15 CHAPTER 15

-Pembagian Warisan-

Shandy  terdiam, berdiri terpaku setelah mengetahui alasan mamanya selalu mengedepankan Steaven dan menyayanginya dari pada dirinya, Shandy sangat merasa bersalah, hatinya terguncang ia selama ini berdosa telah menyalahkan bahkan sudah membenci mamanya perihal ketidak adilannya selama ini.

Seketika itu, Shandy langsung memeluk Stiv lagi. Kini dengan pelukan yang lebih erat. Pelukan abang untuk adiknya

"Maafin gue bang" sahut Stiv memeluk Shandy erat

"Gue yang harus minta maf, maafin gue selama ini gue salah sama lo" ujar Shandy masih memeluk  Stiv dengan pelukan yang amat tulus. Ini kali pertamanya ia memeluk stiv dengan pelukan yang tulus tanpa paksaan seperti sebelumnya

"Kita antarkan mama ke tempat peristirahatannya terakhir, kita buktiin pada mama kalo kita sudah benar-benar akur" sahut Shandy melepas pelukannya

"Gue urus administrasi pemakaman nyokap lo dulu ya bro" sahut Varel

"Nih, ambil dompet gue ambil seberapa yang lo butuhin buat urus semuanya" timpal Shandy melempar dompetnya ke Varel

     Varel pun pergi ke tempat pengurusan jenazah, dan mengurus semuanya. Setelah kelar menyelesaikan tugasnya ia tak lupa untuk mengabari teman-teman sekolahnya. Langsung ia mengabarkan lewat chat grub sekolah

"Innalillahiwainnalillahiroji'un, turut berduka cita kita ucapkan pada teman ,saudara kita Shandy satria hermansyah karena ibundanya yang bernama Christina Rivera telah meninggal dunia pada hari jumat 16 september 2019. Sekiranya do'a kita panjatkan untuk beliau semoga amalnya di terima di sisinya amin…"

Setelah panjang lebar Varel mengetik pesan tersebut, banyak sekali yang menanggapi turut berduka cita. Sebagian dari mereka ada yang langsung menuju ke rumah Shandy untuk melayat

  Shandy pun tidak lupa untuk mengabari Sonya dan keluarga-keluarga jauhnya perihal mamanya yang sudah tutup usia. Sonya seketika itu itu langsung ke rumah sakit dan omanya on the way ke Jakarta bersama keluarga yang di sana

"Shand yang sabar, kamu pasti kuat" Sonya memeluk Shandy

"Sini kamu Stiv, kamu juga sabar sayang. Kalian pasti kuat yang tegar ya" ujar Sonya memeluk Stiv juga

"Aku banyak dosa sama mama,,,," tutur Shandy pelan

"Husss…mamamu pasti udah maafin semuanya. Ikhlasin dia sudah bahagia di sana" ujar Sonya mengusap lembut rambut Shandy

                                                             ************

Kediaman Shandy sudah di penuhi orang-orang berbaju hitam, dan lantunan- lantunan surat yasin dan tahlil bersautan di depan jenazah Vera yang tertutup kain putih dan selembar kain jarik yang menyisakan wajahnya. Shandy dan Steaven berada tepat di dekat jenazah mamanya. Sedangkan Sonya menyalami , menyambut para tamu-tamu yang ikut datang melayat dan mendo'akan jenazah Vera

            Tak lupa teman-teman sekolah Shandy juga ikut hadir, guru-gurunya juga ikut serta. Dan berbagai pejabat-pejabat, rekan kantor bisnis hermanchelle juga hadir.

"Turut berduka cita bro, yang sabar" ujar Vito menepuk pundak Shandy

"Yang sabar bro lo pasti kuat" sahut Lutfi

"Yang tegar bro, turut sedih gue" ujar Diaz ikut-ikutan

      Sederat ucapan bela sungkawa di berikan pada Shandy dan Steaven. Tak luput juga para cewek-cewek shandy's fansbestnya juga ikut mengucapkan bela sungkawa, ada yang benar-benar tulus dan ada juga yang sekedar carmuk.

 Dita, syila dan viapun tak ikut ketinggalan untuk ikut seta melayat ke rumah Shandy. Namun Via hanya mengucapkan bela sungkawa hanya pada pada Steaven, berbeda dengan Syila dan Sita. Mereka mengucapkan pada Shandy juga Steaven. Kelakuan Via yang mengabaikan keberadaan nya di samping Steaven membuat Shandy geram, ingin sekali merutuki dan memberi pelajaran pada cewek nggak tahu sopan santun itu.

                         *********

     Usai pemakam, Shandy juga Steaven duduk dalam diam di kursi ruang tamu. Tidak lama itu Steaven beranjak berdiri membereskan kain-kain juga menggulung karpet karpet yang berserakan di lantai ,membereskan semuanya yang berantakan di tempat mamanya berbaring untuk terakhir kalinya di rumah itu.

   Berbeda dengan Shandy, Shandy melamun dalam diam sambil memeluk figura kecil  foto Vera. Merutuki semua yang sudah terjadi. Penyesalan itu kian mendera menyayat hati Shandy. Ingin sekali ia mengembalikan waktu dan memperbaiki semuanya,namun apa daya nasi sudah menjadi bubur. Lamunannya di buyarkan oleh bel dan ketukan pintu dari luar .

