webnovel

My Senior is My Husband

Masa sma adalah masa yang paling indah. Masa dimana semua orang bisa menjalin persahabatan bahkan kisah cinta. Kisah yang akan selalu dikenang sepanjang masa. Ukiran senyum, tawa, dan tangis akan banyak tertuang disana. Namun beda halnya dengan apa yang dirasakan Mikael. Masa sma tak akan pernah lebih dari sebuah bencana baginya. Pemaksaan dari orang tuanya telah menjebak alur takdirnya. Saat dimana ia seharusnya bisa bersenang senang dengan teman seumurnya telah sirna. Tanggung jawab besar kini diembannya. Perjodohan paksa. Dua kata itulah yang mampu mengubahnya. Mengubah seluruh sifat dan kepribadiannya. Persetan dengan gadis cantik yang akan jadi istrinya. Ia pasti akan membencinya. Karena gadis kecil itulah ia menderita. Gadis yang selalu membuat kacau urusannya. Sungguh, ia akan menelantarkannya. Namun apakah takdir akan membiarkannya? Apakah takdir mau berkompromi dengannya? Atau, ia akan kalah? Kalah akan skenario yang telah ditentukan-Nya, dan jatuh kepelukan gadis pengubah segalanya?

mitaratna · Urban
Not enough ratings
326 Chs

Pacar?

"Ngapain lo?" tanya seseorang dari arah belakang yang sontak membuat Aleena dan Vino berjingkat kaget.

Keduanya menoleh bersamaan menatap sang pelaku keterkejutan mereka. Netra keduanya kompak menatap seorang laki laki jangkung dengan paras tampan yang berdiri dengan gaya sok berkuasanya. Siapa lagi kalau bukan Mikael.

"Aku lagi makan," jawab Aleena dengan tatapan tak berdosanya. Tangannya kembali terangkat menyuap sesendok nasi dengan santainya.

Namun santainya pergerakan Aleena sama sekali tak sinkron dengan hatinya. Jujur Aleena sangat takut dengan tatapan maut yang diberikan oleh oknum dibelakangnya.

Tatapan nyalang yang terus diterimanya membuat merasa Aleena terintimidasi olehnya. Terasa ingin ditelan hidup- hidup dia. Namun Aleena sadar, ia tak boleh menunjukkan rasa takut padanya, karena itu akan membuatnya semakin semena- mena pada Aleena.

"Enak banget lo, ya!" ucap Mikael dengan nada menyindirnya. Langkahnya mengayun menuju kursi kosong didepan Aleena. Tangan Mikael bergerak mengambil alih sendok ditangan Aleena lalu menyuapkan sesendok makanan pada dirinya sendiri.

"Eh, tapi.." Mata Aleena seketika membola saat maniknya melihat Mikael sudah melahap makanan itu masuk ke dalam mulut jahannam- nya. "Tapi itu sendok bekasku!" ucap Aleena melayangkan tatapan mautnya.

"Lo pikir gue peduli? Ini kan nasi bekal gue!" ucap Mikael tak terima. Bagaimana bisa seorang gadis kecil mini bisa mengelabuinya?

"Tapi kan tadi kamu bilang itu buat aku!" teriak Aleena membalas. Tatapannya pun telah berubah menjadi mata elang. Makhluk astral dihadapannya telah membuatnya kesal.

Brakk!

"Lo bener- bener minta hajar, ya?" hardik Mikael berdiri menggebrak meja didepannya. Baru kali ini ada yang berani mendebat ucapannya. Dan itu pun seorang gadis bau kencur yang baru masuk ke istananya.

Gebrakan Mikael membuat tatapan seluruh orang dikantin tertuju pada mereka. Mereka dibuat tercengang atas pertengakaran didepan mereka. Pasalnya pertengkaran kali ini berbeda.

Mikael adalah tipe orang yang amat sangat menjauhi perempuan. Ia tak pernah mau duduk bersama apalagi makan dengan seorang perempuan dihadapannya. Ia juga sedikit bicara saat tak berkumpul dengan teman satu gengnya.

Tapi kali ini, seorang gadis dengan beraninya mendebat ucapannya. Apa ia tak tahu Mikael siapa?

Brakk!

"Eh, kok jadi nyolot, sih?" tanya Aleena ikut menggebrak meja pula.

Mikael telah murka. Benar- benar minta diberi pelajaran! hardik Mikael dalam hatinya.

"Lo!"

"Kamu!"

Pekik mereka bersamaan. Jari telunjuk mereka pun sama- sama menunjuk kedepan. Tatapan nyalang keduanya berikan.

"Kalian tuh bisa diem nggak, sih?" hardik Vino kesal. Hadirnya terasa tak dianggap sekarang. "Berantem aja terus! Gue tinggal, bye!" lanjut Vino sambil beranjak dari tempat duduknya. Ia benar- benar malas sekarang. Vino melangkahkan kaki cepat membawa tubuhnya pergi ke tempat laknat itu.

