8 8. Menjadi Batu Karang

Darren melangkahkan kakinya memasuki vila pribadi milik Alaric. Waktu sudah menunjukkan pukul 14.00 yang artinya dia tidak terlambat. Mereka sudah berjanji akan berenang bersama di siang hari,lalu menikmati sunset di sore hari dan akan bermain kembang api saat malam hari. Semua hal kekanakan itu tentu saja keinginan Rosea.

Selera Darren bukan hal-hal seperti itu melainkan melakukan hal romantis seperti dinner romantis dibibir pantai dengan lilin dan cahaya bulan serta kelopak mawar bertebaran.

Sedangkan Alaric si otak selangkangan tentu saja seleranya tak jauh-jauh dari bercinta,mandi bersama,dan morning sex. Kemarin mereka sempat berdebat kegiatan yang harus mereka lakukan,tetapi yang paling mungkin dilakukan saat ini adalah semua kegiatan yang Rosea sebutkan.

"My Rose, i miss u!"teriak Darren saat memasuki ruangan dan menemukan Rosea tengah menggoreng telur mata sapi untuknya.

Dia langsung menarik Rosea ke dalam dekapannya dan memeluk erat gadis itu,mencium aroma mawar dari dalam tubuhnya. Aroma tubub Rosea tidak pernah berubah sedikitpun sejak dahulu.

"Kita berpisah hanya setengah hari dan kau sudah merindukanku?"kesal Rosea sambil memukul punggung Darren agar melepaskan pelukannya yang terlalu kencang hingga membuatnya sesak nafas.

Mata Darren teralih pada telur mata sapi buatan Rosea. Itu terlihat sangat lezat. Darren segera melepaskan jasnya dan melempar ke meja makan.

"Untukku kan?"tanya Darren yang sudah siap dengan sepiring nasi di tangannya,entah kapan pria itu mengambil piring dan nasi tersebut.

"Iya,kau tidak sempat sarapan tadi jadi ku pikir kau harus makan ini."Rosea meletakkan telur yang sudah matang tersebut di atas piring Darren.

Ekor mata milik Rosea menemukan Alaric yang sudah siap dengan boxer kesayangannya. Menyadari hal tersebut,Rosea langsung mendapatkan sebuah ide jahil pada otaknya. Dia menghampiri Alaric dengan langkah cepat dan meremas milik Alaric yang sedang tertidur.

"My Rose!"kesal Alaric lalu mengekor di belakang Rosea berniat meminta pertanggung jawaban.

"Kau harus bertanggung jawab,My Rose!"Alaric merengek di depan Rosea seperti seorang bayi. Astaga,Rosea tidak menyangka pria itu memiliki julukan Pshyco Cashel Air. Cashel Air adalah nama perusahaan penerbangan milik Alaric yang sudah berdiri puluhan tahun lamanya dari mulai kakek Alaric.

Mereka keluarga konglomerat,tak heran jika Alaric menduduki peringkat ke 25 sebagai orang yang memiliki kekayaan terbesar di dunia. Meskipun begitu,Alaric tidak terlalu suka menghamburkan uangnya cuma-cuma. Dia bukan tipe orang yang membeli sesuatu karena sedang trend,pria itu selalu membeli sesuatu hal yang ia butuhkan.

***

Tak terasa matahari sudah bersiap untuk tenggelam,tergantikan sang bulan yang mulai merangkak naik. Deru ombak memecah bibir pantai menjadi buih-buih putih. Rosea menikmati pemandangan tersebut. Matanya menatap puas ke alam bebas tanpa berniat untuk terpejam. Andaikan dia meninggal,Rosea berharap tuhan meletakkannya menjadi batu karang di dala lautan.

Alarid dan Darren berada di samping gadis itu. Keduanya tidak berminat melihat biru dan orange membaur menjadi satu. Baginya,wajah Rosea sudah mewakili keindahan alam semesta. Menurut keduanya,memiliki Rosea sama saja seluruh dunia tergenggam pada kedua tangannya. Tak akan ada rasa takut dan keraguan kembali dalam hati.

"Kau menyukainya,My Rose?"tanya Alaric. Pria itu cenderung lebih banyak berbicara daripada Darren.

Rosea mengangguk,bibirnya melengkung indah dengan garis senyum pada wajah cantik itu.

"Apa kau memiliki sebuah mimpi,My Rose?"tanya Darren. Selama mengenal Rosea,dia jarang mendengar gadis itu menginginkan sesuatu. Rasanya gadis itu tidak memiliki tujuan hidup,dia seperti hanya mengikuti arus yang berjalan mengiringinya.

"Aku ingin menjadi batu karang dalam lautan,"jawab Rosea membuat Darren dan Alaric tak paham.

"Aku harap saat aku tiada,kalian tidak mengingatku sebagai bunga mawar tetapi sebagai batu karang dalam lautan."ujarnya. Tersirat sebuah nada tulus pada perkataannya,seakan-akan jika tuhan membiarkannya terlahir kembali gadis itu ingin menjadi sebuah batu karang.

"Kenapa harus batu karang?"tanya Alaric.

"Dia sangat indah dibalik keindahan yang lainnya,"jawab Rosea. Mata gadis itu masih fokus terhadap laut lepas dan bulatan orange yang disebut matahari.

