12 Membully Si Pemberani

Sudah lima menit berlalu, namun mata Aleena belum juga menemukan sosok seorang yang sedari tadi ditunggunya. Kakinya pun sudah mulai kebas berdiri didepan gerbang kantin sana.

Kaki Aleena mulai mengayun untuk duduk disalah satu bangku kantin di sudut sana. Aleena akan menunggu Vino dari posisinya.

Perlahan tangannya bergerak untuk mengambil ponsel dari sakunya. Ia berniat menghilangkan rasa jenuh menunggu dengan bermain game kesukaannya.

Mata Aleena kini hanya terfokus pada layar handphonenya. Dunia terasa milik sendiri jika sudah bergelut dengan game diponselnya.

Aleena merasa ada yang tengah mengawasinya. Ia berpikir kalau para siswa masih menatap nyalang dengan isu yang tersebar di pagi buta. Aleena mencoba untuk tak mengindahkannya.

Suara langkah kaki yang mendekat mengundang perhatian Aleena. 'Akhirnya Vino datang juga!' batin Aleena bahagia.

Namun tidak ketika kepalanya terangkat menatap siapa yang ada dihadapannya.

Byur!

Segelas jus mangga berhasil mengguyur tubuh Aleena. Maniknya seketika membola menahan amarah yang kian membara. Ditatapnya sang pelaku dengan manik nyalang miliknya. Dilihatnya Audrey yang tengah menatap sinis sambil menyungging senyum liciknya. Kedua teman yang setia menemaninya pun kini melakukan hal yang sama.

Brakk!

Seketika itu Aleena langsung menggebrak meja dihadapannya. Gebrakan itu menimbulkan bunyi yang cukup keras hingga mengundang perhatian para siswa yang ada disana. Termasuk seseorang yang sedari tadi menunggu pertunjukan yang telah dipersiapkannya.

Lelaki itu menyungging senyum seringainya. Maniknya pun menatap remeh Aleena yang telah berani untuk bermain api dengannya.

Mikael, lelaki itu duduk dengan santainya di salah satu bangku kantin tak jauh dari meja Aleena. Kakinya pun tertumpu pada satu kaki lainnya seolah menikmati skrip cerita yang telah dirancangnya.

Ya, Mikael yang telah meminta Audrey untuk membully Aleena. Karena Mikael tak ingin mengotori tangannya sendiri hanya untuk mengurus seorang upik abu seperti Aleena. Sungguh nikmat rasanya jika ada seseorang yang dengan suka rela melakukan apapun demi Mikael hanya dengan berlandaskan cinta.

"Pertunjukan dimulai!" ucap Mikael seraya mengembangkan senyumnya. Senyum yang membuat semua orang bergidik ngeri karena kelicikannya.

"Maksud kamu apa?!" tanya Aleena langsung meninggikan nada bicara. Maniknya menatap bak mata elang yang siap menerkam mangsa.

"Ups! Sorry, nggak kelihatan!" ucap Audrey sambil menutup mulut dengan satu tangan seolah mengekspresikan rasa keterkejutannya.

Ketiganya pun langsung tertawa kala melihat raut wajah Aleena yang tengah tersulut emosi karena perbuatannya. Manik mereka kompak menghina Aleena yang seragamnya telah basah karena jus mangga.

"Buta, ya?" tanya Aleena langsung menghardik netra Audrey yang berlagak tak bisa melihatnya.

Mendengar itu Audrey langsung menghentikan tawanya. Maniknya kini menatap intens wajah Aleena yang tengah menahan rasa marahnya.

"Punya hak apa lo ngatain gue buta?" tanya Audrey dengan nada dinginnya. Rahangnya pun nampak mengeras karena pertanyaan yang dilontarkan Aleena padanya.

"Lo tuh cuma Jalang yang deketin semua cowok demi uang! Lo cuma anak baru yang numpang tenar dengan menyebut nama Mika! Lo juga cuma cewek murahan yang mau ngelakuin apa aja demi naik tahta!" ucap Audrey kembali meninggikan suaranya. Telunjuknya pun telah terangkat mengarah pada wajah Aleena. Mata Audrey menajam seolah memiliki banyak dendam dengan oknum didepannya.

Suasana kian memanas disana. Semua siswa pun sangat semangat untuk melihat pertunjukan antara murid baru dan ratu bully SMA Garuda. Mereka semua rela berdesak- desakan hanya untuk menonton apa yang terjadi diantara keduanya.

Seringaian Mikael pun belum juga luntur dari bibirnya. Kini matanya menatap dengan sangat meremehkan Aleena yang kini tengah diam dengan wajah merahnya.

"Ini akibat kalau lo ngehina gue, Aleena!" ucap Mikael seraya menyunggar asal rambutnya. Pesonanya kian memancar walau seringaian jahat terbit disana.

"Anggep aja ini balasan untuk perbuatan lo yang hampir aja patahin tangan gue!" ucap Audrey kembali meninggikan suaranya. Ia bahkan membentak Aleena seraya mendorong kasar bahu dengan satu tangannya.

