1 Rifello

3 tahun yang lalu

Seorang pria yang masih mengenakan pakaian proyeknya terlihat tengah mondar mandir di depan pintu ruang bersalin. Hari itu adalah hari yang ditunggu tunggu oleh ia dan sang istri yang tengah berjuang di dalam sana untuk melahirkan anak pertama mereka.

Aldi Reinaldi yang berprofesi sebagai kepala proyek di kagetkan dengan telpon dari tetangganya kalau Aluna Reswanti dilarikan ke rumah sakit karena sebentar lagi akan melahirkan.

Aldi yang tengah bekerja di lapangan langsung pontang-panting menuju rumah sakit bersalin untuk menemani Aluna yang akan melahirkan. Setibanya disana ia melihat sang istri tengah meringis kesakitan akibat kontraksi hebat di perutnya.

"Bagaimana Sus kondisi istri saya?" tanya Aldi kepada seorang bidan yang tengah mengecek kondisi pembukaan istrinya.

"Baru pembukaan 5 Pak. Masih lama." ucap bidan tersebut.

"Hah pembukaan 5? Tapi istri saya sudah sangat kesakitan Sus."

"Iya saya mengerti, tapi nanti akan mereda sendiri Pak. Makin naik pembukaan nyerinya akan semakin bertambah kuat. Saya akan datang 1 jam lagi dan mengecek pembukaannya."

Aldi mengelap peluh istrinya dengan sapu tangan yang tak pernah lupa ia bawa. "Sakit Mas." ringis Aluna sembari menitikkan air mata.

"Sabar sayang. Kata bu bidannya beluk waktunya. Mungkin sebentar lagi yank." Aldi terus menguatkan sang istri.

Menjelang tengah malam, Aluna langsung di bawa ke ruang bersalin untuk melahirkan. Aldi menunggu di luar sementara sang istri berteriak kencang sambil mengejan untuk mendorong anak pertama mereka keluar untuk melihat indahnya dunia.

Aldi yang sedari tadi menunggu dengan resah, tampak lega setelah mendengar tangisan seorang bayi. Pria itu langsung sujud syukur karena kini ia dan istrinya sudah resmi menjadi orang tua.

Seorang perawat keluar membawa bayu laki-laki tampan yang sudah bersih dan wangi. Dengan tangan bergetar Aldi menggendong bayi mereka untuk pertama kalinya. Air mata bahagia tak bisa ia bendung lagi.

"Selamat Pak bayinya laki-laki. Lucu dan tampan." puji perawat yang mengantarkan bayinya.

"Terima kasih suster. Keadaan istri saya bagaimana?"

"Istri bapak baik-baik saja. Ibunya masih di dalam masih di tangani oleh dokter kandungan. Setelah selesai akan dipindahkan ke ruangan."

"Baik Suster."

Tak lama berselang, Aluna yang masih terlihat lemas pasca melahirkan di dorong menuju kamar perawatan. Aldi yang sudah berada di sana menunggu bersama putra mereka tersenyum lebar menyambut kedatangan sang istri.

"Makasih sayang. Makasih udah berjuang untuk melahirkan malaikat tampan kita yang pertama." ucap Aldi sembari mengecupi wajah istrinya.

"Terima kasih sudah menjadi suami yang siap siaga, Ayah. Maaf kalau selama kehamilan minta ngidam yang aneh-aneh."

Aldi tertawa tiap kali mengingat masa mengidam istrinya yang terlalu aneh. "Itu akan menjadi kenangan buat Ayah sayang. Tolong jaga anak kita baik-baik jika Ayah tak ada." ucap Aldi terdengar ambigu di telinga Aluna.

"Loh memangnya Ayah mau kemana? Jangan bilang Ayah ngga mau bantuin Bunda mengurus si kecil."

Aldi menjawil hidung istrinya. "Ih bunda. Kan kalau Ayah kerja, si dedek di temenin bunda. Ayah bantu kalau udah pulang kerja sayang."

Aluna hanya beroh ria. "Btw nama anak kita siapa ayah?" Tanya Aluna.

Aldi menggendong putra tampan mereka lalu memberikannya kepada sang istri. "Ya ampun dek bagiannya bunda mana? Semuanya punya Ayah."

"Namanya juga anak Ayah." goda Aldi tertawa. "Iya deh bunda cuma kebagian hamil dan lahiran aja. Pas lahir mukanya mirip Ayah."

"Jangan ngambek gitu ah, jelek tahu." Aluna mendelik sebal. "Jadi nama anak kita siapa yah?"

Aldi tampak berpikir. "Hm… Siapa ya? Ayah belum kepikiran soal nama. Tapi di kepala Ayah terlintas nama Fello. Gimana kalau Rifello Pratama Reinaldi. Bagus ngga sayang namanya?"