"Keindahan lain yang kau maksud,apa itu lautan My Rose?"tanya Darren. Dilihatnya Rosea mengangguk sebagai jawaban atas pertanyaan Darren.

"Kalau begitu,aku akan menjadi ikan nemo dan menemukanmu ditengah lautan lepas. Dengan begitu,kita tak akan bisa terpisahkan kembali,"ujar Alaric. Dia menyelipkan jermarinya disela jari tangan lembut Rosea.

"Lalu aku akan menjadi lautan itu untuk menyembunyikan kalian,"timpal Darren sambil merangkul pundak sempit milik gadis di sebelahnya.

***

"Bagaimana bisa rumor seperti ini tersebar dengan cepat?!"bentak seorang CEO dari perusahaan penerbangan Cashel Air tersebut.

Sepulangnya dari Bali,dirinya langsung dihadapkan sebuah berita tidak sedap dari awak media. Rumor yang menyebutkan bahwa seorang pilot dari perusahaan penerbangannya adalah seorang teroris itu berhasil membuat saham perusahaannya turun cukup drastis.

"Itu fakta Sir,kemarin polisi telah menangkapnya saat anda sedang berada di Bali."salah seorang pegawainya memberi tahu Alaric dengan tubuh gemetar. Salah kata satu saja dia bisa dipecat dari pekerjaannya.

"Lalu kalian membiarkan begitu saja artikel seperti ini berhamburan di luar sana?!"teriaknya lagi. Pria itu memijit pelipisnya yang berdenyut karena mendapat berita dadakan ini. Selama di Bali dia tidak menyalakan handphone miliknya karena tak ingin diganggu oleh pekerjaan,tetapi tanpa sepengetahuannya perusahaan miliknya tengah menghadapi hal buruk.

"Saya tidak mau tau,tidak ada yang boleh pulang hingga semua artikel itu menghilang. Mengerti?!"ancam Alaric. Dia berbalik hendak menuju ruangannya yang terletak pada lantai paling atas gedung ini. Tetapi langkahnya terhenti kala sebuah berita televisi di sana menyiarkan sesuatu yang berhasil membuatnya membeku.

'sebuah berita duka dari dunia penerbangan kembali terdengar,pesawat Airlain 356 hilang kontak sejak satu jam yang lalu. Menurut informasi,pesawat tersebut terakhir berada di Kepulauan Dewata Bali sebelum akhirnya hilang kontak.'

Lutut Alaric lemas seketika. Dia jatuh terduduk di atas lantai depan para karyawannya yang terlihat bingung. Nafas pria itu naik turun dengan cepat,air matanya mengalir tanpa dapat ia tahan kembali. Di sisa kesadarannya,Alaric berdiri menghubungi seseorang yang sekiranya dapat membantu.

"Katakan padaku bahwa itu berita hoax!"tuntut Alaric dengan suara berat. Dia terlihat sekali sedang menahan tangis dan amarah yang bercampur menjadi satu

"Airlain 356 sudah ditemukan,pesawat tersebut hancur berkeping-keping Al,"kata rekan Alaric.

"Apa ada kemungkinan yang selamat?"Alaric terlihat sangat berharap.

"Kau tau sendiri Al,mustahil ada yang selamat dalam kondisi seperti ini."mendengar hal tersebut membuat Alaric frustasi. Dia mengacak rambutnya dan berteriak histeris membuat para karyawan disana terkejut. Pria itu mencoba menghubungi Rosea berharap gadis itu mengangkat ponselnya. Tetapi nihil,ponsel berwarna merah muda milik Rosea mati.

Alaric menyesali satu hal,dia tidak mengantar Rosea ke bandara pagi tadi. Bahkan dia juga tidak menelfon gadis itu karena takut tidak bisa melepaskan Rosea untuk pergi ke Australia. Dia mengingat betul Rosea menggunakan pesawat tersebut,bahkan Alaric yang memesankan tiketnya. Saat itu sebenarnya Alaric hendak memilihkan penerbangan miliknya saja,tetapi Rosea menolak karena tidak ingin di spesialkan.

Pernah suatu ketika Rosea ke luar negeri untuk seminar dan mengenakan Cashel Air,di sana dia diperlakukan dengan spesial hingga merasa tidak nyaman. Semenjak itu Rosea tidak mau lagi menggunakan Cashel Air milik Alaric.

"Alaric?"panggil seorang pria yang tak lain adalah Darren. Dia juga sudah mendengar berita tersebut. Sesaat setelah berita itu sampai ke telinganya,Darren langsung menuju ke tempat Alaric untuk memastikan. Bagaimanapun juga,hanya Alaric yang bisa dipercaya dalam dunia penerbangan ini dibandingkan rekannya yang lain. Darren juga sudah mencoba menghubungi Rosea berkali-kali dan hasilnya nihil.

Melihat Alaric yang menggelengkan kepalanya,Darren ikut luruh di atas lantai. Dia sangat lemas dan mengingat percakapannya dengan Rosea sewaktu di Bali. Katanya gadis itu ingin menjadi batu karang.

"Apa harus sekarang,My Rose?"gumamnya disela isak tangis pria itu.

avataravatar
Next chapter