengikutiku dari belakang, tentu aku mempersilakan masuk karena dia ke sini ada urusan. Aku memanggil ibu dan memberitahu bahwa ada tamu, kemudian aku menuju kamarku untuk mandi dan beristirahat. Dari kamar samar-samar aku mendengar obrolan ibu dengan guruku. Kemudian ibu memanggilku untuk segera turun untuk makan. Aku pun turun namun sesampainya di ruang makan aku mendapati guruku juga ikut makan bersama kami. Ya ayahku juga sudah pulang rupanya. Kemudian aku duduk di sebelah ibu dan langsung makan tanpa banyak bicara.

"Jadi Jun Young mengajar di sekolah Nana?" ujar Ayah.

"Ah Nde." Ujarnya

"Kalau begitu kalian bisa lebih akrab nantinya. Jun Young tolong jaga Nana ya!" ujar Ayah

Dalam hati aku merutuk, memangnya aku anak kecil yang harus dijagain. Aku sedikit sebal dengan ayah, aku sudah besar dan bisa menjaga diri pikirku. Namun yang lebih membuatku sebal, guruku mengiyakan dan tersenyum kepadaku. Ih, sok kenal banget sih kenal aja nggak. Aku marah di dalam hati, kemudian hendak pergi ke kamar setelah makan. Aku tidak ingin mendengar pembicaraan mereka lebih jauh. Lebih baik aku tidur.

"Nana mulai besok kamu diantar jemput sama Jun Young ya!" ujar Ayah sontak membuatku tidak jadi meninggalkan meja makan.

"Mwo, tapi yah aku bisa berangkat dan pulang sendiri." Ujarku

"Ayah tahu, tapi kamu akan sering pulang larut malam karena harus mengikuti pelajaran tambahan untuk ujian. Ayah khawatir kalau kamu sendirian, terlebih kamu tidak mau ayah antar jemput." Ujar Ayah

"Itu karena aku nggak mau ayah capek. Nana sudah biasa yah, dan Nana juga bisa jaga diri." Ujarku

"Tetap saja ayah khawatir. Tolong jangan menolak!" ujar Ayah. Itu adalah perintah tak terbantahkan dari ayah.

"Tapi Nana bisa pakai supir kalau ayah mau. Mengapa merepotkan Pak Shin." Ujarku nego.

"Ah tidak merepotkan, justru saya senang. Kamu jangan khawatir Nana." Ujar Pak Shin.

Itu membuatku semakin marah, kenapa dia mau sih. Harusnya dia menolak, apa dia nggak ada kerjaan lain. Kali ini aku benar-benar kalah dan tidak bisa menolak, aku menatap ibu untuk membantuku namun naas ibu juga setuju dengan permintaan ayah. Dengan berat hati aku menerima dan bergegas ke kamar karena aku ingin marah. Di kamar aku berusaha mengubah suasana hatiku dengan membaca novelku dan pada akhirnya tertidur.

avataravatar
Next chapter