"Eh, Kak!" panggil Aleena sambil berteriak kearah Vino. Baru saja ia menikmati kedekatannya dengan Vino namun semua musnah dengan datangnya makhluk tak tahu diri didepannya.

Aleena mengalihkan tatapannya pada Mikael yang telah kembali duduk didepannya. Tangannya dengan santai menyuapkan makanan yang tadi telah diberikannya pada Aleena.

Kilatan amarah tampak jelas dari sorot mata Aleena. Mikael adalah sosok monster pengganggu kehidupan barunya. Dan sayangnya, ia adalah monster tertampan yang telah ditemui Aleena.

"Puas?!" hardik Aleena sambil berlalu pergi meninggalkan Mikael begitu saja.

"Napa jadi gue yang kena?"

*

Tak terasa delapan jam telah dilalui Aleena disekolah barunya. Di tempat itu, setidaknya Aleena bisa melupakan segala masalah dalam rumahnya.

"Aleena, lo pulang sama siapa?" tanya Rangga yang saat itu masih setia menanti Aleena mengemasi peralatan tulisnya.

"Aku naik motor." jawab Aleena dengan senyum manis merekah dibibirnya. Senyuman itulah yang mampu membuat semua lelaki yang menatapnya luluh dalam sekejap mata.

"Oh gitu. Sebenernya sih gue pengen anterin lo, tapi hari ini gue ada jadwal ekskul. Sorry ya," ucap Rangga sambil memanyunkan bibirnya. Sungguh kesempatan emas hilang didepan matanya.

"Nggak papa kok. Ayo!" ucapnya mengajak Rangga keluar dari ruang kelas. Mereka berjalan beriringan disana. Tawa pun sesekali dilakukan Aleena saat teman barunya melawak di sampingnya.

Keadaan sekolah saat itu sangatlah ramai karena semua siswa baru saja keluar dari kelasnya. Tak jarang ada beberapa siswa yang menatap takjub kearah Aleena. Parasnya sungguh mampu memikat siapapun disana. Apalagi saat ia bersanding disebelah Rangga. Layaknya pasangan sempurna.

Langkah mereka terhenti saat keduanya sampai ditempat parkir disana.

"Gue anter sampai sini, ya?" ucap Rangga sambil berdiri menghadap Aleena. Senyumannya kian melebar saat melihat anggukan kecil disertai lengkungan dibibir Aleena.

Rangga membungkukkan badannya menyamakan tinggi mereka. Tangannya terangkat mengacak rambut Aleena gemas.

"Iihh Rangga!" teriak Aleena sambil memukul- mukul tangan Rangga yang berani membuat berantakan tatanan rambutnya.

"Abis lo lucu banget!"

"Ekhem," suara deheman seseorang spontan mengagetkan keduanya. Suara bass dari seorang lelaki jangkung yang tengah berjalan santai kearah mereka. Salah satu tangannya terselip di saku celana.

"Eh, ada Pak Boss!" ucap Rangga kembali ke posisi awalnya. Tangannya terangkat menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Mampus gue! batin Rangga setelah melihat tatapan maut Mikael yang menjurus kearahnya. Dengan berat hati, rupanya Rangga harus meninggalkan bidadari tak bersayapnya untuk pergi ke pelukan pangeran tak berkuda.

"Aleena, duluan ya!" ucap Rangga sambil menatap sayu kearah Aleena yang masih diam tak berkutik di tempatnya. Mulutnya tertarik kebawah mengisyaratkan kekecewaannya.

"Nanti kalau pulang hati- hati, ya!" ucap Aleena lembut pada Rangga. Bibirnya pun telah dihiasi senyum yang merekah dengan indah. Tatapan redupnya mampu membuat semua orang akan terpikat.

Sedangkan Rangga yang telah meleleh disana pun semakin salah tingkah dibuatnya. Hanya dengan satu kalimat saja mampu membuat debaran jantungnya berada diatas rata- rata. Tanpa sadar, tangan Rangga telah terangkat untuk mengacak gemas rambut Aleena. Sungguh imut Aleena di matanya.

"Ih Rangga! Kan jadi berantakan!" teriak Aleena sambil menata kembali rambutnya. Mulutnya pun mengerucut pertanda ia sebal akan kelakuan Rangga.

"Gemes banget gue!" ucap Rangga masih dengan senyum lebar disana. Namun ia sama sekali tak menyadari tatapan maut telah sedari tadi dilayangkan Mikael padanya.

"Ekhem!" dehem Mikael semakin dibuat keras untuk menyadarkan keduanya. Bagaimana mungkin mereka mengacuhkan hadirnya most wanted sekolah yang di gilai semua wanita.

"Eh, astagfirullah! Lupa Boss!" ucap Rangga langsung berlari menjauh dari Aleena. Bisa dalam bahaya jika ia terus berada disamping Aleena. Bahaya karena adanya Mikael, juga bahaya bagi kesehatan jantungnya.

Aleena yang melihat kepergian Rangga pun ikut beranjak dari tempatnya. Ia dengan santainya melupakan kehadiran Mikael yang tengah menatap sengit kearahnya.

