16 CHAPTER 16

BERUBAH

  Ini kali pertama Stiv berangkat sekolah bareng Shandy. Well memang benar sih mereka sudah baikan tapi ia bersikap se tenang mungkin dan membiasakan semuanya bersama abangnya.

"Vit lo kerumah gue sekarang!" tukas Shandy di telfon

"Ngapain ?" tanya Vito

"Udah cepetan, ajakin anak-anak sekalian" ujar Shandy langsung memutuskan sambungan telefon itu sepihak

"Heh, lo mau kemana?" tanya Shandy ketika melihat Stiv menyalakan mobil sportnya

"Sekolah lah,emang mau kemana lagi" jawab Stiv

"Hari ini lo bareng gue" ujar Shandy

"Oh, yaudah berangkat sekarang nunggu apa lagi?" sahut Stiv menutup pintu mobilnya lagi

"Nunggu temen-temen gue,baru kita berangkat" sahut Shandy.

Tidak lama kemudian datang mobil sport dan motor sport memasuki halamanya

"Hey bos!" sapa Vito lompat dari mobil dan menghampiri Shandy

"Lama banget lo, kemana aja?" sahut Shandy

"Lhah ni anak ngapain disini?" tanya Lutfi melirik Stiv yang berdiri di sebelah Shandy

"Mulai sekarang dia gabung sama kita" tukas Shandy

"Hah?" respon Lutfi kaget

"Kenapa, nggak setuju? Yaudah mendingan lo aja yang keluar!" tukas Shandy lagi

"Eits-eits santai dong bos orang gue cuma nanya juga!" selak Lutfi cepat

"Emang lo udah baikan sama ni bocah?" tanya Vito heran

  Varel turun dari mobil sportnya, ia langsung merangkul Vito dan Lutfi dari belakag dan membisikkan sesuatu di telinga mereka.

"Ngapain sih kalian?" sahut Shandy

" Oooo….." ujar Lutfi dan Vito bersamaan dan memanggut-manggutkan dagunya setelah Varel memberitahu seseuatu

"Ini kapan berangkatnya?" tanya Stiv angkat bicara

"Yaudah kita cabut sekarang, lo ikut mobil gue aja" sahut Shandy menyalakan lamborgini birunya

      Singkat waktu mereka pun sampai di sekolah.

"Eh dari tadi gue nggak lihat si Diaz, kemana dia?" tanya Shandy

"Sorry banget, gue lupa ngasih tahu ke kalian. Si Diaz pulang ke Kalimantan, katanya ada urusan keluarga yang mengharuskan dia menetap disana" ujar Vito

"Berarti dia pindah sekolah juga dong?" tanya Lutfi

"Sayang banget, kita nggak ngucapin salam perpisahaan ke dia" sahut Varel

"Padahal baru banget dia gabung sama kita, sekarang malah udah ngilang aja" tambah Shandy

"Diaz , yang mana sih?" tanya Stiv penasaran

"Lo nggak kenal Diaz, waaah parah ni bocah!" sahut Lutfi

"Stop lo panggil dia bocah!" sahut Shandy menatap Lutfi dengan mata singanya

"Nih, ini yang namanya Diaz" tukas Varel memperlihatkan foto Diaz di hpnya

" Oouhhh…" respon Stiv singkat

"Ayo cabut ke kelas!" sahut Shandy berjalan lebih dulu dan diikuti teman-temanya di belakangnya.

Dengan baju yang sedikit di keluarkan dengan tas di selempangkan sebelah. Shandy berada di posisi big leader nya ,di ikuti Varel, Vito,Lutfi dan juga Steaven dengan tas di selempangkan sebelah, tangan kanan sama-sama di sembunyikan  di saku celana. Berjalan beriringan tepat di belakang Shandy. Banyak sekali sorot mata yang memperhatikan mereka, memandang takjub ke lima cowok tampan ini, mungkin di antara mereka ada yang terkejut melihat Stiv yang tiba-tiba gabung di geng nya Shandy. Bukannya mereka musuhan?

     Sesampainya di pertigaan koridor ruang TU,mereka berpisah di situ, Shandy, Varel, Vito dan Lutfi masih berjalan lurus sedangkan Stiv harus belok kanan menuju kelasnya.

"Eh lo kok bisa sama mereka sih?" sahut Faizah yang sudah bertengger di depan kelas

"Iya nih kok bisa?" sahut Niha iku-ikutan

"Ya bisalah, Shandy kana bang gue!" ujar Stiv cepat, kemudian berlalu masuk dalam kelas sebelum Faizah dkk mengintrogasinya lagi.

