webnovel

My Slave, My Servant, My Daughter

kisah tentang Pak Sumi, seorang intel kepolisian yang berhasil membuka kedok rumah Bordil dan menemukan hal yang lebih buruk daripada PSK (Pekerja Seks Komersial) yaitu menemukan seseorang yang akan merubah hidupnya untuk selamanya. kisah tentang keluarga, masa lalu, dan ambisi seorang anak. Kisah tentang suatu keluarga kecil yang berperan besar dalam beberapa kasus skala nasional, masa lalu yang penuh dengan intrik, persahabatan, juga kengerian dan kekejian, serta ambisi seorang anak untuk mendapatkan kepercayaan, cinta dan kasih sayang... ah dan juga tubuh. Cerita akan berkutat pada Marie dan Pak Sumi, lalu orang-orang yang terdekat seperti Bu Rati (Istri Pak Sumi), Tiga anggota daun Semanggi (Clover), dan tokoh antagonis. Apakah Marie bisa mendapatkan apa yang diinginkannya? berakhir bahagia atau tidak, itu semua pilihan anda, pembaca. *Penulis sangat tidak menyarankan untuk dibaca oleh anak-anak tanpa pengawasan Orang tua. Isi konten dan konflik cerita sangat mungkin TIDAK SESUAI untuk anak-anak (atau mungkin sebagian remaja baru). dimohon kedewasaan pembaca. **pict source: https://www.trekearth.com/gallery/Africa/photo1403560.htm

Cloud_Rain_0396 · Horror
Not enough ratings
102 Chs

Dunia Semu Milik Awan dan Sunandar

Sunandar membawa anak yang menangis itu ke atas. Anak itu sekarang berada di ruangan Sunandar. Hari telah malam. Lalu tiba-tiba ada suara ketukkan pintu. Masuklah seorang lelaki memakai jas hitam yang masuk ke dalam. Sunandar menyilakan masuk orang laki-laki berperawakan sangar itu.

"Oh jadi ini anaknya." Kata lelaki itu.

"Sesuai yang ku janjikan kepadamu kan?" kata Sunandar.

"Ya memang bagus kalian menjual juga anak usia sekolah daripada hanya bayi yang masih kecil." Kata Sunandar.

"Permintaan pasar yang memaksaku melakukan ini, Vigor. dan apa yang kau bilang tadi? kalian?" Tanya Sunandar.

"Apa ada yang salah?" Kata Vigor.

"Hei jangan kau anggap Aku satu dengan Awan." Kata Sunandar.

"Ya terserah apa yang kau bicarakan. Bisakah Aku bawa anak ini sekarang?" Kata Vigor

"Ya." Kata Sunandar.

Anak itu diserahkan kepada Vigor.

Sunandar membuka pintu ruangannya. orang itu pergi bersama anak kecil tadi. Tepat pada saat Sunandar menutup pintu, telepon di mejanya berdering. Sunandar yang mendengarnya segera mengambil gagang telepon yang ada di mejanya.

"Halo?" Kata Sunandar.

"Halo, dengan Pak Sunandar?" Kata orang yang menelepon.

"Iya, ini siapa?" Tanya Sunandar.

"Pak, ini saya, Miya bagaimana pak?" Tanya orang itu.

"Ah ibu, Miya masih di sini." Kata Sunandar.

"Apa dia...." Kata Ibu itu.

"Ya dia baik-baik saja di sini. kebetulan Aku habis dari tempatnya." Kata Sunandar.

"Bukan itu, Aku mau bilang apa dia sudah mati." Kata orang yang menelepon.

"Ah hahaha, ya begitulah. Hm, Bu kadang Aku tidak yakin anda adalah ibunya Miya." Kata Sunandar.

"Hei, tolong jangan bahas masalah itu lagi."

"Ya Aku tahu, maafkan Aku. Tapi seperti yang aku bilang tadi, Miya masih hidup. Lagipula kelihatannya anak itu masih tak kehilangan harapan pada anda untuk segera menjemputnya." Kata Sunandar

"...Kau sendiri tahu Aku yang membuang dia kesitu." Kata Ibu Miya.

Telepon kemudian dimatikan Ibu Miya.

