30 Kisah masa lalu

"Kak," panggil Laras. Todi tidak menggubris panggilan istrinya. Dia masih menarik tangan Laras sambil berjalan cepat. Laras berusaha mengimbangi langkah kaki Todi.

"Kak," panggil Laras lagi, menarik genggaman Todi.

Todi tersentak, menghentikan langkahnya, dia baru sadar kalau dari tadi dirinya sudah menarik Laras, atau tepatnya setengah menyeret Laras. Melepaskan cengkeramannya.

"Maaf sakit ya?" tanya Todi. Dia mengecek tangan Laras, cengkeramannya meninggalkan bekas merah disana. Mengusap-usap pergelangan tangan Laras.

"iya, sakit, ada apa kak?" tanya Laras, dia merasa bingung tapi juga penasaran dengan tingkah suaminya.

Todi menggeleng.

"Aku lapar, kita pulang ya, " ucap Todi.

"Tapi kak, kakak harus..".

"Ras, aku bilang aku lapar, ayo pulang!" Todi lagi, kali ini dengan nada sedikit kesal, setengah membentak, menarik tangan Laras.

Laras menghela napas, ingin protes dan bertanya lebih kepada Todi. Tapi wanita itu mengurungkan niatnya. Todi tampaknya tidak ingin membicarakan. Laras khawatir malah menyulut kemarahan Todi, dan sikap Todi berubah lagi seperti dulu.

Todi sama sekali tidak berbicara di mobil sepanjang jalan pulang yang membuat Laras bingung harus berbuat apa. Dia juga kesal.

Pagi ini, saat sampai di rumah, Laras tidak ikut sarapan bersama Todi. Padahal Bu Inah sudah memasak sarapan untuk mereka berdua. Ayah menelepon Laras, kalau Ayah dan Luna ada perlu sampai malam, jadi tidak ada orang di rumah. Laras akhirnya memutuskan untuk tetap pergi ke rumah ayah dan menginap dirumahnya hari ini. Dia tidak perduli Todi ingin ikut apa tidak. Laras tidak pernah suka bila didiamkan seperti ini, apalagi tadi Todi membentaknya. Laras langsung pergi ke atas untuk mandi dan setelah selesai mandi, ia mengemasi beberapa bajunya sendiri untuk menginap. Todi masih di bawah, entah dimana, Laras tidak tahu. Laras turun ke lantai bawah untuk berpamitan kepada Todi.

"Aku pamit kak," ucap Laras saat menemukan suaminya. Todi sendiri sedang duduk di ruang tamu. Memandang televisi dengan tatapan kosong. Entah sedang memikirkan apa.

"Kamu mau kemana?" tanya Todi, sedikit terkejut. Dia baru sadar istrinya sudah membawa sebuah tas kecil, dia sudah bersiap untuk pergi.

"Ke rumah aku kak," jawab Laras cepat. Dia segera bergerak menuju pintu depan.

"Ras, tunggu," pinta Todi, beranjak menghalangi Laras pergi. Laras diam saja.

"Maaf, iya.. aku salah..bukannya kita mau pergi sama-sama kesana, tunggu sebentar aku mandi ya" pinta Todi dengan nada lembut sekali.

"Ada apa kak? Aku bingung kenapa kakak pagi ini?" ucap Laras jujur.

"Maaf, Ras, tolong mengerti, aku belum bisa cerita saat ini, aku mohon maaf aku bentak kamu pagi ini, maaf Ras, jangan pergi dulu ya, aku sudah janji akan pergi bersama untuk menginap kan?" ucap Todi cepat. Dia merasa bersalah pada Laras. Istrinya berhak tahu, tapi hati Todi merasa belum siap untuk menceritakan kejadian di masa lalunya pada Laras, Todi takut, iya dia takut Laras akan pergi darinya bila Laras tahu masalah di masa dulu.

"Cerita apa?" tanya Laras, bertambah bingung.

Todi tidak menjawab, hanya menarik tubuh Laras kedalam pelukannya. Memeluk Laras dengan erat, sementara Laras hanya diam seperti patung, tidak membalas pelukan Todi.

"Nanti, aku ceritakan nanti, boleh kan? Aku mohon, tolong Ras, jangan marah, aku butuh kamu," ucap Todi. Pelukannya semakin erat. Bertemu dengan Erick membuat Todi teringat akan kesalahannya di masa dulu.

Laras melepaskan pelukan Todi. Melihat wajah suaminya. Todi terlihat berbeda, wajahnya diliputi kecemasan, Laras tidak pernah melihat suaminya seperti ini. Ada apa pikirnya, masih bingung sekali. Sebelah hatinya masih kesal, sedikit marah dan bingung, tapi ada rasa kasihan pada suaminya. Laras tidak sampai hati meninggalkan Todi begitu saja.

"Ras," panggil Todi lagi. Pria itu sudah memegang tangan istrinya dengan erat. Wajahnya masih menunjukkan raut memohon agar Laras tidak pergi. Laras benar-benar lelah, lelah dengan sikap Todi. Dia ingin pergi, tapi dia tahu kalau dia pergi hubungan dia dan Todi bisa kembali seperti dulu lagi saat awal pernikahan mereka. Aku harus mengalah untuk sementara, pikir Laras.

"Oke, aku rasa aku perlu tidur sebentar sebelum ke rumah Ayah, hari ini terlalu melelahkan," ucap Laras. Hampir tidak tidur seharian, dikerjai oleh Erick, dan melihat sikap aneh Todi pagi ini, jelas membuat hari ini sangat melelahkan bagi Laras. Dia ingin tidur sebentar untuk menenangkan dirinya.

