webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Mungkin Kasih Itu Dia Tujukan Pada Marie, Orang Yang Dianggap Sebagai Anaknya

Marie seperti maling yang tertangkap basah. Tari sudah disana, di depan pintu seolah menunggu Marie yang akan keluar dari dalam ruangan.

Tari menyadari saat Pak Awan (yang saat itu sendang tidur bersamanya) tiba-tiba terbangun dan menuju ke kamar mandi. Bukannya bunyi orang yang sedang menuju ke kamar mandi, Tari malah mendengar bunyi kayu yang berdecit. Itu adalah suara orang yang berjalan diatas tangga ruang bawah tanah.

Tari bangun dan menuju ke dapur untuk mengeceknya. Pak Awan masuk ke dalam dan menutup pintunya dari dalam. Kemudian Tari menengok ke kamar Ratu. Terlihat Ratu sedang terlelap sendiri. Mendapati jika Marie tidak ada di samping Ratu, Tari mengira jika yang masuk ke ruang bawah tanah adalah Marie. Tari membuka pintu ruang bawah tanah dan menunggu Marie untuk keluar.

"Bukannya sudah dibilang, jangan pergi ke dalam sana!" Kata Tari keras.

Kemudian sebuah tamparan keras mendarat ke kepala bagian kiri Marie. Saking kerasnya, anak itu sampai tersungkur terjatuh ke bawah. Marie meringis kesakitan tapi rasa sakit itu masih tidak bisa memaksanya untuk menangis lantaran anak itu menahannya. Marie masih ingat dengan apa yang selalu dikatakan Ratu. Ia berusaha sekeras mungkin menahan tangisannya, karena jika Ia menangis, ibunya akan sedih. Lalu Marie bangkit.

"Marie... minta maaf." Kata anak itu dengan menunduk dan berusaha tersenyum.

Kemudian Ia berjalan menjauh berusaha untuk berlalu. Namun, tidak bisa. Wanita berperut buncit -karena ada jabang bayi- itu belum selesai dengan Marie. Dia memegang tangan kecil Marie, seolah bahasa tubuhnya yang mengatakan 'Aku belum selesai denganmu'. Tapi Marie kali ini selamat setelah pundak Tari ditepuk dari belakang oleh Ratu yang tiba-tiba ada di belakang mereka.

"Sedang apa kamu? Tari?" Kata Ratu yang baru bangun dari tidurnya.

"Ratu? Anak ini sudah melanggar aturan. Kita harus menghukumnya." Kata Tari.

"Dengan menampar kepalanya?" tanya Ratu.

"Ratu, bukannya kita selalu melakukan itu?" Kata Tari.

Ratu terdiam. Dia tidak bisa membantahnya karena itu benar.

"Tapi coba pikirkan lagi. Kita telah dewasa, sedangkan dia... dia masih anak kecil." Kata Ratu.

Ratu masih berusaha melindungi Marie. Marie masih dipegang oleh Tari.

"Anak kecil? Saat ternak (nomor) 7 (umur) segini juga Kita pukul (kalau berlaku salah)." Kata Tari.

"Tapi Kita memukulnya di bagian tangan." Kata Ratu tenang.

Tari menyadari kesalahannya. Lalu Dia berkata,

"Kau biasanya diam saja? Apa mungkin Kau mau melindungi anak ini?"

Kemudian Ratu mengambil Marie dari tangan Tari, lalu Dia mengambil sapu. Ratu memukul tangan Marie dengan sapu dengan keras. Marie kesakitan. Anak itu memegangi lengannya yang langsung memar.

"Melindunginya? Aku mau menunjukkan kepadamu cara menghukum seseorang di rumah ini." kata Ratu kepada Tari.

Tari terdiam melihat itu.

Lalu terdengar suara teriakan wanita dari dalam ruang bawah tanah itu.

"7!?" "Loli!?" Kata Tari dan Ratu bersamaan.

Dengan sigap Tari segera masuk ke ruangan bawah tanah untuk membantu persalinan pertama Loli. Tari tahu jika pekikan Loli itu karena kontraksi perut yang didapat. Loli akan melahirkan. Dan Tari adalah orang yang bertanggung jawab akan persalinan Loli. Tari masuk ke dalam ruang bawah tanah sedangkan Ratu membawa Marie masuk ke dalam kamar.

Mereka sampai di kamar dan menutup pintunya. Marie dari tadi berusaha untuk tidak menangis meski Ia ingin. Tubuh Marie bergetar, anak itu ketakutan. Dia takut jika Ratu mulai membencinya. Kemudian Ratu melepaskan tangan Marie yang dari tadi dipegangnya. Ratu melihat jika tangan Marie berwarna merah keunguan karena bekas sapu. Dia berpikir kepala Marie juga sakit karena pukulan Tari.