Dua tahun yang lalu sebelum hari ini, Sunandar menerima panggilan telepon dari orang yang tidak dikenal. Orang di dalam telepon itu menyuruh Sunandar untuk ke taman pada tengah hari. Tentu Sunandar menolak. Tapi rupanya penelepon itu tahu jika Sunandar 'menampung' anak-anak jalanan yang terlantar. Untuk alasan itulah kemudian Sunandar datang ke taman.

Setelah dua jam menunggu di taman, Sunandar akhirnya bertemu dengan wanita muda dengan membawa seorang gadis kecil. Mereka terlihat seperti sepasang ibu dan anak. Sampai di hadapan Sunandar, Wanita itu berkata jika dirinya ingin Sunandar untuk membawa gadis itu. Sontak gadis kecil itu menangis merengek karena tak ingin berpisah dengan wanita itu. Lalu wanita itu memelas, dia berdialog dengan gadis kecil itu.

"Mama... Miya tidak mau sama om itu." Kata Miya.

"Nak, mama tidak punya pilihan selain menyerahkanmu kepadanya." Kata Ibu Miya.

"Tapi, Kenapa ma?" Tanya Miya.

"Bukannya kita sudah membahasnya kemarin? mama punya utang yang banyak." Kata Ibu Miya.

"Um.." kata Miya.

Anak itu menunduk.

Sunandar hanya melihat aksi ibu dan anak itu. Terlihat dalam pandangan Sunandar jika sang ibu hanya bersandiwara. Namun, apa yang kemudian terjadi? Anak itu menuruti keinginan ibunya. Keduanya berpelukan dan saling mengucap salam perpisahan.

"Empat tahun ya, lalu mama akan menjemput Miya." Kata Ibu Miya.

"Iya.." Jawab Miya pelan.

Karena telepon yang diterima barusan, Sunandar tertawa terbahak-bahak. Dia ingat kejadian itu sebagai kejadian yang menggelikan. Sunandar keluar dari ruangannya dengan tertawa, dan ditegur oleh Mino. Sunandar bilang jika ia mengingat kejadian tiga tahun yang lalu. Mino tidak paham apa maksudnya, lalu Mino berlalu menuju ke biliknya dimana pelanggannya sudah menunggu disana.

.....

Kediaman Pak Awan menjadi lebih tenang daripada saat ada Marie di dalam rumah itu. Ratu dan Tari beraktivitas seperti biasa, Pak Awan pun sama, tapi tidak bagi kedua ternak yang lain, (Timan dan Warni) mereka masih mengalami PTSD(1) ringan. Selama beberapa bulan setelah Marie berpindah tangan ke Sunandar, Kedua ternak itu tak kunjung hamil. Kontras dengan Ratu dan Tari yang sedang mengandung dengan sehat.

Pak Awan sempat berpikir jika ini salahnya karena ternak tidak mengandung, dia berpikir bisa jadi Spermanya tidak sehat. Namun, melihat Ratu dan Tari yang bunting, dia meragukan keabsahan pikirannya. Berbagai cara telah dilakukan oleh Pak Awan untuk menyenangkan hati ternaknya lagi. Namun, selama beberapa bulan ini seperti tidak ada perkembangan yang signifikan.

Pak Awan mengadukan hal ini kepada Sunandar. Sempat pesimis orang yang perhitungan itu apa mau menolong dirinya, ternyata Sunandar mau 'menyuntikkan dananya' kepada Pak Awan. Pak Awan merespons hal itu dengan membeli beragam fasilitas untuk ruang bawah tanahnya, untuk Keempat ternaknya agar mereka merasa nyaman. Kali ini Pak Awan tidak bodoh, Dia mengantisipasi segala kemungkinan termasuk 'rusaknya' Ratu, mengingat Ratu pernah dekat dengan Marie, sebagai Ibu dari anak itu.

Oleh karena itu, kali ini Pak Awan selalu memberikan kabar kepada semua ternaknya jika Marie baik-baik saja selama di Sunandar. Tentu Ratu tidak terlalu menggubrisnya karena dia tahu kebenaran yang sebenarnya. Tapi Pak Awan tahu jika Ratu tahu kebenarannya. Kemudian Pak Awan memberikan bukti yang menunjukkan Marie baik-baik saja. Sebuah bukti yang sangat kuat, dan meyakinkan jika Marie baik-baik saja. Saking kuatnya, bukti itu sampai membuat Ratu percaya jika Marie masih hidup.

