2 2.Kebebasan

"Claire, katakan kepadaku seperti apa kebebasan yang sesungguhnya?" tanya Alaric kepada sekretarisnya. Setelah dari rumah Rosea untuk memastikan gadis itu masih berada di sini,Alaric langsung pergi menuju kantor karena ada meeting dadakan yang sangat penting.

Sekarang dirinya tengah bersantai di ruang kerja bernuansa hitam yang terlihat maskulin. Di depannya sudah ada Claire,sekretarisnya yang sudah bekerja bersama keluarga Alaric selama hampir 10 tahun. Alaric mempertahankan Claire karena dia satu-satunya seorang gadis yang tidak pernah menggoda Alaric. Selain itu Claire sangat profesional,dia juga menutup mulut dengan baik perihal bosnya yang suka bermain dengan banyak perempuan diluar sana.

"Kebebasan itu saat seseorang bisa melakukan apapun tanpa sebuah larangan Sir," jawab Claire dengan sopan.

"Berarti yang tinggal kulakukan adalah membiarkannya berbuat apapun?" tanya Alaric lagi. Dilihatnya Claire mengangguk dengan sopan.

"Baiklah terima kasih Claire,aku akan mengirimkan gaji tambahan karena telah mau berdiskusi denganku," ujar Alaric sambil mengetikkan nomor rekening milik sekretarisnya dan mengirimkan uang sebesar 10 juta rupiah.

Claire berterima kasih kepada atasannya dan berniat keluar dari ruangan tersebut tanpa suara. Alaric sangat membenci suara heels yang menggema di ruangan,itulah mengapa Claire harus berjalan dengan tenang tanpa sedikitpun suara.

"Claire?" panggil Alaric membuat gadis berusia 24 tahun itu menoleh.

"Iya Sir?"

"Jangan sungkan meminta lebih saat uang yang kukirimkan kurang, okey?" tanya Alaric.

"Baik Sir,terima kasih banyak." jawab Claire sebelum akhirnya lenyap dibalik pintu berwarna hitam dengan ukuran super besar tersebut.

***

"Kita hanya harus memberinya kebebasan lalu Rosea tidak akan pergi ke Australia." ujar Alaric kepada Darren yang tengah duduk di kursi kebesarannya.

Setelah berdiskusi dengan Claire,Alaric langsung pergi menemui Darren yeng kebetulan tengah memiliki waktu luang di sela jadwal sibuknya. Dia tancap gas menggunakan mobil sport keluaran terbarunya menuju perusahaan Darren yang berjarak hanya sekitar 1 kilometer dari tempatnya.

"Kebebasan? Bagaimana jika dia mabuk tanpa kita dan bercumbu dengan laki-laki lain?" ketus Darren sambil membayangkan hal menjijikan tersebut. Hatinya terbakar bahkan saat dia baru saja membayangkan,bagaimana jika itu benar-benar terjadi? Bisa-bisa Darren membunuh pria yang mencumbu Rosea.

"Benar juga,aku tidak rela jika keperawannya diambil orang lain!"balas Alaric dengan kesal.

"Lalu apa yang harus kita lakukan agar Rose tidak pergi ke sana?" tanya Alaric lagi. Dia benar-benar sudah buntu dan tidak memiliki ide untuk mencegah kepergian Rosea.

"Dia benar-benar sangat suka belajar,sangat sulit menyuruhnya berhenti." gumam Darren.

"Apa aku harus menghamilinya agar dia tidak jadi kuliah lagi?" Alaric mengusulkan ide miliknya.

Darren segera menjitak kepala Alaric lalu menggeram marah. Enak saja Alaric yang menghamili Rosea,seharusnya benih Darren yang tertanam di rahim Rosea agar gadis itu memiliki keturunan sebijak dirinya.

"Kau ingin ku bunuh,Alaric Chasel?" suara seorang gadis yang sedang keduanya bicarakan terdengar. Baik Alaric maupun Darren segera menoleh ke arah pintu masuk dan melihat Rosea yang mengenakan dress casual sambil menenteng sebuah totebag yang diduga adalah makan siang.

Alaric nyengir menunjukkan deretan gigi rapinya dan menelan ludahnya kasar takut jika Rosea benar-benar marah kepadanya.

"Aku marah kepadamu,camkan itu!" ketus Rosea lalu duduk di sebelah Darren dan membuka kotak makannya.

Dia membawa makan siang untuk Darren dan Alaric juga. Ini sudah seperti rutinitasnya di sela waktu senggang yang dimiliki. Rosea hanya bekerja sebagai penulis naskah film yang cukup terkenal itulah mengapa Rosea memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan kedua sahabatnya. Sebenarnya Rosea bisa saja bekerja sebagai dokter atau bahkan pengusaha mengingat otaknya yang cerdas,tetapi dia tidak mengukai hal itu. Rosea lebih senang dengan menulis seperti novel,naskah film,dan lainnya lagi.

