webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Kematian Palsu Sang Pembunuh - Bagian 3

Para polisi butuh usaha ekstra untuk mendobrak pintu kamar Deni. Usaha terakhir membuahkan hasil yaitu dengan menggunakan alat pemukul dinding (1).

Pak Sumi tidak bisa menahan dirinya. Dia lagi-lagi menuju ke depan kamar. Tentu hal ini mendapat penolakan dari para polisi itu. Tapi Pak Sumi berjanji bahwa dia hanya akan melihat dari luar garis polisi. Dengan usaha yang keras dari Pak Sumi dan berkata bahwa dia adalah temannya Ova, ternyata salah satu polisi yang seperti pemimpin mereka mengizinkan Pak Sumi untuk melihat dari depan (luar garis polisi).

Sekarang Pak Sumi tahu bahwa yang menyebabkan pintu itu terlampau sulit didobrak. Itu adalah adanya gembok kunci yang berlapis-lapis selain itu ada (benda seperti) Kerangkeng tergeletak disana, menyangkut di depan pintu.

Kamarnya sangat pengap. Bau sangat busuk langsung tercium meskipun ini sudah beberapa saat ketika pintu dibuka. Gembok kunci bisa terlihat dari luar pintu (terlihat oleh Pak Sumi) lantaran gembok-gembok itu terlepas ke lantai. Kaca yang pecah juga terlihat oleh Pak Sumi. Tepat didepan pintu, kaca itu terpecah. Banyak terdapat sisa makanan yang tergeletak dan sudah dihinggapi banyak lalat, semut maupun belatung yang terdapat di sekitar ranjang.

Sakelar cadangan lampu diputar (sakelar cadangan. Adalah fasilitas yang ada di apartemen Deni yang memungkinkan jika stroom/token Listrik habis, tetap bisa menggunakan Listrik darurat milik pengelola apartemen dengan bayaran dua kali lipat daripada harga listrik normal). Lampu ruangan menyala.

Putih dan merah warna dindingnya. Noda darah sangat jelas terlihat di sekitar dinding ruangan. Pak Sumi yang melihat dari depan, melihat jika polisi itu menarik sebuah rantai yang sedikit bergelantungan di kaca yang tersambung di kerangkeng itu.

Pak Sumi tidak bisa melihat lebih jauh ada apa saja didalam. Hanya bermodal melihat dari depan pintu, Pak Sumi dapat menebak beberapa kemungkinan yang terjadi di dalam. Ketiga polisi itu sangat tercengang dan bingung saat pertama kali pintu itu dibuka, namun tidak dengan Pak Sumi.

Hanya ada empat orang di lantai itu. Kenyataannya saat ini lantai 47 di apartemen itu sudah tidak lagi di gunakan (atau semua orang-orang sudah meninggalkan lantai itu dan pindah ke lantai yang lain atau meninggalkan apartemen sejak kasus itu mencuat kemarin).

Upaya penyelidikan ketiga polisi itu masih berlanjut tapi Pak Sumi memutuskan untuk pergi dari sana. Pak Sumi sudah mendapatkan apa yang ingin dia dapat.

Kemudian Pak Sumi memutuskan untuk meninggalkan apartemen dan mengecek sekitar bangunan itu. Setelah berkeliling di sekitar bangunan, diketahui bahwa apartemen itu adalah bangunan tua yang baru saja dipugar. Pak Sumi menyimpulkan demikian karena dia melihat cat yang masih baru, namun dengan tangga darurat yang sudah berkarat.

Seperti pemugaran bangunan pada umumnya, menurut pengalaman Pak Sumi, tangga darurat di luar bangunan selalu terlewat dari proses pemugaran. Kemudian Pak Sumi jua melihat proyek rekonstruksi gorong-gorong dan trotoar di sekitar apartemen. Terlihat garis polisi melintang disana, bekas kecelakaan (orang yang dianggap) Deni sudah ditutup oleh kain.

Pak Sumi menoleh kanan dan kiri, lalu dia mengintip bagian dalam kain itu, dia mengambil ujung kain dengan tangan berlapis daun di sekitar. Tanahnya mengecap bekas orang. Pak Sumi memperkirakan jika orang itu jatuh diatas lapisan semen yang belum kering, atau malah baru dibangun beberapa jam.

Kemudian Pak Sumi pergi dari apartemen itu dan berjalan-jalan. Waktu yang dimiliki Pak Sumi masih setengah jam dari yang dijadwalkan 2 jam.

Pak Sumi masih belum bisa menyimpulkan apa yang terjadi. Terlalu sedikit petunjuk untuk sampai pada kesimpulan. Karena buntu (pikirannya) akhirnya Pak Sumi memutuskan untuk membeli minuman kaleng dan duduk di kursi tunggu bis, kebetulan di sekitar apartemen tidak ada tempat duduk lagi, selain halte bis di dekat Apartemen ini.

Pak Sumi sendiri, merenungi apa yang terjadi sebenarnya dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan. Namun, tidak ketemu. Pikiran buntu, Pak Sumi meneguk teh hijau kalengan tersebut.

