2 Hukuman

"Bangsat!" teriak laki laki itu sambil menonjok keras rahang tegas milik Vino. Vino pun langsung terjungkal ke belakang karena kakinya belum siap untuk menopang beban tubuhnya.

Aleena terkejut bukan main. Karena baru saja mendapat teman baru, namun ia harus menerima situasi seperti ini.

Aleena menatap sang pelaku dengan mata geram. Tangannya dengan cekatan melepas tas punggung untuk menghantam sang pelaku. Berani beraninya ia memukul teman barunya.

Ia adalah penjahat dimata Aleena.

"Hei kamu! Dasar pecundang!" hardik Aleena sambil memukul- mukulkan tasnya pada lelaki itu. Matanya terpejam erat. Aleena tak berani melihat apapun, ia takut. Namun ia dapat mendengar ringisan seseorang yang ia yakini adalah sang penjahat.

Sedangkan laki laki itu, jelas bukan rasa sakit yang dirasakannya. Karena tenaga Aleena bukan apa apa baginya.

Pergerakan Aleena seketika terhenti saat ia merasakan sebuah tangan mencekal pergelangannya. Cekalan itu sangat kuat hingga ia tak mampu untuk melepaskannya. Sakit kini ia rasakan disana.

1 detik. 2 detik. 3 detik. Namun mengapa lelaki itu belum juga melepasnya. Dengan terpaksa, Aleena membuka mata. Pemandangan pertama yang dilihat Aleena adalah sosok laki laki tampan yang tengah menatapnya nyalang. Ia bingung, siapa dia? Tampan sekali.

Namun lamunan akan kekaguman Aleena seketika membuyar, menyadari ada sesuatu yang membuatnya janggal.

Mati aku! Hardik Aleena dalam hati. Bodoh! Bodoh! Bodoh! Hanya itu kata yang dipikirkan Aleena saat ia memutar netra melihat sekelilingnya. Melihat tatapan para siswa yang tengah berkumpul menonton aksinya.

"Berani beraninya!" hardik lelaki dihadapannya tajam. Cekalan di pergelangan tangannya pun kian menguat. Urat wajah lelaki itu nampak. Emosinya akan meluap.

"A- Aku nggak.." jawab Aleena terbata bata. Namun belum juga menyelesaikan bicaranya, tangannya sudah ditarik menjauh dari sana yang membuat sang empu kesakitan.

Sedangkan siswa yang berkumpul disana hanya bisa memekik histeris karenanya. Untuk pertama kalinya, mereka melihat pujaan hatinya menggandeng seorang gadis di depan sana. Tatapan mereka sama. Begitu juga dengan tatapan yang diberikan Vino pada mereka.

Aleena mengikuti langkah lelaki jangkung di depannya dengan sedikit berlari. Kaki kecilnya tak mampu mengambil langkah sebesar lelaki dihadapannya. Cepat sekali jalannya, pikir Aleena saat itu.

Namun langkah lelaki itu tiba tiba terhenti yang sontak membuat hidung Aleena terhantuk punggung besar miliknya. Aleena pun hanya bisa meringis dibuatnya.

"Kalau mau berhenti bilang, dong!" bentak Aleena spontan. Ia benar benar kesal sekarang. Tadi tangannya yang sakit karena dicekal. Dan sekarang.

"Kenapa jadi aku yang dibentak?" tanya laki laki itu membalikkan badannya menatap Aleena.

"Karena kamu orang jahat!" hardik Aleena sambil terus mengusap usap hidung kebanggaannya.

"Orang jahat? Siapa? Aku? Sejak kapan?" rentetan pertanyaan itu dilontarkannya. Seolah ia tak percaya bahwa ada gadis yang berani menentangnya.

"Sejak tadi! Tepat setelah kamu pukul teman baruku! Siapa tadi namanya? Aduh aku lupa," jawab Aleena seraya memukul-mukul kepalanya. Kenapa disaat-saat seperti ini Aleena harus lupa nama teman barunya. Argh, benar-benar!

"Kalau kamu mau deketin aku, coba cari cara biar aku mau melirik mu! Bukan malah nyalahin aku atas perbuatan yang bahkan kamu lupa aku lakukan ke siapa!" hardik lelaki itu tak kalah tajam. Ia muak dengan perempuan mini di depannya ini.

"Deketin kamu? Cih, Narsis!" sentak Aleena tajam. Ia benar benar jengah dengan lelaki dihadapannya. Dengan segera, ia memutar badannya untuk kembali mencari tempat tujuannya tadi.

Namun tangannya tertarik hingga tubuhnya berbalik. Punggungnya terbentur dinding yang ada disana. Laki laki itu menatapnya. Tatapan yang teramat sulit untuk diartikan Aleena.

Wajah laki laki mendekat padanya. Sebuah senyuman tipis tersungging di bibirnya.

"Kamu harus dihukum," bisik laki laki itu sukses membuat bulu kuduk Aleena berdiri. Jarak diantara mereka kurang dari lima centi. Hukuman apa ini, Ya Tuhan? batin Aleena memejamkan matanya. Ia takut akan jatuh pada pesona lelaki dihadapannya.

Sedangkan lelaki itu, terpejamnya mata Aleena membuat ia menyalah artikannya. Hukuman yang dimaksudkannya seolah terbuang kala melihat wajah cantik Aleena. Apalagi dengan tertutupnya netra, membuat lelaki dihadapan Aleena kian mengikis jarak diantara mereka.

Napas Aleena dapat dirasakannya. Hingga..

Cup!

Mata Aleena seketika membuka saat ia merasakan benda kenyal menempel di pipinya. Matanya menatap insan pelaku pencurian kesuciannya.