Sebuah Foto dan kaset perekam suara.

Enam bulan setelah kepergian Marie ke Sunandar, pada malam hari Pak Awan tiba-tiba masuk ke kamar Ratu. Dia memberikan dua benda itu kepada Ratu. Sebuah foto berisi potret Marie dan sebuah kaset. Pak Awan memutar rekaman kaset itu, lalu terdengar suara Marie.

"Baiklah, aku mengerti sekarang, jadi dia baik-baik saja." Kata Ratu singkat.

"Selama kamu mengerti, tidak apa-apa, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, rencana awalku sudah berubah, Marie tidak mati selama di Sunandar." Kata Pak Awan.

Ratu mengulang lagi rekaman suara itu.

"Baik selamat malam, maaf mengganggumu." Lanjut Pak Awan.

Lalu Pak Awan keluar dari kamar Ratu sambil membawa Kaset dan foto Marie.

"Ah, sebentar, bolehkah Aku menyimpan fotonya?" Kata Ratu saat Pak Awan berada di depan pintu.

Pak Awan berpikir sejenak. Dia berpikir apa hal ini akan berdampak buruk atau baik bagi Ratu.

"Untuk apa?" Kata Pak Awan.

"Maaf, tidak jadi. Selamat malam." Kata Ratu sambil mendengarkan rekaman suara itu.

Melihat perilaku Ratu, Pak Awan yakin untuk memberikannya, Pak Awan berkata,

"Aku tidak tahu apa maumu, tapi jika hanya foto ini... boleh, ini." Kata Pak Awan.

"Benarkah aku boleh menyimpannya?" Tanya Ratu.

"Ya, silakan." Kata Pak Awan sembari memberikan foto itu.

Lalu Pak Awan meninggalkan Ruangan itu dan menutup pintunya. Pak Awan menuju ke kamarnya untuk tidur. Saat berada di kamar berdua, Tari menghadang Pak Awan dan bertanya tentang apa yang dilakukannya kepada Ratu, mengapa dia memutuskan untuk memberikan Kaset dan foto itu.

"Kenapa bapak memberikannya kepada Ratu?" Tanya Tari.

"Memang kenapa?" Kata Pak Awan.

"Bukannya keduanya (foto dan kaset) itu palsu?" Tanya Tari.

"Tentu palsu, kamu sendiri yang mengedit Fotonya kan." Kata Pak Awan.

"Iya, maksudku-" Kata Tari terputus.

"Apa Ratu tidak menyadari hal itu? Begitu kah maksudmu? Dengan pencahayaan satu buah lampu tidur redup, tidak mungkin Ratu menyadarinya." Kata Pak Awan.

"Lalu rekaman suaranya? kita tidak bisa berkata pada Ratu jika itu adalah rekaman suara anak tetangga yang juga diedit." Kata Tari.

"Mudah saja, Ratu sendiri sudah lama tidak mendengar suara Marie, dia akan berpikir jika itu adalah Suara Marie." Kata Pak Awan.

"Tapi kenapa bapak melakukan hal itu pada Ratu?" Kata Tari.

"Apa kau juga tidak ingin bertanya mengapa aku membeli peralatan yang mahal yang aku taruh di ruang bawah tanah?" Kata Pak Awan.

Tari terdiam.

"Semuanya untuk menyenangkan hati semua ternak." Lanjut Pak Awan.

"Lalu aku bagaimana? Aku juga ternakmu." Kata Tari.

"Untuk mu?" lalu Pak Awan berbisik ke telinga Tari,

"akan kuberikan sekarang apa maumu." Kata Pak Awan.

Pak Awan tahu apa maksud Tari, Dia ingin diberikan sebuah gaun yang dia lihat pada toko Online, tapi hal itu tidak ada dalam rencana anggaran yang dibuat oleh Pak Awan dan Ratu, akhirnya Pak Awan mengabulkan keinginan Tari yang lain, sebuah keinginan yang sama yang diminta oleh semua pasutri (2) normal lain.

(1) PTSD: (post-traumatic stress disorder) atau gangguan stres pascatrauma adalah gangguan mental yang muncul setelah seseorang mengalami atau menyaksikan peristiwa yang tidak menyenangkan. - aldokter

(2) pasutri; Pasangan Suami Istri. -penulis

Cloud_Rain_0396creators' thoughts