1 Prolog

Alasan mengapa lelaki itu pindah

Di bawah langit yang menampilkan warna kelabu serta matahari yang tak menunjukan keberadaanya karena terselimuti awan berwarna hitam pertanda sebentar lagi hujan besar akan datang. Pagi itu terlihat Seorang lelaki sedang termenung diatas tumpukan tubuh murid-murid. Dia tampak terdiam dan duduk diatas murid-murid yang tak sadarkan diri. Mereka yang melihat kejadian itu, berlari ketakutan untuk menyelamatkan dirinya masing-masing.

Laki-laki itu termenung, matanya yang kosong menghadap langit yang terlihat sangat sedih. Namun, dia hanya menatapnya tanpa satu pun ekspresi.

Beberapa waktu kemudian para Guru dan satpam sekolah mendatanginya. Dia pun dibawa menghadap ruang kantor untuk dimintai pertanggungjawaban. Ash adalah nama lelaki itu. Dia adalah laki-laki dengan perawakan badan kurus dengan tubuh yang tinggi, namun wajahnya yang nyaris tanpa ekspresi membuat dia mendapatkan kesan berbahaya sehingga dia dijauhi oleh lingkungan pertemanan.

Di hadapannya duduk seorang wanita, wanita itu terlihat menahan amarahnya, sambil mengempalkan tangannya dia menegadahkan kepala ke langit, dia terlihat bingung dengan tingkah adiknya yang selalu mengacau.

Perbuataanmu hari ini benar-benar keterlaluan, Ash! Kamu bisa saja masuk penjara gara-gara hal ini.

Aku tidak ada niat melukai mereka, aku hanya bermain dan kejadian malang datang. Mungkin memang dasarnya mereka orang lemah. Bantah lelaki itu dengan menunjukan wajah antipati.

Apa katamu? Seharusnya kamu menyesal atas perbuatanmu, bukan malah menyalahkan temanmu. Kau tahu sudah berapa kali kau terjerat kasus yang sama dan beruntung bisa lepas tanpa ada hukuman pidana.

bisa kita akhiri pembicaraan ini. aku sudah muak dengan pembicaraan yang selalu sama. Cepat panggilkan guru, aku ingin urusan ini cepat selesai.

Beberapa menit kemudian, para guru pun datang untuk mengadili Ash atas perbuatannya, namun murid, bernama ash mengatakan dengan tegas pembelaan yang dilakukannya atas tindakannya. Dia menampilkan raut wajah datar tanpa ada sedikitpun terlintas penyesalan. Hingga akhirnya semua guru tidak dapat memberikan keputusan yang bulat, Ash hanya berakhir dengan skors selama beberapa hari. Ash hanya tersenyum mendengar keputusan sepihak dari pihak sekolah.

kenapa kau terlihat senang padahal kau di skors. Apa jiwa mu sakit? Sahut kakaknya dengan wajah bingung.

Beruntungnya aku tidak diharuskan minum racun seperti Socrates.

kau pikir dirimu pahlawan. Padahal kau yang melakukan perbuatan jahat pada mereka.

Hei kak, Apa itu arti kejahatan? Selain kebaikan yang tidak diapresiasi. Jelas-jelas Aku memberi mereka pelajaran yang berharga.

wanita dewasa itu pun langsung memukul kepala Ash mendengar respon yang diberikan ash padanya.

berhenti bicara sok filosofis. tidak bisakah kau serius sedikit? Apa kau tidak tahu posisimu sekarang? Kalau kau seperti ini terus, masa depanmu akan hancur. Kau akan berakhir menjadi sampah masyarkat.

Ash hanya melihat kakaknya dengan tersenyum setidak hanya itu yang bisa dia lakukan. Tidak ada satupun perkataan kakaknya yang salah.

Bagiku tidak masalah menjadi sampah masyarakat. Setidaknya itu memberikan kebebasan bagiku.

Melihat Ash yang tidak menanggapi dengan serius. ekspresi senyum yang ngeri muncul dari wajah kakaknya. Ash yang melihat itu, dia merasakan hal buruk akan terjadi padanya.

Kau tampaknya sudah melenceng terlalu jauh. Kompas moral mu sudah rusak. Kau harus dibina. Kalau begitu mulai besok kau akan dipindahkan ke sekolahku.