"Iya, kamu enggak mau makan dulu? Semalam kamu hanya makan sedikit," tanya Todi, sedikit cemas. Dia tahu istrinya lelah hari ini, dan sikapnya sama sekali tidak membuat Laras merasa nyaman.

Laras menjawab dengan gelengan. Dia tidak lapar.

"Kakak kenapa? Dari tadi ngediamin aku terus, Aku perlu tahu kak," ucap Laras, sedikit kesal.

"Ayo, kita kembali ke dalam kamar ya, kamu harus tidur" pinta Todi. Mengambil tas di tangan Laras dan menggandeng lengan Laras. Todi membawa Laras kembali ke dalam kamar.

Sampai di kamar tidur, Laras langsung berbaring. Todi menyelimuti Laras. Pria itu mendekati wajah Laras, berniat untuk mencium bibirnya. Laras menghindarinya. Ciuman Todi mendarat di pipinya.

"Ah, dia marah," ucap Todi dalam hati, sedikit kesal mengapa tidak bisa mengontrol emosinya pagi ini setelah melihat wajah Erick.

"Tidur ya, nanti sore kita ke ayah, kamu pasti kecapean, istirahat dulu," ucap Todi, kali ini mendaratkan ciuman ke kening Laras. Beruntung istrinya tidak menolak. Laras hanya menutup matanya, pura-pura tidur. Tapi lama-lama matanya mengantuk juga, dia pun terlelap.

Laras bangun sekitar pukul 1 siang. Todi masih tertidur disampingnya, memeluk dirinya erat. Laras menguraikan pelukan suaminya, membuat Todi terbangun.

"Sudah bangun?" ucap Todi melihat istirnya sudah bangun. Laras mengangguk, masih kesal.

"Mau ke rumah ayah langsung?" tanya Todi lembut. Seakan tahu Laras masih marah kepadanya.

"Kakak, kita perlu bicara," ucap Laras. Dia duduk. Bersandar pada kepala tempat tidur.

"Apa?" tanya Todi, ikut duduk berhadapan dengan Laras.

"Ada apa dengan kakak? Aku perlu tahu kak, apa kakak ada masalah dengan Dokter Erick?" tanya Laras, masih bingung.

Todi menghela napas panjang. Bingung sendiri. Dia menatap istrinya. Perempuan ini baru saja mulai dia cintai. Dia takut cinta Laras hilang saat dia menceritakan apa yang sebenarnya terjadi dengan Erick.

"Ras..." ucap Todi.

"Hmm?" tanya Laras masih menunggu.

"Memang ada sesuatu dengan aku dan Todi dulu, tapi aku belum bisa cerita detailnya, boleh kamu kasih waktu ke aku?" tanya Todi.

"Kenapa?" tanya Laras.

"Aku belum bisa cerita Ras," jelas Todi.

"Apa kakak belum percaya sama aku?" tanya Laras sedikit kecewa.

"Bukan..bukan itu," Todi langsung menggelengkan kepalanya dengan cepat, tangannya mengapai bahu Laras, menariknya dalam pelukannya.

"Aku percaya, hanya aku belum bisa cerita, maaf," pinta Todi.

"Kakak buat aku penasaran, sungguh," ucap Laras. Dia bertambah kesal. Laras melepaskan pelukan Todi.

"Kakak pernah rebutan pacar dengan Dok Erick?" tanya Laras. Dia pikir pasti tidak jauh dari sana.

Todi menggeleng.

"Lebih buruk dari itu sayang, aku pernah jahat sekali sama Erick," jawab Todi, akhirnya jujur. Laras terkejut mendengarnya. Todi menundukkan kepalanya. Dia mengingat kejadian di masa lalu.

"Aku akan cerita, tapi tidak sekarang, please?" pinta Todi.

Laras mengangguk. Terpaksa setuju, dia tidak tega memaksa Todi.

"Terimakasih," ucap Todi. Membelai rambut Laras.

"Ras," panggil Todi lagi.

"Ya?" sahut Laras.

"Apa kamu mau berjanji untuk tetap disamping aku kalau aku sudah ceritakan tentang ini nanti?" tanya Todi.

Laras mengerutkan keningnya.

"Aku enggak tau harus jawab apa kak," ucap Laras tegas. Bagaimana dia bisa menjanjikan sesuatu yang dia belum tahu apa, pikirnya kesal.

"Tapi aku berjanji aku akan beri kakak kesempatan apapun itu," sambung Laras lagi. Todi mengangguk setuju. Dia memeluk Laras. Laras tidak menolak, tapi dia tidak membalas pelukan Todi. Pikirannya terasa penuh, memikirkan ada apa sebenarnya dengan Todi dan Erick.

Sementara Todi juga sama, dia sibuk memikirkan kisah masa lalunya. Saat dia benar-benar melakukan hal jahat kepada Erick.

"Berjanji lah untuk tidak pernah lagi membentak aku seperti tadi pagi," pinta Laras.

Todi tersentak.

"Iya, maaf, kamu pasti benci aku yang kasar," jawab Todi, menyesal sekali membentak istrinya pagi ini.

"Iya, benci..benci sekali, aku enggak mau kita kembali seperti dulu lagi kak," ucap Laras.

"Jangan, aku janji, ga bakal seperti dulu lagi," janji Todi, pada Laras dan pada dirinya sendiri.

"Aku siap-siap dulu kak, kita berangkat siang ini?" tanya Laras.

"Iya," jawab Todi pendek.

Laras beranjak dari tempat tidur, bersiap-siap untuk pergi ke rumah ayah. Dia ingin segera bertemu ayah dan kak Luna untuk meredakan hatinya yang sedang kesal.

avataravatar
Next chapter