3 Kotak Makan Sialan

"Kalau kamu dateng kesini cuma buat nganter makanan, ok! Aku terima, sekarang pergi!" usir Aleena dengan lantangnya. Wajahnya kini merah padam menahan gejolak emosi pada makhluk astral dihadapannya. Mata Aleena melotot tajam menatapnya. Tangannya merampas kasar dua kotak makan yang disodorkannya.

"Oiya satu lagi, jadi orang itu jangan kepd- an! Jadi jangan suka nyebar hoax dimana mana!" hardik Aleena menatap nyalang Mikael yang juga menatapnya.

Sedangkan Mikael cengo dibuatnya. Baru kali ini ia menemukan seseorang yang berani menghardiknya. Dan bahkan seseorang yang membuatnya berbaik hati dengan mengantarkan makanan padanya.

"Nyebar hoax! Maksud lo apa?" tanya Mikael menaikkan satu oktaf suaranya. Ia benar benar geram pada bocah mini di depannya.

"Apa? Elo? Kamu panggil aku elo?" tanya Aleena kembali terpancing emosi. Kakinya dengan cepat melangkah keluar dari bangkunya. Membawanya semakin mendekat kepada Mikael yang kini juga menatapnya.

"Oh jadi bahasa yang kamu pake tadi cuma buat jaga image, doang?" lanjut Aleena sambil terus berjalan memojokkan Mikael ke dinding sudut kelasnya. Matanya menatap nyalang Mikael yang terus berjalan mundur karenanya.

Punggung Mikael sudah terhantuk dinding di kelas Aleena. Tak ada lagi yang bisa dilakukannya. Ia telah terjepit sekarang.

Namun pergerakan Aleena kian menguncinya. Langkahnya terus mengikis jarak diantara mereka. Jarak diantara mereka kian menipis. Hanya tersisa sedikit ruang untuk mereka bisa bernapas.

Kedua tangan Aleena terangkat menyentuh dinding di samping Mikael. Senyum smirk telah disungging bibir manisnya. Aleena merasa bangga, ia bisa melakukan hal yang beberapa saat lalu dilakukan Mikael padanya. Dan kini, ia membaliknya.

Sedangkan Mikael hanya terdiam dikuncian Aleena. Matanya seolah terhipnotis dengan manik milik Aleena. Ia menikmati permainannya. Menunggu apa yang akan dilakukan Aleena selanjutnya.

Kepala Aleena mendekat kearah Mikael. Mengikis kembali jarak yang telah sempit diantara mereka.

"Kamu harus dihukum," bisik Aleena tepat di telinga Mikael. Kata kata yang sama yang dilontarkan Mikael tadi ia katakan kembali padanya.

Napas Aleena dapat dirasakannya. Jantung Mikael terasa ingin melompat dari asalnya. Wajahnya mulai memanas karena perlakuan Aleena. Entah apa yang akan dilakukan Aleena padanya.

Aleena sengaja berlamat lamat dengan posisinya. Membiarkan seorang lelaki dihadapannya jatuh pada pesona Aleena. Bahkan ia dapat mendengar suara degup jantung tak beraturan Mikael dari posisinya.

Aleena ingin mempermainkannya. Senyum licik kembali tersungging di bibir Aleena. Kini bukan lagi bisikan yang jadi andalannya. Namun sebuah pergerakan yang ia yakini akan membuat Mikael bertekuk lutut dihadapannya.

Aleena berjinjit di depannya. Menyamakan tinggi badan mereka. Tangan Aleena pun telah berpindah berpegangan pada bahunya. Aleena semakin memajukan kepalanya. Bibirnya dan Mikael hanya tersisa dua centi jaraknya. Mata Aleena terus menatap bibir Mikael yang merah cerah.

Namun sedetik kemudian tawa Aleena pecah seketika. Ia tak kuat jika harus menatap ekspresi Mikael yang diluar ekspetasinya. Aleena memundurkan langkahnya kembali menjaga jarak dengannya.

"Kamu pikir aku mau ngapain?" tanya Aleena disela sela tawanya. Bahkan ia sama sekali tak berpikir jika Mikael akan sungguh menginginkannya.

"Lo pikir lucu, hah?" bentak Mikael dengan raut wajah marahnya. Ia benar benar tidak menyangka bisa dipermainkan oleh makhluk mini di depannya.

"Yee! Kenapa marah?" tanya Aleena sambil mengerucutkan bibirnya.

Sedangkan Mikael, ia sudah terlanjur kesal dengan Aleena. Ia melangkahkan kakinya keluar dari sana tanpa ada niatan menggubris ucapan Aleena. Niat untuk makan bersama pun hilang sekejap mata. Kini hanya ada rasa malu yang terasa di mukanya. Kenapa gue ngarep banget, sih? tanya Mikael pada dirinya.