Namun pipi Aleena seketika merona. Saat matanya saling bertatap dengan laki laki yang belum juga membuat jarak diantaranya.

Duk!!

Tendang Aleena keras pada tulang kering milik laki laki dihadapannya.

"Rasain tuh! Dasar mesum!" ucap Aleena sambil menjulurkan lidahnya mengejek seseorang dihadapannya. Aleena segera berlari meninggalkannya karena ia takut akan terjadi hal serupa.

Sedangkan laki laki itu mengiris kesakitan sambil terjingkat- jingkat memegangi tulang keringnya.

"Awas lo Aleena!" hardik laki laki itu tajam.

*

"Selamat pagi, kenalin namaku Aleena Adeeva Azalia. Aku murid pindahan dari Bandung. Salam kenal semuanya," ucap Aleena memperkenalkan diri di depan kelas barunya. Senyum sumringah tersungging di bibirnya.

"Baik, Aleena kamu bisa duduk di sebelah Rangga. Rangga, angkat tanganmu!" ucap Bu Indah, wali kelas Aleena menginstruksi.

Aleena berjalan kearah bangku barunya setelah Rangga mengangkat tangannya. Siulan panjang mengiringi langkahnya. Sungguh beruntung teman sekelas Aleena mempunyai seseorang yang enak dipandang sepertinya.

"Emang ya, jodoh nggak akan kemana!" ucap Rangga keras membanggakan posisinya.

"Huuuuu!!" sorak seluruh kelas sensi dengan sikapnya.

"Kalau mimpi tidur sono, Ngga!" hardik salah seorang lelaki yang duduk tak jauh dari Rangga.

"Sudah, sudah. Kita mulai pembelajarannya." ucap Bu Indah menengahi. Pembelajaran pun berlangsung dengan khidmat.

*

Kring!!

Bel istirahat baru saja berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas untuk mengisi perut mereka. Mereka tertawa sambil berjalan bersama teman teman mereka. Sangat menyenangkan.

Namun tidak halnya dengan Aleena. Ia baru di tempat ini. Ia tak mengenal siapapun disini. Bahkan letak kantin pun ia tak tahu.

"Aleena! Ke kantin, yuk!" ajak Rangga yang masih terduduk disebelahnya. Senyum pertemanan mengembang di bibirnya.

"Boleh, ayo!" jawab Aleena menyentujui. Ia memang sudah lapar dari tadi. Dan sekarang ia baru menyesal, mengapa tadi ia meninggalkan sarapannya.

Namun belum sampai ia beranjak dari tempat duduknya, suara bariton menghentikannya.

"Nggak usah kemana mana!" ucap seorang lelaki berjalan mendekat kearah mereka.

Dia! Bukankah dia laki laki cabul tadi! batin Aleena penuh emosi. Setiap ia melihatnya, Aleena akan teringat kejadian di koridor beberapa jam tadi. Menyebalkan.

"Ayo, Ngga!" ajak Aleena tak menggubris lelaki itu. Bicara dengannya pun malas.

"Tapi Aleena," ucap Rangga ragu ragu. Pasalnya melawan lelaki dihadapannya adalah petaka. Apalagi ia adalah bos besar dalam geng-nya.

"Ayo, Ngga!" ajak Aleena ngotot sambil menarik- narik tangan kekar milik Rangga. Sedangkan Rangga yang terbuai dengan sentuhan Aleena pun sengaja berlama lama untuk mengambil keputusannya.

Namun Rangga langsung kicep ketika matanya tak sengaja menatap lelaki bertubuh jangkung dihadapannya itu dengan tatapan elangnya. Rupanya Rangga harus mengalah.

"Maaf ya, aku nggak jadi ke kantin. Aku keluar dulu, bye!" ucap Rangga sambil melepaskan tangan Aleena yang sedari tadi menyeret- nyeretnya. Ia lari terbirit- birit meninggalkan dua orang asing dalam kelasnya. Sungguh ia telah menyia- nyiakan kesempatan langka.

"Makan di sini aja! Ini!" ucap laki laki jangkung itu sambil menyodorkan dua kotak nasi pada Aleena.

"Kamu tuh siapa sih? Aku nggak kenal sama kamu! Dasar LAKI-LAKI CABUL!" hardik Aleena sengaja mempertegas ucapan diakhir kalimatnya. Ia benar benar dongkol dengan laki laki itu.

"Oh, jadi kamu mau kenalan?" tanya laki laki itu sambil menyenderkan tubuhnya di meja Aleena. Tangannya terangkat menyunggar rambutnya asal.

Aleena sejenak terpaku disana. Pesona laki laki itu sulit untuk ditolaknya. Apalagi dengan paras rupawan yang membuat semakin banyak nilai plus di mata Aleena.

Namun lamunan Aleena kembali membuyar saat lelaki itu kembali melanjutkan bicaranya.

"Kenalin, Aku Mikael Atha Dayyan. Kelas XII IPA 1. Most wanted SMA Garuda. Anak tunggal pemilik sekolah. Pimpinan geng besar Antariksa. Nomor satu dengan urutan wajah tertampan, pintar dalam bidang Sains dan Mate.."

"Stop!" benar benar. Narsisme-nya mengalahkan segalanya. Aleena menarik segala pujian yang terlintas di pikirannya tadi. Ia ingin sekali mencakar cakar oknum dihadapannya. Namun pikiran itu segera ditepisnya. Karena ini adalah hari pertamanya. Dan ia tak mau merusaknya.

"Kalau kamu dateng kesini cuma buat nganter makanan, ok! Aku terima, sekarang pergi!"

avataravatar
Next chapter