1 1. Tata?

Pa, ban mobil Tata bocor. Jadi belikan Tata mobil baru."

"Baiklah."

"Pa, Tata demam. Jadi belikan Tata tiket liburan seminggu ke Korea."

"Baiklah."

"Pa, ada handphone terkeluaran terbaru Tata mau."

"Baiklah."

"Pa, belikan.."

"Pa.."

"Pa.."

"Pa.. "

"Papa.."

Talitha Sasikirana Heidi seorang gadis berusia 19 tahun yang biasa dipanggil dengan Tata itu selalu saja dikabulkan semua permintaannya, bak kantong kartun doraemon. Yap, sang Ayah adalah mesin yang mengabul semua permintaannya. Apapun itu. Ingat apapun itu. Untung saja Heidi Ayah dari Talitha itu adalah seorang yang kaya raya pemegang saham beberapa perusahaan besar. Jadi mungkin Tata bebas akan meminta sesuka hatinya apapun itu. Dan Heidi akan selalu menjawab 'Baiklah' bagai dihinoptis oleh sang anak sendiri namun, bukan. Heidi tidak tega menjawab selain itu.

"Wess nona Tata kita datang guyss!" Sambut oleh seorang teman perempuan dari Talitha yang mengangung-anggungkan Talitha dengan hormat. Teman yang lainnya menyiapkan kursi untuk di duduki oleh Talitha. Sehingga sang empu nyaman.

"Pesan semau kalian, Tata akan bayarin. Oke!" Ucap Talitha semangat yang sepontan teman-temannya kegirangan seperti menahan untuk tidak bersorak. Kalimat itulah yang ditunggu oleh teman-teman Tata saat berkumpul dengan dirinya. Bukan pernyataan asing dari sang Tata, karna itu hanya hal sepele hanya untuk membelikan semua temannya makanan di restoran ternama di sebuah Mall.

"Aah makasih Tata sayang!" Ucap Kia saat sudah memakan lahap makanannya. Tata pun hanya membalas dengan senyuman lalu melahap makanannya.

"Kak bill nya dong!" Pinta Tata sedikit teriak. Lalu pelayan itu pun menuju ke mejanya. Disodorkan bill rincian total harga makanan yang akan dibayarnya itu.

"5 juta ya Kak?" tanya Talitha saat melihat rincian total harga makanan yang dihabiskannya dan temannya itu kurang lebih hanya 5 orang temannya bisa memghabiskan 5 juta sekali makan. Ya teman Talitha memang kalap selalu saja memanfaatkan

Tata di satu sisi.

"Iya Kak." Jawab sang pelayan.

"Lagi ada diskon ya Kak? Kemaren Tata sama teman-teman makan disini 7 juta. Hari ini malah 5 juta."

"Iya yah Ta! Kemaren 7 juta, sekarang kok 5 juta doang!" Tambah Rere temannya. Dan yang lainnya ikut mengangguk.

"Lagi gak ada diskon kok Kak, emang segitu." Jelas sang pelayan.

"Atau kita kurang banyak makannya?" tanya Nila padahal meja itu sudah seperti kapal pecah dan belepotan karna makanan mereka.

"Udah gak kuat lagi gue makan serius!" Ucap Gea.

"Hmn gini aja, Kak. Tata mau bayar 7 juta aja ya. Tata gak suka angka 5." Sang pelayan pun melotot kan matanya. Apa-apaan ini? Baru kali ini ia mendapatkan seorang pelanggan yang ingin menambah jumlah billnya. Hanya karna ia tidak menyukai angka tersebut. Apakah ini yang disebut anak sultan? Pikir sang pelayan.

Udah mbak, teman saya anak sultan. Tenang aja!" Ucap Wiri. Dan Talitha pun mengeluarkan dompetnya penuh dengan beberapa kartu yang pastinya isinya uang bukan hutang. Talitha memberi kartu itu kepada pelayan agar segera dibayar.

×××

Sehabis jalan-jalan dengan temannya di Mall. Sekarang Talitha sedang berjalan dengan sang kekasih pujaan hati yang sangat ia cintai di Mall yang berbeda kali ini. Dengan manis di rangkulnya lengan Sang kekasih tampa ada jarak sedikit pun.

"Aku boleh pinjam handphone baru kamu baby?" tanya Rey sang kekasih Tata.