"Bagus! Pergi jauh jauh sana!" teriak Aleena bersorak merdeka saat Mikael sudah tak nampak dari pandangannya. Aktivitas Aleena setidaknya bisa tenang sekarang.

Aleena mengayunkan kakinya kembali duduk dibangkunya. Ia menatap sebuah paperbag berisikan dua kotak nasi disana.

Dengan perlahan ia membukanya. Nampaklah nasi dan lauk pauk di masing masing tepaknya. Sungguh beruntung aku kali ini, puji Aleena dalam hati membanggakan dirinya.

*

"Dari mana aja lo, El?" tanya seorang lelaki menyambut kedatangan Mikael di kantin sekolah.

"Ketemu cewek bego!" jawab Mikael sekenanya. Ia masih kesal dengan gadis yang berani mempermainkannya.

"Ooh cewek yang tadi udah lo...." ujar Radit menggantung di udara. Salah satu sobat karip Mikael yang berhasil mendapat tatapan maut darinya. Mikael benar benar malu sekarang. Ia menyesal telah mencium Aleena.

"Ciee.. bos kita udah gede!" teriak Genta memanas- manasi keadaan.

"Cie cie!" sorakan ramai dari puluhan anak yang berkumpul jadi satu di sudut kantin sana. Suara mereka pun langsung menggema ke suluruh kantin sekolah. Hingga mengundang perhatian seluruh siswa yang berada disana.

Termasuk seorang gadis yang tengah menjadi bahan obrolan mereka. Gadis itu paham betul jika mereka sedang membicarakannya. Namun ia berusaha semaksimal mungkin untuk tidak menggubrisnya.

"Eh, eh Bos! Bukannya itu cewek tadi?" tanya salah seorang anggota dari kumpulan mereka. Telunjuknya mengarah pada seorang gadis yang duduk tak jauh dari tempat mereka.

Mikael mengalihkan pandangannya mengikuti arah telunjuk anak buahnya. Dan benar saja, netranya menemukan Aleena yang sedang makan sendirian dari dua kotak nasi di depannya.

Kotak makan itu? Gadis sialan! umpat Mikael dalam hatinya. Ia tak terima atas sikap semena mena makhluk mini disana. Baru beberapa menit lalu Aleena mengerjainya. Dan sekarang dengan lahapnya, ia makan dengan dua kotak nasi pemberiannya. Tidak bisa dibiarkan.

Langkah Mikael langsung membawanya bangkit dari duduknya. Kakinya mengarah pada seorang gadis yang masih lahap dengan makanannya.

Namun baru dua langkah ia beranjak dari kursinya, netranya menangkap seseorang baru saja duduk di tempat incarannya. Matanya menyipit memastikan siapa yang mendahului langkahnya.

Sedangkan di sisi lain. Aleena yang masih menikmati makanan gratisnya terkejut menyadari sebuah pergerakan disampingnya. Seorang lelaki bertubuh jangkung yang pernah ditemuinya sebelumnya.

"Hai, Aleena!" sapa lelaki itu dengan senyum merekah di bibirnya. Wajahnya tampak tak asing dimata Aleena.

"Hai," jawab Aleena sekenanya. Namun raut khawatir sangat tampak dimukanya. Pasalnya ia melupakan nama seseorang yang menjadi teman barunya.

Aleena menggigiti bibir bawahnya. Takut takut jika ia keliru menyebutkan nama.

"Kenapa muka kamu gitu?" tanya lelaki itu mengerutkan alisnya.

"Anu Kak, aku..." jawab Aleena terbata bata. Ia terlalu sungkan untuk mengatakan apa yang sebenarnya.

"Kamu kenapa?" tanya lelaki itu lagi memastikan. Rautnya kini telah berubah. Wajah yang tadinya bersahabat kini telah berubah menjadi wajah bingung.

"Aku, aku lupa nama Kakak," ujar Aleena mengakui beban pikirannya. Wajahnya tertunduk malu. Ia benar-benar takut kalau lelaki didepannya akan marah karenanya.

"Ooh itu doang? Santai aja kali," ucap lelaki itu dengan senyum kembali merekah disana. Ucapannya berhasil mendongakkan kembali kepala Aleena. Aleena menatap senyum manisnya. Beruntung ia memiliki teman baru sebaik lelaki dihadapannya.

"Inget ya, namaku Vino Dirga Alaska. Vino," ucapnya sambil menekankan nama panggilannya. Ia tak ingin jika namanya kembali dilupakan oleh gadis cantik dihadapannya.

"Ngapain lo?"

avataravatar
Next chapter