"Fello. Namanya bagus Ayah, bunda suka." Aluna mengelus pipi putranya yang tampak menggemaskan. "Selamat datang di dunia sayangnya Ayah dan Bunda, Rifello Pratama Reinaldi. Semoga dengan kehadiran kamu di keluarga kecil kita akan membawa kebahagiaan."

"Aamiin.." Aldi mengamini doa dan harapan istrinya.

Manusia hanya bisa berencana namun semua itu kembali kepada Sang Pemilih hidup. Seminggu setelah putranya lahir, Aldi mengalami kecelakaan kerja dan meninggal di tempat.

Aluna syok saat di beritahu kabar meninggalnya Aldi. Aldi yang tengah memantau proyek pembangunan terpeleset dan terjatuh dari lantai 3 bangunan itu. Ia langsung meninggal di tempat setelah mengalami retak yang cukup hebat di bagian kepala.

Tangis histeris Aluna saat jenasah suaminya tiba di rumah duka tak mampu ia lawan. Ia berkali-kali pingsan karena terlalu histeris.

Aldi, pria yang hangat itu pergi untuk selama-lamanya. Ia pergi meninggalkan istri dan anaknya yang baru lahir.

***

Saat ini...

"Fello, bangun sayang. Katanya mau ikut Bunda ke pasar." teriak Aluna dari dapur. Seorang pria kecil masih anteng tertidur di bawah selimut yang menutupi tubuhnya.

Teriakan sang ibu tak juga membangunkannya. Ia tertidur semakin lelap. "Beneran nih ngga mau ikut bunda? Ya udah bunda tinggal ya. Fello dirumah sendirian." teriak Aluna lagi.

Kali ini Fello merespon teriakan bundanya. "Itut unda." ucapnya dengan suara serak khas orang bangun tidur.

Aluna membuka pintu kamar putranya dan mendapato Fello terduduk di tengah ranjang sambil mengucek matanya. "Nah gitu donk bangun. Yuk mandi dulu habis itu temani bunda ke pasar."

Perlahan kaki kecil itu menapak lantai dan berjalan keluar kamar menuju kamar mandi. "Mau bunda mandiin apa mandi sendiri?"

"Mandi cendili unda."

"Oke deh gantengnya bunda. Mandi yang bersih ya. Bajunya nanti bunda siapin di mamar, okey."

Fello mengacungkan jempolnya. Aluna pergi meninggalkan putranya untuk mandi. "Udah ganteng belum unda?" tanya Fello yang kini sudah berganti baju dan wangi.

"Gantengnya anak Ayah dan Bunda. Pinter banget sih udah bisa pakai baju sendiri." Puji Aluna. Fello tersipu malu.

"Ayuk unda. Katanya mau ke pasal."

"Okey siap." Aluna menjinjing tas belanjanya. Setelah mengunci pintu rumah, ia dan Fello berjalan bergandengan tangan menuju jalan besar dimana sebuah angkutan umum akan membawa mereka menuju pasar.

Mereka berbelanja untuk persiapan jualan untuk esok hari. Demi menyambung hidup setelah di tinggal suami, Aluna membuka usaha kecil-kecilan dengan berjualan sarapan di sekolah-sekolah. Biasanya tiap hari minggu, ia akan mengajak putranya Fello menemaninya belanja dipasar.

"Yuk kita pulang."

"Udah beles belanjanya unda?"

"Udah sayang. Sekarang kita pulang ya."

"Ayooo!!" Seru Fello bersemangat. Ia berlarian saking senangnya. Aluna yang kerepotan membawa barang belanjaannya hanya bisa berteriak meminta putranya berhati-hati.

"Fello hati-hati sayang. Nanti jatuh."

Brug.

Fello terjatuh setelah tubuh mungilnya menabrak seorang pria. Ia menangis karena dahinya terantuk belt yang dipakai di pinggang pria tersebut. Aluna langsung berlari menghampiri putranya yang kini berada dalam gendongan pria tersebut.

"Ya Tuhan Fello. Kamu gapapa nak." ucap Aluna sambil mengambil Fello dari pria itu. Ia memeriksa dahi putranya yang agak memerah.

"Kata bunda juga apa. Jangan lari lari nanti jatuh." Aluna mengomeli putranya. "Saya minta maaf atas kecerobohan anak saya." ucap Aluna tak enak.

"Gpp. Anaknya ada yang luka?"

"Cuma merah aja Pak."

"Apa perlu di bawa ke rumah sakit?"

"Tidak perlu. Nanti akan saya kompres dengan es saja. Kami permisi dulu." ucap Aluna sambil pergi dari hadapan pria itu.

avataravatar