"Sialan nih bocah!" umpat Mikael masih tak percaya dengan sikap Aleena. Baru kali ini ada seseorang yang berani mengacuhkan dirinya. Dengan langkah cepat, Mikael berusaha menyeimbangkan langkah mereka.

"Gue anter pulang!" ucap Mikael saat langkahnya berada tepat dibelakang Aleena. Tangannya terangkat untuk menyunggar rambutnya. Senyum khas pun telah tersungging di bibirnya. Matanya menatap ke seluruh penjuru sekolah menyapa seluruh fansnya. Tinggi Aleena yang tak sampai menutupi wajahnya membuat Mikael dengan mudahnya tebar pesona.

Namun langkah Aleena seketika berhenti disana. Pergerakannya yang tiba- tiba sontak membuat Mikael terhantuk punggung Aleena.

"Aduh!" ringis Aleena saat badannya terdorong ke depan akibat dorongan dari arah belakangnya. Beruntung kaki Aleena dengan sigap menopang beban tubuhnya.

Aleena langsung membalikkan badannya menatap sang pelaku dengan tatapan geramnya.

"Kamu kalau jalan liat- liat dong!" ucap Aleena dengan amarah berapi- apinya.

"Eh, gue udah liat- liat tau! Elonya aja yang kependekan sampe guenya nggak bisa liat!" ucap Mikael dengan santainya. Namun dalam hatinya sungguh menahan tawa. Marahnya Aleena sama persis seperti kucing yang mengeong didepannya.

"Gue anter pulang!" ucap Mikael langsung menarik tangan Aleena. Pergerakan itu spontan membuat Aleena meronta- ronta untuk dilepaskan tangannya.

"Aku bawa motor!" ucap Aleena sambil terua meronta- ronta. Namun cekalan tangan Mikael yang terlalu kuat membuatnya tak bisa berbuat apa- apa.

"Gampang, biar gue titipin di parkiran. Besok lo berangkat bareng gue!" ucap Mikael masih dengan nada santainya. Namun beda dengan Aleena. Aleena memutar matanya menatap sekeliling yang dipenuhi siswa tengah menyaksikan keduanya. Mereka semua memekik histeris kearah Aleena seakan iri padanya. Ya ampun hari pertama sekolahku hancur karena dia!

Mikael membawa Aleena keparkiran untuk mengambil motornya. Motor 250 cc yang bertipe sama seperti milik Aleena.

"Naik!" ucap Mikael sambil memberikan helm pada Aleena.

Dengan malas, Aleena pun langsung naik ke atasnya. Roknya yang tak terlalu pendek setidaknya mampu menutupi pahanya.

"Pegangan!" suruh Mikael dengan tatapan anehnya. Apakah ini jebakan? pikir Aleena.

"Nggak!" jawab Aleena menolah mentah- mentah permintaan Mikael. Namun usaha Mikael tak sampai situ saja. Ia dengan sengaja mengegas motornya lalu mengerem dengan seketika. Aleena yang terkejut pun spontan memeluk Mikael yang sudah tersenyum smirk dari balik helm full facenya.

"Gitu dong!" ucap Mikael sambil terus memegang erat tangan tangan Aleena yang telah melilit pinggangnya.

Kedua insan itu pun tak luput dari tatapan para siswa yang sedari tadi menatap kearah mereka. Semua orang terkagum-kagum oleh Aleena. Namun tidak halnya dengan tatapan seorang lelaki yang menatap dengan mata nyalang kearah keduanya.

Dia punya gue! ucapnya dengan penuh penekanan disetiap kalimatnya.

Dalam perjalanan hanya suara angin yang menemani mereka. Motor Mikael melaju diatas rata- rata. Bukannya takut, Aleena malah semakin suka. Angin membuatnya lupa akan semua masalah yang terjadi dalam hidupnya.

Motor Mikael mulai memasuki pekarangan rumah Aleena. Halaman yang luas ditumbuhi bunga- bunga menyambut keduanya.

"Nggak usah mampir!" ucap Aleena sambil bergerak turun dari motor besar milik Mikael dengan sadisnya.

Namun belum sempat menjawab, suara terbukanya pintu mengalihkan perhatian mereka. Tampak seorang wanita paruh baya berada di ambang pintu sana.

"Loh itu siapa Aleena? Nggak disuruh mampir dulu?" tanya wanita paruh baya itu dengan senyum merekah dibibirnya.

"Temanku, Ma." ucap Aleena dengan santainya. Matanya menatap malas menanggapi pertanyaan ibunya. Namun lagi- lagi hadirnya seseorang membuatnya berubah akan pemikirannya.

"Siapa Aleen?" tanya seorang pria paruh baya yang baru saja datang di tengah-tengah mereka. Kening pria itu pun mengerut saat melihat kehadiran seorang lelaki tak dikenal masuk ke dalam pekarangan rumah mereka.

"Pacarku, Pa!"

Mikael yang sebelumnya hanya diam seraya tersenyum tipis spontan membulatkan mata mendengar jawaban berbeda dari Aleena.

Apa?!