Aleena pun terhempas kebelakang karena perlakuan Audrey padanya. Kakinya pun terhantuk kursi yang sedari tadi didudukinya. Sakit. Sangat sakit. Namun Aleena tak mungkin menunjukkan rasa sakitnya.

Aleena hanya diam. Matanya memerah menatap nyalang Audrey yang tengah tersenyum puas.

Aleena terus menatap ketiga gadis dihadapannya. Sampai Agista, salah satu teman Audrey mulai beranjak dari tempatnya. Ia berjalan menuju salah satu meja dan mengambil segelas minuman yang tersisa disana. Agista pun kembali mengayunkan kakinya kearah Audrey yang sudah bersiap menerima pemberiannya.

Audrey menerima gelas pemberian Agista dengan senyum lebar tersungging dibibirnya. Perlahan tangannya bergerak kearah Aleena, sedetik kemudian..

Byurr!

"Huuu!" sorak riuh para siswa langsung menggema. Karena lagi- lagi, Audrey menyiram tubuh Aleena dengan jus sisa. Namun kali berbeda. Audrey menyiram tubuh Aleena mulai dari kepala.

Rambut Aleena sangat basah hingga ke seragamnya. Lengket sekali rasanya. Namun Aleena hanya diam ditempatnya. Ia mulai berpikir dalam keadaan heningnya. Apa salahku pada mereka? tanya Aleena memelas dalam batinnya.

Manik Aleena perlahan memutar menatap para siswa yang menyaksikannya. Mata mereka kompak membola seakan tak percaya dengan apa yang baru saja dilihatnya. Namun keterkejutan mereka tak berdampak apapun jika mereka hanya diam seolah menonton adegan film laga. Mereka semua sama saja.

Sebuah siluet seseorang berhasil menghentikan manik Aleena. Mikael, ia dapat melihat kalau lelaki itu tengah tersenyum puas sembari menatap kearahnya. Jadi kamu! batin Aleena menerka.

Sedangkan Mikael, ia semakin menikmati pertunjukan yang dilakukan Audrey disana. Matanya berbinar seolah tengah menonton opera kesukaannya. Diamnya Aleena seakan menjadi kepuasan tersendiri bagi Mikael yang menatapnya.

Aleena perlahan melangkahkan kakinya pergi meninggalkan kerumunan disana. Hujatan kian terdengar nyaring ditelinga Aleena. Namun ia tak menggubrisnya. Ia hanya ingin pergi meninggalkan semua orang yang sangatlah tak memiliki hati seorang manusia.

"Rasain lo!" hardik Audrey seraya menyungging senyum kemenangannya. Kepalanya pun perlahan berputar mengarah pada Mikael yang tengah memberikan isyarat satu jempol kearahnya.

"Thank you babe," ucap Audrey semakin membanggakan perbuatannya. Tawa lepas pun dilakukannya.

Semua siswa disana hanya bisa melongo saat menatap tersunggingnya senyum langka dibibir idola mereka. Teriakan mereka semakin terpekik saat tangan Mikael bergerak untuk menyunggar rambutnya. Apalagi dihiasi senyum yang membuat kaum hawa semakin histeris dibuatnya. Sungguh tampan Mikael kala ada senyum yang menghiasi bibirnya.

Sedangkan Mikael, ia benar- benar tersenyum puas kala melihat reaksi Aleena yang dengan mudahnya kalah dengan aksi pembalasannya. Benar- benar lemah. Tawa jahat pun terdengar nyaring antara Mikael, dan ketiga gadis berpakaian ketat dengan bibir meronanya.

Namun penglihatan mereka memang benar- benar dibutakan oleh keadaan disana. Arah pandang mereka hanya dipuaskan oleh sebuah aksi pembalasan tanpa mengetahui apa yang akan terjadi selanjutnya.

Tatapan para siswa kini bukan lagi terfokuskan oleh pemandangan tampan dari seorang Mikael Atha Dayyan. Namun tatapan mereka tengah sibuk memandang datangnya Aleena yang membawa sesuatu ditangannya. la berjalan dari arah belakang Audrey dan kedua temannya yang masih tak menyadari kehadirannya.

Langkah Aleena kian dekat kearah ketiga kakak kelasnya. Tangannya pun sudah bersiap menumpahkan seember air cucian yang baru saja diambil dari stand bakso tak jauh dari sana.

"Awas!" teriak salah satu siswa memperingatkan Audrey dan kedua temannya. Tangannnya terangkat menunjuk kearah Aleena yang tepat dibelakang mereka.

Ketiga gadis itu pun langsung berbalik menatap kearah belakang. Dan..

Byur!

Seember air cucian piring pun sukses membasahi ketiganya. Mata Audrey seketika membola seolah mengekspresikan keterkejutannya.

Sedangkan Mikael, lelaki itu mematung ditempatnya. Maniknya menatap seolah tak percaya dengam nyali gadis yang telah mengusik hidupnya.

"Anggep aja ini balasan buat perbuatan kamu yang udah basahin tubuh aku!"

avataravatar
Next chapter