Rosea setidaknya telah memiliki novel best seller sebanyak 4 buah dengan genre yang berbeda-beda. Mulai dari horor sampai dewasa.

"Bukankah kalian harusnya bahagia saat aku pergi?" tanya Rosea.

Darren dan Alaric sama-sama mengatakan tidak. Keduanya kompak memarahi Rosea yang seakan-akan tidak menghargai persahabatnnya.

"Kita bersama-sama sudah hampir 20 tahun,apa kalian tidak bosan melihatku?" tanya Rosea lagi.

Alaric melotot,dia mencebikkan bibirnya. "Aku tidak pernah bosan sedetikpun melihatmu setiap hari,mulai dari kau yang masih tepos sampai kau yang sekarang sudah menggairahkan!" Alaric mengamati tubuh Rosea dari atas hingga bawah. Astaga tubuh itu terlihat lebih lezat daripada makanan yang di depannya.

"Tutup matamu sebelum ku cabik-cabik!" kesal Rosea.

"Kau bisa melanjutkan S2 di sini," kata Darren yang masih fokus terhadap makanannya. Dia selalu menyukai masakan Rosea yang tak selalu lezat. Terkadang gadis itu memasak terlalu asin,manis,ataupun hambar. Meskipun begitu,Darren tidak pernah protes dan selalu menyukainya.

Rosea menggeleng, "tidak mau, di Indonesia kurang menantang."

"Tidak bisakah kau tetap di sini? Aku akan memberikan kebebasan yang kau minta itu!" mohon Darren dengan wajah sok imutnya.

Telapak tangan Rosea mendarat mulus pada wajah tampan Darren, "jangan pasang ekspresi seperti itu,menjijikan!" Rosea bergidik ngeri mengingat wajah Darren yang menurutnya sangat cringe.

"Baiklah aku rela memberikanmu kebebasan asal kau tetap di sini," Alaric menimpali ucapan Darren setelah berpikir sejenak.

Ini setidaknya lebih baik daripada membiarkan Rosea ke Australia. Pasalnya Alaric dan Darren tidak bisa mengawasi Rosea secara langsung jika gadis itu jauh di sana.

"Apa kalian ayahku? Ayahku bahkan tidak pernah melarangku melakukan sesuatu. Kalian berbicara tentang kebebasan tetapi kalian tidak membebaskanku pergi ke Australia," protes Rosea dengan nada sedikit marah.

"Kami hanya ingin menjagamu My Rose," ujar Dareen dan Alaric bersamaan.

Rosea merasa sangat beruntung memiliki keduanya diluar sifat posesif Darren dan Alaric. Bahkan Rosea tidak pernah berkencan selama hidupnya karena Darren dan Alaric. Setiap ada laki-laki yang mendekat,entah Darren ataupun Alaric akan membuat laki-laki itu merasa sangat cemburu dan berakhir menyuruh Rosea untuk meninggalkan Alaric dan Darren. Tetapi Rosea tidak bisa,dia tidak akan mampu hidup tanpa keduanya. Meskipun terkadang merepotkan tetapi Rosea tidak bisa jika harus sendiri tanpa Alaric maupun Darren.

***

"Kau tidak mencintainya Alaric," ujar seorang perempuan yang sedang duduk di atas pangkuan Alaric.

Perempuan dengan nama Bella itu memajukan payudaranya yang tertutup sebagian dress ketat berwarna navy. Dia adalah jalang milik Alaric yang kesekian.

"Siapa yang kau maksud?" tanya Alaric.

"Rosea,aku mengetahui hubunganmu dengan Rosea." jawab Bella dengan percaya diri.

Mendengar nama Rosea disebut,Alaric mendorong Bella hingga jatuh di lantai dan menariknya kasar lalu memojokkannnya di dinding. Tangannya mencekik Bella hingga membuat perempuan itu hampir mati. Melihat Bella yang sekarat,Alaric melepaskannya. Jari telunjuk Alaric berada pada dagu Bella dan membuat perempuan itu mendongak menatapnya dengan ketakutan.

"Jangan pernah menyebut My Rose menggunakan bibir murahanmu itu," Alaric memperingatkan Bella dengan cukup kasar.

***

"Jangan pernah menyebut My Rose menggunakan bibir itu!" bentak seseorang bermarga Gale itu. Darren merasa murka saat ada seorang rekan bisnisnya yang mengancam pria itu menggunakan Rosea.

"Jika kau berani menyentuh My Rose ,kau yang akan mati di tanganku." aura dingin mengitari tubuh Darren. Nafasnya tak beraturan menatap pria yang lebih tua darinya tengah duduk di sofa tak jauh dari dirinya.

Hanya perihal Darren menuntut pria tua itu karena pelecehan sexual terhadap salah satu modelnya,Pria tua dengan nama Bara itu mengancam Darren akan menyakiti Rosea. Tentu saja Darren murka seketika.

avataravatar
Next chapter