Tata pun mengangguk manis lalu menyerahkannya. Handphone dengan merek apel setengah digigit. Ya Talitha suka mengganti Handphonenya, setiap ada keluaran baru ia akan membelinya lagi dan lagi. Kali ini ia membeli handphone merek apel digigit itu dengan 4 kamera keluaran terbaru dengan harga melejit tinggi.

"Kapan ya aku bisa dapat handphone gini?" tanya Rey.

"Rey mau?" Rey pun mengangguk dengan cepat.

"Yuk kita beli!" Dengan semangat Talitha menarik tangan Rey untuk membeli handphone persis dengan handphonenya itu. Ya itu adalah hal sepele baginya.

"Makasih ya Baby, aku udah dibeliin handphone baru. Aku janji bakalan ada di sisi kamu selamanya."

Handphone keinginan Rey sudah ada di genggamannya, tentunnya bukan dengan uang ia sendiri. Talitha sang anak orang kaya nan baik hati dengan tingkat kebucinannya membelikan barang-barang yang diinginkan oleh Rey.

Tata menatap Rey dengan penuh cinta.

"Tata akan selalu ada di sisi Rey juga kok." Peluk Tata manja pada Rey.

"Yuk pulang."

"Engga ah, Tata masih mau sama Rey!" Tolak mentah Talitha.

"Baby, aku udah capek. Apalagi kamu, iya kan?" Talitha tidak menjawab hanya diam, lalu Rey pergi begitu saja. Dengan paksa Tata melangkahkan kakinya berat mengikuti Rey.

"Rey, Tata mau es krim ya!" Pinta Tata pada Rey, saat ia melihat eskrim di kawasan mall.

"Kamu beliin aku handphone aja bisa, masa kamu gak bisa beli eskrim sendiri."

"Rey kok gitu sih ngomongnya? Kan Talitha cuman minta es krim, gak lebih." Mata Talitha mulai berkaca-kaca.

"Oh jadi kamu bilang aku pelit gitu? Gak mau beliin kamu es krim." Perdebatan sepertinya akan mulai lagi di antara mereka.

Nyatanya, Rey memang pelit, tidak pernah mengeluarkan sepersen pun uang dari dompetnya saat jalan-jalan dengan Talitha. Ya, selalu Talitha yang menanggung semua biayanya. Talitha karna terbiasa dimanja oleh sang Ayah, menangis hanya karna es krim. No, ini bukan karna es krim semata. Ini tentang sikap Rey yang kadang suka berubah-ubah yang membuat Talitha sakit Hati.

"Nangis terus, dengar ya Ta. Aku gak suka cewek manja."

"Kalau gitu, kenapa Rey mau pacaran sama Tata?" tanya Talitha sekedar terbesit di hatinya. Yang tak ingin ia tanya karna itu menyakitkan.

"Aku pacaran sama kamu, karna aku kasihan. Jadi tolong ubah sikap manja kamu jika memang ingin mempertahankan hubungan ini." Jelas Rey, tanpa ditanya Talitha. Yap, jawabannya pasti seperti itu, lagi dan lagi. Rey pun pergi meninggalkan Tata yang berderai air mata. Jika kalian berada di posisi Tata apakah kalian membiarkan Rey pergi? Sepertinya iya. Tapi Tata tidak. Ia mengejar Rey lagi dan lagi. Di genggamnya lengan Rey.

"Rey, Tata minta maaf. Tata gak bermaksud. Jangan tinggalin Tata, Tata gak punya siapa-siapa lagi selain Rey.." Padahal baru beberapa menit yang lalu Rey mengatakan ia tidak akan meninggalkan Tata tapi apa? Hanya karna es krim Rey tega membuat Tata menangis.

Anggap saja Tata tidak punya harga diri. Setiap terjadi perdebatan selalu saja Tata yang meminta maaf. Sepertinya jiwa pacaran mereka tertukar. Diluar sana, yang banyak mengeluarkan uang itu lelakinya, bukan wanitanya. Yang banyak mengucapkan kata maaf itu lelakinya, bukan wanitanya.

Hapus air mata kamu, dan kita pulang." Ya lagi-lagi Tata menghapus air mata sialan itu sendiri. Apakah cewek manja begitu menjijikkan dimata Rey? Hanya untuk menghapus air matanya pun Rey tidak sudi.

×××××××

Tak butuh waktu lama, sekarang Talitha tiba di rumah. Dengan taksi, bukan di antar oleh Rey. Rey mendadak mendapat telpon dan harus segera pergi. Tata dengan terpaksa naik taksi.