Dia menuju ke rak meja yang ada di samping tempat tidur. Dia mengambil handuk kecil. Kemudian Tari membuka jendela kamar. Olehnya, handuk itu diberi air mineral dan diperas. Marie masih berdiri dan tertunduk di belakang pintu. Ia tidak berani melangkah atau menyapa Ratu. Anak itu pikir Ratu sangat marah terhadapnya, sampai-sampai Ia memukulkan sapu ke tangannya.

"Marie, kesini sebentar." Kata Ratu yang duduk di pinggir ranjang.

Marie mendekati Ratu. Kemudian Marie merasakan rasa perih dan dingin menuju tangannya yang terluka akibat hantaman sapu. Ratu mengompresnya dengan handuk basah. Marie merintih kesakitan. Ratu menanyakan padanya, apakah Dia terlalu kasar melakukannya. Marie hanya menggeleng.

Marie menatap muka Ratu. Ratu membalas tatapannya dengan perasaan bingung. Marie memalingkan mukanya seraya berkata,

"Ibu marah?"

"Marah? Kamu sudah dihukum jadi, aku tidak marah." Kata Ratu polos.

Setelah selesai Ia meletakkan handuk ke atas rak meja dan tetap dalam posisi duduk, Ia mengambil bantal dan meletakkannya ke pangkuannya. Ratu tahu jika anak itu sedang menahan tangisnya.

"Marie." Kata Ratu sambil memegang kepala Marie dan membenamkannya dengan perlahan ke dalam bantal.

Ratu membungkukkan badan dan mendekatkan mukanya ke atas kepala Marie bagian belakang. Kemudian Ratu berkata,

"Menangislah."

Sontak Marie menangis sekeras yang Ia bisa. Sebuah tangisan yang bersuara sangat keras tapi tak bisa didengar siapa pun di rumah itu kecuali Ratu dan Marie.

...

Keesokan harinya, hal aneh terjadi. Marie selama seharian penuh diperbolehkan untuk keluar rumah. Pak Awan menyuruh Ratu untuk bermain keluar bersama Marie. Mereka lalu menuju ke tepi sawah yang berjarak sekitar 200 meter dari rumah. Selama setengah jam Marie dan Ratu bersama. Setelah itu Ratu memperkenalkan Marie kepada temannya yang seorang petani. Kemudian Ratu menitipkan Marie kepadanya dan meninggalkannya sendirian.

Anak 8 tahun itu tidak mau ditinggal ibunya. Marie berpegang erat pada kaki Ratu. Tapi ada tangan kasar yang mengangkat Marie dari belakang, tangan kasar dari seorang perempuan pekerja keras. Itu adalah tangan temannya Ratu. Orang itu menggendong Marie dan menyuruh Ratu untuk pergi.

"Ibumu itu, ada urusan, dia mau ke rumah sakit... bahaya loh disana banyak orang sakit Banyak Virus Corona disana! Kamu disini sama tante dulu ya, Nah maskermu aku tambah lagi nih." Kata temannya Ratu sembari memberikan masker yang masih baru kepada Marie kecil.

Marie diam, dia tidak menangis, dia tidak bisa menangis karena janjinya pada ibunya. Sekeras apa pun kondisinya atau setakut adapun Marie, dia tidak akan menangis. Sarwatun tertarik melihat tingkah Marie. Dia memang merengek ingin bersama ibunya, tapi anak itu tak pernah menangis.

Kesedihan Marie karena ibunya meninggalkannya sendirian di luar rumah tidak berlangsung lama. Kesedihannya perlahan hilang ketika Marie dihampiri oleh sekelompok anak. Mereka lalu mengajak Marie main bermain bersama. Tapi hal itu tidak berlaku bagi anak-anak lain. Mereka tidak pernah melihat Marie sebelumnya. Banyak anak laki-laki yang entah bagaimana mengalami 'cinta pada pandangan pertama' dengan Marie.

Tampaknya mereka semua takjub dengan kecantikan anak kecil itu. Biasanya, anak perempuan di desa ini semuanya berkulit coklat langsat tapi tidak dengan Marie. Perempuan kurus, berkulit putih kekuning-kuningan, dan rambut hitam terawat.

Tapi mereka semua tidak tahu.

Marie kurus karena hanya minum susu ASI selama 8 tahun ini, kulit putih karena dia tidak pernah keluar rumah, dan rambut hitam lurus karena Ratu merawatnya dengan tujuan ingin menjadikan Marie ternak yang paripurna.

Bagi Marie ini adalah keuntungannya. Dia menjadi punya banyak teman. Jua Sarwatun. Dia langsung menyayangi Marie seperti anaknya sendiri yang sedang ada di Sekolah sekarang. Sarwatun bertani sedangkan Marie bermain bersama beberapa anak-anak kecil sebayanya.

Di sisi yang lain, Ratu kembali ke rumah. Hal ini adalah rencana Pak Awan. Pak Awan yang menyuruh Ratu untuk membuat Marie meninggalkan rumah untuk sementara. Ia menyuruh Ratu keluar bersama Marie dan meninggalkannya disana untuk sementara waktu. Ratu menyanggupi permintaan suaminya itu.