"Semenjak Stiv sering gabung sama gengnya Shandy, teman-teman sekelasnya jarang sekali yang sok akrab sama Stiv. Bahkan Syila ,Via ,Zira ataupun yang lainya yang dulunya bisa di bilang cukup deket dengannya. Perlahan semuanya jadi renggang bahkan sama sekali tidak ada celah ataupun ikatan sekarang. Itu semua di karenakan Stiv selalu bersama gengnya Shandy bahkan Stiv juga pernah terlibat dalam tawuran antarsekolah bersama kawanan Shandy and the geng membela SMA TUNAS BANGSA yang tiba-tiba di serang dengan munculnya batu-batu,kayu dan benda-benda yang di lemparkankan di setiap sudut sekolah menembus jendela-jendela dan memecahkannya oleh SMA GANESHA. Diduga itu semua karena SMA GANESHA tidak menerima kekalahan dalam lomba basket 2 minggu yang lalu. Bahkan saat itu Stiv lebih terlihat keras, memukul,menyerang dengan sangat membabi buta dari pada Shandy. Di sulah sifat lain dari Stiv muncul, yang mengakibakan para ciwi-ciwi sekarang hanya berani sebatas mengagumi dari jauh tidak lagi TP TP degan Stiv. Selain jago dalam dunia music, Stiv juga jago bela diri dan juga basket, bilyard juga vollly dia juga bisa. Bahkan sekarang ia menjadi wakil dari Shandy, Shandy kapten basket dan Stiv wakilnya.

     Namun Via, Livia Hasintha Loffa master fisika itu masih menyimpan rasa pada Stiv, dalam hati ia selalu menggerutu kenapa sih cepet banget Stiv berubah nggak sehumoris dulu? Jarang banget bisa bicara langgsung dengannya saat ini. Dan pada suatu ketika ia benar-benar membutuhkan Stiv untuk membantu tugasnya. Ia pun memberanikan diri untuk menghamiri Stiv yang duduk bersama Shandy and the geng di kantin sekolah.

       "Stiv…" panggil Via mendekat

"Mau apa lo?" sahut Shandy cepat

"Gu…gue cari Stiv bukan lo!" ujar Via

"Stiv lagi sibuk, nggak bisa di ganggu. Udah mendingan lo cabut sana!" tukas Vito yang berada tepat di samping Stiv yang sibuk menulis di buku catatannya, entah menulis apa mungkin mengarang sebuah lagu?

"Stiv, gue ada perlu sama lo" teriak Via pada Stiv, dan Stiv sama sekali  tidak menggubrisnya karena ia sedang memakai headset

"Steaven lagi sibuk, batu banget sih di bilangin!" sahut Shandy beranjak berdiri

"Tapi gue ada perlu penting" cicit Via melihat tatapan singa Shandy

"Lo pergi atau…."

"Atau apa, gue sama sekali nggak takut sama lo!" sahut Via lantang. Seberusaha mungkin menyembunyikan rasa takutnya. Bukannya berhenti menyahut Shandy malah melangkah maju… maju…  dan seiring langkah Shandy saat itu membuat Via harus mundur-mundur menghindari Shandy. Hampir saja ia terjatuh,untung saja dengan sigap Shandy melingkarkan tanganya dan menarik pinggang ramping Via dan mendekatkan ke dadanya.

Demi apapun Via saat ini di buat deg degan. Rasanya seperti senam jantung saat Shandy memperlakukannya demikian. Banyak sorot mata yang memperhatikan adegan langka itu, Via pun tersadar dari lamunanya ketika Shandy membisikkan sesuatu di telingannya " udah nyaman ya?" bisik Shandy dengan seringai bibirnya

"Idih, PD banget lo!" ujar Via cepat, mendorong paksa tubuh Shandy menjauh darinya. Dan saat inilah Stiv baru sadar kehadiran Via di dekat tempat duduknya. Huhhh benar-benar PD dan tidak peka. Ia pun langsung berdiri mengampiri Via  dan Shandy yang tengah adu mulut itu

"Ngapain Vi?" tanya Stiv

"Ngapain? Dari tadi gue manggil-manggil lo, lo baru sadar sekarang? Dan gue harus ribut dulu sama abang lo yang songong ini sebelum ketemu lo gitu!? Waaahh bener-bener sultan ya lo sekarang!" gerutu Via sambil memukulkan buku ke lengan Stiv

"Cerewet banget sih lo!" sembur Shandy

"Lo bener-bener ya…" sahut Via memelototkan mata birunya pada Shandy

"Eits, udah-udah nggak usah ribut lagi!" lerai Stiv berada tepat di tengah-tengah Via dan Shandy

"Yaudah sekarang lo ikut gue!" sahut Stiv menarik tangan Via menjauh dari kerumunan kantin

"Heh ,mau kemana lo?" terak Vito

"Gue cabut sebentar, buku gue bawa aja dulu, kalau bisa lo lanjutin tuh tuh lirik" teriak Stiv menjauh dari kantin

"Lanjutin gimananya, yang ada gue tambahin lirik burung kakak tua higgap di jendela, Varel sudat tua jelek, keriput, ompong___" ujar Lutfi yang tiba-tiba menyanyikan lagu burung kakak tua yang sekaligus mengejek Varel yang ada di depannya.

avataravatar
Next chapter