Sunyi, satu kata yang terlintas di pikiran Talitha. Rumah sebesar ini tidak ada yang berharga isinya jika tidak ada keluarga yang lengkap mengisinya. Sang Ibu telah meninggal dunia saat ia berumur 7 tahun, dan saat itulah sifat manjanya menjadi-jadi akibat sang Ibu telah tiada. Adek atau Kakak? Ia tidak mempunyainya, ia anak semata wayang dari kedua orang tuanya. Semua kebutuhan ia punyai, tapi kebahagian yang seutuhnya? Tidak.

Direbahkannya tubuhnya sejenak di kasurnya. Dan terlelap. Sebelum benar-benar terlalap ia melihat ke dinding yaitu jam dan menunjukkan jam 11 malam.

"Tata sayang, Papa pulang!" Teriak Heidi sang ayah, yang telah sampai di rumah pulang dari kantornya. Tata mendengarnya. Tapi tak ingin menjawabnya. Air matanya luluh lagi. Bukan, ini bukan tentang es krim tadi. Ini tentang begitu mengenaskannya kebahagiannya. Ditutupnya mulutnya, agar tangisannya tidak di dengar oleh Heidi.

Cekleekk

Pintu kamar di buka oleh Heidi. Gelap, sepertinya Tata sudah tidur. Pikir Heidi. Dan di tutupnya lagi pintu kamar Tata. Kalian tau permintaan apa yang tidak pernah bisa dikabulkan oleh Heidi, dan selalu dipendam di hati Tata.

"Pa, Tata mau Mama hidup lagi." Ucap Tata dengan hati yang sesak lalu menangis lagi sekarang tangisannya pecah membuatnya lelah dan terlelap.

××××

Pagi hari menyambut Talitha dengan baik. Ia membersihkan wajahnya, dilihatnya matanya agak sembab. Lalu memutuskan memakai kacamata. Turun ke bawah untuk sarapan. Ia berharap Heidi sudah pergi ke kantor. Ternyata tidak, Heidi sedang duduk di meja makan. Biasanya Heidi membangunkan Talitha sebelum berangkat kerja, karna ia tau Talitha pulang larut malam jadinya ia tak ingin membangunkan Talitha.

"Papa!" Talitha pun memeluk Heidi dari belakang, mengalungkan tangannya di leher Heidi.

"Pagi sayang." Kecup Heidi di pipi anak gadisnya.

"Pagi juga Papa." Ucap Talitha manis lalu duduk. Bibinya membantu menyiapkan makanannya.

"Non Tata mau apa?"

"Mau sereal aja Bik.." dengan segera Bik Lastri menyiapkannya. Tak butuh waktu lama Tata pun melahap makanannya.

"Tata masih pacaran sama Rey?" tanya Heidi. Tata hanya mengangguk karna sedang fokus memakan serealnya.

"Papa ingin menjodohkan Tata." Ucap Heidi.

"Hah apa Pa? Papa mau jodohin Tata!" Kaget Tata.

"Iya sayang.."

"Tapi Pa, Tata udah punya Rey."

"Rey itu bukan cowok baik sayang."

"Tata gak mau Pa dijodohin!"

"Sayang.."

"Kamu akan segera menikah dengan lelaki pilihan Papa, yang pasti terbaik untuk kamu."

"Pa Tata gak mau dijodohin! Ga mau ga mau!" Rengek Tata.

"Tata masih kuliah, Tata mau bahagiain Papa dulu. Umur Tata masih 19 tahun Paa!" Talitha masih bersikeras untuk menolaknya.

"Kamu ingin bahagiain Papa kan? Itu yang Papa mau Ta.."

"Pa! Pokoknya Tata gak mau! Ga mau ga mau titik!" Talitha pun merengek dengan mata yang telah diisi air mata. Ia pun segera berlari ke atas menuju kamarnya.

"Tata!" Heidi tertunduk sedih. Ia menjodohkan Talitha untuk kebaikan Talitha sendiri tidak lebih. Beberapa bulan lalu ia menemui lelaki baik, tegas, dan beriman. Ia rasa lelaki itu bisa mengubah Talitha. Heidi merasa dirinya tidak bisa mengubah sikap manja Talitha dan ketergantungan Talitha pada dirinya diumurnya sekarang ini selain menikahi Talitha dengan lelaki baik pilihannya.

avataravatar