Maaf sebelumnya tapi aku tidak dikeluarkan dari sekolah. jadi kau tidak bisa ya.

Maaf juga sebelumnya, keputusanku sudah bulat. mengurus surat pindah untuk orang seperti mu tidaklah susah.

Tunggu! Apa kau mau membunuhku. Sekolah di tengah hutan itu. aku tidak mau.

Ash, terlihat berbeda dengan ekspresi sebelumnya, mendengar dia akan bersekolah di sekolah yang dibina kakaknya membuat dia tertekan dan keringatnya mulai bercucuran. Dia tahu bahwa kakaknya tidak pernah menarik kata-katanya. Dan ini merupakan awal dari mimpi buruknya.

Sayangnya, kau tidak punya pilihan. Kau harus bersekolah ditempatku, bagaimanapun juga.

Tunggu, bisakah kakak pikirkan dulu matang-matang. kau seharusnya memiliki sebuah kebijaksanaan.

Tampaknya kamu sedikit salah menyangka. Membersihkan sampah masyarakat adalah sesuatu yang melayani hal yang bijaksana, tidakkah kau paham sekarang, adikku tersayang?

dunia terasa sempit sekarang. Mata ash terlihat buram. Dan dia terlihat kesulitan bernafas.

Kumohon jangan pindahkan aku!

Ash terlihat memohon dengan sangat sambil menyentuh dadanya.

Dih kamu sangat menyedihkan, sampai-sampai bertingkah seperti orang sakit. Kamu memang harus di rehabilitasi dari masyarakat. Sikap mu benar-benar mencemari orang lain.

Ash masih menunjukan sikap tidak menyerah, dia bersujud sambil memgang kaki kakaknya.

Berbeda dengan ash, yang dianggap sebagai perwujudan dari kebobrokan dalam masyarakat. Kakaknya tampil sangat cantik dan elegan.

Meskipun dia berpenampilan cantik dan elegan. Dia juga membawa aura kehadiran yang pembawaannya terkesan mutlak sehingga sosok kakaknya ini sering dianggap sebagai eksistensi diluar dunia. Sikapnya yang konservatif dan terkonsentrasi pada hal etis.

Tatapannya terlihat berubah, aura terror yang terlihat sebelumnya menjadi terlihat lebih lembut.

Bukankah kamu pernah mengatakan tidak betah disekolah ini

Mendengar pernyataan kakaknya, Ash pun menjawab dengan membusungkan dadanya.

Ya, aku memang tidak betah. tapi daripada sekolah di hutan, lebih baik aku disini saja. Setidaknya aku bisa hidup lebih santai. Dan juga aku mulai terbiasa dengan para manusia disini.

Kau tahu sudah lebih dari sepuluh kali aku dipanggil disini. Kau seharusnya mulai serius dalam menjalani kehidupan atau kau akan jatuh menjadi orang seperti itu.

Kakaknya menunjuk diseberang jendela, seorang yang sedang mencari sampah.

Tidak masalah, bagiku setiap orang memiliki peran masing-masing. ya apabila tuhan mengaturku untuk menjadi seperti itu, tentu saja aku akan berlapang dada.

Kakaknya pun menjadi naik pitam ketika Ash mengatakan hal tersebut. Kemarahan yang belum pernah dilihat Ash.

wajahnya memerah, tiba-tiba situasi menjadi sangat dingin.

Aku tidak peduli, Ash. Kau bukan dipihak yang menentukan. Karena kau belum dewasa maka kau tidak punya hak untuk menolak. Kemasi barang-barangmu. Kau akan aku daftarkan disekolah tempat ku bekerja.

Tidak bisakah aku mendapat kesempatan terakhir disini. Kumohon?

Ash mencoba merayu dengan menampilkan wajah menyesalnya sebagai langkah terakhirnya.

Ini adalah kesempatan terakhirmu, kalau kau masih berulah disekolah yang baru, aku tidak akan pernah membantu mu lagi.

Mendengar pernyataan kakaknya yang sepihak Ash hanya bisa pasrah. pada akhirnya daun yang jatuh tidak pernah bisa melawan arus sungai.

avataravatar
Next chapter