1 Jamuan Menghinakan (1)

"Ayah tidak setuju," kata seorang pria paruh baya dengan nada suara yang keras saat dia mengetahui putrinya yang bernama Clareta menjalin hubungan dengan seorang laki-laki yang bekerja sebagai tukang bersih-bersih di perusahaannya.

"Apa karena Daniel berasal dari keluarga yang sederhana?" tanya Clareta sambil memandang ayahnya dengan penuh harap.

"Kamu sudah tahu kalau kelas kalian berbeda jauh, kenapa masih juga bertanya?" tukas ayah Clareta yang bernama Harris itu sambil menyipitkan matanya.

"Tapi Yah, Daniel itu laki-laki yang sopan. Beda dengan pria-pria yang suka terang-terangan menggodaku," ujar Clareta beralasan.

Harris menggelengkan kepalanya dengan tegas.

"Ayah tetap tidak setuju," katanya tajam. "Sekarang kembalilah ke tempatmu, Clareta. Jangan ganggu ayah dulu, ayah sedang banyak pekerjaan."

Clareta menyerah dan tidak ingin lagi mengusik ayahnya. Dia tahu betul tabiat ayahnya yang keras, yang sekali mengatakan tidak maka selamanya akan tetap tidak.

Selanjutnya Clareta memilih untuk berjalan-jalan di sekitar halaman rumah. Dia termasuk beruntung karena tinggal di sebuah rumah megah dengan segala macam fasilitas surga dunia dari ayahnya.

Ibarat kata dia hanya tinggal menepukkan kedua tangannya sekali, maka segala keinginannya akan terpenuhi saat itu juga.

"Hei, Dan!" Clareta melihat seorang pemuda tegap dan rupawan memasuki halaman rumah dengan menyopiri salah satu mobil perusahaan milik ayahnya.

"Selamat sore, Nona."

Clareta memandang takjub pada Daniel yang wajahnya begitu mengilap oleh keringat di bawah terik matahari yang menyengat di atas kepala mereka.

AC mobil rupanya tidak akan bertahan lama begitu dia keluar di udara luar seperti ini.

Tanpa pikir panjang, Clareta mengeluarkan selembar sapu tangan untuk mengusap wajah tampan Daniel yang berdiri tepat di hadapannya.

"Tolong jangan begini," elak Daniel sambil melangkah mundur menjauh. "Aku tahu ayah kamu nggak mungkin merestui kita."

"Kita harus berusaha," ucap Clareta meyakinkan. "Kamu hanya tinggal memberanikan diri untuk mendekatkan diri pada ayahku ..."

Daniel menghela napas.

"Tunggu beberapa tahun lagi sampai aku bisa menjadi orang sukses seperti Tuan Harris, maka saat itu aku akan datang melamarmu."

"Clareta!" terdengar suara Harris berteriak memanggil putrinya.

"Ah, kapan-kapan kita ngobrol lagi!" seru Clareta tertahan sembari menjejalkan sapu tangannya ke dalam genggaman Daniel, setelah itu dia berbalik dan berjalan pergi dengan terburu-buru.

"Iya, Ayah!" sahut Clareta lantang, betisnya berayun dengan indah saat dia berusaha secepat mungkin memenuhi panggilan Harris.

Sementara itu Daniel berdiri terpaku sambil memegang sapu tangan milik Clareta dengan tangannya.

Tidak berapa lama setelah itu Daniel tiba di rumah kontrakannya setelah mengembalikan mobil perusahaan di kediaman Harris karena memang begitulah peraturannya.

Kalau saja semua karyawan yang bekerja diizinkan membawa pulang mobil perusahaan ke rumah, pasti sudah banyak gadis yang mengejarnya.

Namun karena Daniel hanyalah seorang mahasiswa miskin yang terpaksa bekerja paruh waktu demi menjaga agar kuliahnya tetap berjalan, tidak sedikit dari mereka yang memandangnya sebelah mata.

Hanya Clareta-lah satu-satunya perempuan yang cukup menghargainya dengan apa yang dia miliki, termasuk hidup Daniel yang pas-pasan.

Di luar kemampuan ekonomi Daniel yang menengah ke bawah, sebetulnya fisik yang dia miliki sangat nyaris sempurna. Tubuhnya proporsional dengan kulitnya yang bersih serta wajah rupawan dengan sorot mata yang dingin membuat Daniel memiliki kharismanya tersendiri.

Itulah yang membuat Clareta jatuh hati kepadanya saat pertama kali mereka bertemu.

***

Sementara itu, Harris tidak tinggal diam saat melihat hubungan Clareta dan Daniel yang semakin hari semakin dekat.