Lima menit kemudian datang seorang lelaki yang terlihat usianya lebih tua dari Pak Sumi. Dia duduk di samping Pak Sumi. Lelaki itu mengeluarkan sebuah cerutu (2) dan terlihat gelagat masih mencari sesuatu yang hilang. Pak Sumi tahu itu, dan menawarkan pemantik api miliknya. Pria itu berterima kasih kepada Pak Sumi dan mereka mulai berbincang.

"Terima kasih, saya lupa menaruh benda kecil itu lagi." Kata pria itu dengan cerutu yang sudah di mulut dan menyodorkan kepalanya ke pemantik api Pak Sumi.

"Ah tidak, kadang saya juga lupa, sekarang malah saya yang lupa membawa rokok ahaha." Kata Pak Sumi setengah berbohong.

Pak Sumi tidak merokok, tapi selalu membawa pemantik api bersamanya.

"Oh kalau begitu ini saya beri satu." Kata lelaki tua itu sembari menawarkan satu batang cerutu miliknya.

"Kalau begitu kita tukar." Kata Pak Sumi dan memberikan satu minuman kaleng miliknya.

Saat ini Pak Sumi sedang berusaha membaur dengan warga sekitar, setidaknya dengan seseorang yang lebih tahu daerah sekitar apartemen daripada Pak Sumi. Tak kenal maka tak sayang, tak akrab maka pertukaran informasi yang akan diterima akan kurang.

"Teh hijau dengan cerutu ya, ternyata cocok juga." Kata Pria tua itu.

"Bapak warga daerah sini?" Tanya Pak Sumi.

"Rumah saya lumayan jauh dari sini, barusan saya ke apartemen anak saya untuk melihat cucu." Kata Pria tua itu.

"Oh apartemen yang itu?" Kata Pak Sumi sembari menunjuk apartemen Deni.

"Ya benar. Bapak juga dari apartemen situ ya?" Tanya Lelaki tersebut.

"Ah tidak, saudara teman saya yang ada di sana, tadi saya kesana untuk menjenguknya." Jawab Pak Sumi.

"Bapak bukan warga daerah sini ya?" Tanya Lelaki itu.

"Oh ahaha saya dari Indonesia." Jaawb Pak Sumi.

"Indonesia?" Tanya Lelaki itu.

"Iya." Jawab Pak Sumi.

Mereka diam sesaat dan menikmati waktunya masing-masing.

"Ngomong-ngomong pak, saya dapat kabar dari saudara teman saya katanya mau pindah apartemen." Kata Pak Sumi.

"Iya? anak saya juga bilang begitu, tapi ya... itu wajar pak." Jawab pria itu.

"Wajar? Maksudnya?" Tanya Pak Sumi.

"Sejak kemarin ada orang bunuh diri, banyak orang yang mau pindah dari apartemen ini." Kata Lelaki itu.

"Oh... begitu, tapi pak saya mengenal orang itu, ah maksud saya saudara teman saya itu, orangnya tidak penakut." Kata Pak Sumi.

"Ya bukan itu saja pak, saya itu orang baik. Setiap hari, bahkan tadi, saya baru saja memberi makan burung di taman." Kata Lelaki itu antusias.

Pak Sumi mendengarkan.

"Saya tidak mengenal gelandangan itu, tapi Dia selalu menemani saya jika mau memberi makan burung di taman." Kata Lelaki itu lalu menghisap cerutunya dan menghembuskannya.

"Lalu sekitar satu minggu yang lalu gelandangan itu tidak ada." Lanjut Lelaki itu.

"Hilang? Mungkin saja jika orang itu diadopsi atau mungkin sudah punya pekerjaan misalnya PSK." Kata Pak Sumi.

"Diadopsi? PSK? tidak-tidak, tidak ada yang mau dengan pria kumuh itu." Kata lelaki itu.

Pak Sumi diam mendengarkan pria itu.

"Saya sudah mengenalnya bahkan saat sebelum saya pensiun menjadi Sopir bis. Dia sudah disana selama 10 tahun. Ya kau tahu, di dunia ini tidak ada yang peduli jika satu gelandangan baik hati itu hilang." Lanjut lelaki itu.

Kemudian ada satu bis berhenti di halte tersebut. Lelaki tua itu segera beranjak dari duduknya namun tidak dengan Pak Sumi. Ditanya Pak Sumi apa dia tidak masuk ke dalam bis, Pak Sumi lalu berkata jika dia duduk disini hanya ingin melepas penat. Pak tua itu tersenyum dan mengucapkan terima kasih kepada Pak Sumi atas minumannya. Saat orang itu akan melangkah masuk ke dalam bis Pak Sumi berkata, "Pak lokasi taman tadi ada dimana? Saya juga mau memberi makan burung."

"Kau tidak tahu? Itu taman, taman belakang apartemen ini." Kata Lelaki itu.

"Oh baiklah, terima kasih." Kata Pak Sumi.

(1) battering ram (ing.)

(2) Cigar (ing.)

Cloud_Rain_0396creators' thoughts