       "TOK TOK… TOK…"

"Bi Lia, ada tamu!" teriak Steaven memanggil bi Lia yang ikut membersihkan ruang tamu. Waktu itu Steaven sedang berada di belakang menaruh kain kotor di basket cucian

"Iya den…."

"Siapa ya?" tanya bi Lia membukakan pintu

"Afternoon madam, is there Steaven here?" sahut perempuan setengah baya itu. Dengan wajah bulenya melantunkan bahasa inggris

"Ah, saha ibu ini teh bahasanya reuh pisan" batin bi Lia memandang tak mengerti bahasa wanita itu

"Siapa bi?" sahut Shandy kemudian ikut melihat tamu itu

"Hay" sapa wanita itu lagi melihat kehadiran Shandy

"Cari siapa?" tanya Shandy mengangkat sebelah alisnya, mengoreksi wanita bule di depannya itu

"Oh, do you Vera's son?" tanya wanita itu dalam bahasa inggris

"Yes, why?" ujar Shandy balik tanya

"Kenalin, my name Zamorea Chelsea, I'm Steaven's aunt from Amerika. Is there Steaven here?" tukas wanita itu dengan campuran bahasa Indonesia yang lugu

" Stiv, ada yang nyari lo nih!" teriak Shandy

"Iya bentar" sahut Stiv dari dalam. Kemudian ia berlari menuju teras

"Eh, aunty when yo come?" tanya Steaven kaget

"Do you not miss me?" ujar Chelse dengan memanyunkan bibirnya

" No, I mind kapan datang ke indonya. Lending pake pesawat apa kereta?" tanya Steaven lagi

"Pesawat dong, ini baru lending langsung kesini. Ajak masuk kek capek nih aunty" ujar Chelsea

"Oh iya ya, silahkan masuk aunty" ajak Stiv

     Zamorea Chelsea adalah adik kandung dari Marchelle, papanya Steaven sekaligus satu-satunya orang yang akan meng handle semua urusan perusahaan hermarchelle dan juga berbagai cabang kerjasama di berbagai Negara.

" Mau minum apa non?" tawar bi Lia sedikit membungkukkan badannya

"Apa aja bi yang penting seger!" ujar Chelse merebahkan tubuh rampingnya ke sofa

"Baik  non" sahut bi Lia

"Eh eh sebentar, panggil saya nyonya jangan non, umur saya nggak jauh beda dengan majikanmu!" tukas Chelsea memperingati dengan telunjuknya

"Iya nyah" ujar bi Lia membungkukkankan badannya lebih rendah

"Aunty ngapain ke indo?" tanya Stiv

"oh iya, aunty bawa surat wasiat dari mamamu, pas di Amerika dia sudah nyiapin ini untuk kalian" ujar Chelsea mengeluarkan berkas sebuah map dari tasnya

"Hah, wasiat? Secepat itu mama nyiapin semuanya?" ucap Shandy kaget

"Intinya, setelah mama kalian udah nggak ada alias udah die pengurusan dan pengawasan kalian berdua sepenuhnya ada di tangan aunthy. Aunty yang bakalan ngurusin kalian berdua. Jadi siap-siap saja jangan ngerasa bebas dulu setelah kepergian Vera. Terutama kamu Shandy, mamamu pesan sama aunthy stop jadi anak bandel yang kurang ajar nggak tahu aturan!. Kamu harus nurut sama semua peraturan yang aunthy buat karena kamu yang bakalan jadi pewaris tunggal perusahaan hermanchelle di bawah pengawasan aunthy kamu yang ngurus dan menghandle semuanya. Jadi mulai saat ini kamu harus lebih dewasa dan belajar bijaksana dalam mengurusi pengurusan perusahaan" jelas Chelsea membaca lembaran berkas itu

" Terus Stiv?" tanya Shandy

"Di surat wasiat ini, Stiv hanya mendapatkan asset rumah, tanah, restoran dan juga apartemen. Oh iya ada villa dan Bar gym juga milik Marchelle pribadi. Semua itu di serahkan pada Stiv. Stiv tidak mendapatkan asset perusahaan sama sekali tapi kalau mau bantu-bantu ngurus perusahaan ,hitung-hitung bantuin kakakmu nggakpapa" ujar Chelsea

"Kok gitu, lagian pinteran Stiv kalo soal bisnis bisnis .Dia yang lebih ngerti" bantah Shandy

" Bukannya cita-citamu pengen jadi pembisnis yang sukses juga?" tanya Chelsea lagi

"Iya nggak papa lah bang, gue juga udah dapet asset papa di Amerika" timpal Stiv

"Oh iya, mana kakakmu?" tanya Chelsea

"Nih bang Shandy" jawab Stiv menepuk bahu Shandy

"No I mind… who the name…. Sonya, iya Sonya mana dia, dia tinggal disini kan?" ujar Chelsea

"Kak Soy nganter oma ke Bandung" sahut Shandy

 

 

avataravatar
Next chapter