2 Rumah Besar

Usai di bawa ke dalam mobil yang sama dengan Rey, Stella kemudian hanya bisa berdiam diri dan memandang kesal kepada laki-laki yang kini duduk di sampingnya.

Harum pafum woody yang maskulin di tubuh Rey pun begitu lekat di hidung Stella.

Stella melirik ke arah laki-laki tampan beraura iblis ini. Ia tampak sedang memainkan ponselnya dan mengetik sesuatu. Mungkin dia berkirim pesan, entahlah.

"Kau mau membawaku ke mana?" Tanya Stella memberanikan diri.

"Ke rumahku! Memangnya kau mau ke mana lagi? Kau sudah tidak punya siapa pun! Satu-satunya saudaramu sudah ku lenyapkan!" Seringai evil dari Rey muncul kembali.

"Ck! Aku tidak mau!"

"Kau harus mau! Kau tidak punya pilihan lain. Kau sekarang adalah tawananku!"

"Hahaha ... Lelucon macam apa itu? Tawanan apa ..." Stella tertawa merendahkan.

"Tertawalah sepuasmu, setelah ini kau akan menangis Nona cantik!" Rey menyunggingkan senyum sarkasnya pada Stella.

Stella tak menjawab lagi. Ia memalingkan wajahnya, merasa kesal dengan perdebatan ini. Ia hanya menoleh ke jendela saja hingga akhirnya mereka sampai.

Mobil mereka berhenti di sebuah Rumah besar dengan pagar pohon eucalyptus mengelilingi. Tinggi menjulang. Gerbang besi yang tinggi pun menenggelamkan rumah itu.

Kriiittt ....

Suara pagar terbuka otomatis. Menampilkan betapa megahnya rumah berlantai 4 itu. Bagai berselimut salju, rumah ini hanya memiliki 1 warna, yaitu putih di seluruh bagiannya.

Stella bukannya tak mengenal siapa sosok Rey, sang mafia penyelundup obat-obatan terlarang yang beroperasi sangat rapi dan tersembunyi itu juga merupakan penguasa di beberapa wilayah di negaranya. Laki-laki yang bahkan belum genap berusia 30 tahun itu pun berkedok sebagai pengusaha kaya raya yang di kenal sangat dermawan. Bahkan ia adalah donatur tetap di beberapa panti asuhan dan panti jompo di kotanya.

"Masuklah! Akan ada pelayan yang menunjukkan kamarmu!" Perintah Rey tanpa menoleh ke Stella.

Stella kemudian keluar dari dalam mobil itu dan langsung di sambut oleh beberapa pelayan setengah baya untuk menggiringnya ke dalam rumah.

Mereka lalu mengajak Stella menaiki tangga untuk ke lantai 2.

"Silahkan, Nona!" Ucap sang pelayan yang membukakan sebuah pintu kamar.

Stella kemudian masuk ke dalam ruangan itu.

Alangkah terkejutnya ia, mendapati di sana sudah ada seorang perias pengantin. Di sisinya terdapat gaun putih cantik nan indah yang masih melekat pada sebuah manequin.

"Silahkan Nona! Tuan Rey sangat tidak senang bila harus menunggu lama" wanita yang seorang make up artist itu pun menghampiri Stella dan mengajaknya agar segera duduk di depan kaca besar yang sudah tersedia.

"A-apa maksud dari semua ini?"

"Anda akan menikah dengan Tuan Rey, Nona! Selamat, ya! Anda begitu beruntung menjadi calon istrinya."

"Hah?! Apa??"

avataravatar