Sebagai seorang pebisnis yang sukses hampir di semua bidang, Harris tentu tidak ingin kehilangan muka di hadapan semua rekan bisnisnya jika mereka tahu bahwa putri tunggalnya menjalin asmara dengan karyawan bawahan macam Daniel Adhiatma.

"Clareta?" panggil Harris ketika melihat putrinya baru saja keluar dari kamar.

"Ayah, ada apa?" tanya Clareta sambil memandang Harris.

"Akhir pekan ini ada acara jamuan makan malam bersama beberapa relasi bisnis ayah," jawab Harris lambat-lambat. "Kamu bisa ikut, kan?"

Clareta kelihatan berpikir sebentar.

"Tapi kan Yah, aku nggak kenal sama ... relasi-relasi Ayah itu ..." katanya beralasan.

Harris memandang Clareta seakan sudah bisa menduga apa jawabannya.

"Kamu bisa undang Daniel kalau mau," ujar Harris dengan nada datar.

"Benarkah?" tanya Clareta hampir tidak percaya. "Ayah serius? Aku boleh ajak Daniel untuk ikut acara jamuan itu?"

Harris menganggukkan kepalanya, berusaha keras agar tidak terlihat terpaksa di depan putri tersayangnya.

"Terima kasih, Yah!" ucap Clareta senang. "Aku akan memberi tahu Daniel kalau Ayah mengundangnya ikut jamuan makan akhir pekan ini."

"Ya, ya, terserah kamu." Harris mengangguk sambil mengangkat tangannya. "Ayah pergi dulu, ibumu sudah menunggu."

Clareta mengangguk dan dengan penuh suka cita mengantar kepergian ayahnya sampai ke pintu depan.

"Apa? Ayah kamu mengundangku menghadiri jamuan makan malam?" tanya Daniel terkejut saat Clareta memberi tahu tepat ketika dia baru saja pulang kerja.

"Iya, kamu bisa datang kan?" tanya Clareta dengan wajah penuh harap. "Ini kesempatan bagus buat kamu untuk menunjukkan kepada ayahku kalau kamu pantas mendampingiku, Dan ..."

"Tapi nggak sekarang," potong Daniel kurang antusias. "Aku belum punya apa-apa untuk bisa sederajat sama kamu, Cla."

"Setidaknya kamu maju dulu," pinta Clareta dengan nada membujuk dan alis bertaut. "biar ayahku tahu kalau kamu serius sama aku."

Daniel termenung sebentar.

"Kamu ... benar-benar serius sama aku kan, Dan?" tanya Clareta sambil mendongak dan memandang wajah Daniel yang tampan itu lekat-lekat.

"Tentu saja," angguk Daniel tanpa ragu. "Aku benar-benar berharap di masa depan nanti aku bisa menikah sama kamu."

Clareta menarik napas.

"Kalau begitu buktikan," pintanya. "kalau kamu memang serius sama aku."

Daniel tidak kuasa untuk tidak menerimanya. Meskipun dia belum siap secara mental, dia akhirnya menyanggupi permintaan Clareta untuk hadir di jamuan itu.

Seminggu rasanya berlalu dengan begitu cepat bagi Clareta, dia seakan sudah tidak sabar untuk menunjukkan kepada Harris tentang kesungguhan Daniel.

Sabtu malam itu para tamu penting yang Harris undang satu per satu mulai tiba dan memenuhi ruangan khusus yang sudah disiapkan untuk acara jamuan makan.

Clareta yang saat itu tampil anggun mengenakan gaun terusan dengan belahan hingga di atas lututnya menyambut gembira kedatangan Daniel saat pemuda itu muncul di hadapannya.

Selama acara perjamuan, Harris menemani para relasinya menikmati hidangan sambil sesekali matanya melirik ke arah Clareta yang sedang bersama Daniel dengan satu gelas minuman tergenggam di tangan keduanya.

Saat acara puncak, tanpa diduga Harris memanggil Daniel dan memintanya berdiri di hadapan seluruh tamu kehormatannya.

"Daniel Adhiatma, apa yang kamu punya untuk berhubungan dengan putriku?" tanya Harris tajam.

Daniel terpaku sejenak sambil memandang Clareta yang mengangguk menyemangatinya.

"Saya ... memiliki cinta dan kesetiaan, Tuan." Daniel menjawab jujur, dia pikir atasannya ini akan senang dengan ucapannya barusan.

Namun, justru suara gelak tawalah yang dia dapatkan.

Bersambung -

avataravatar
Next chapter