10 CHAPTER 10

     - Sayang yang mulai hilang tak bertepi-

"Papa,assalamualaikum pa" ucap Shandy di depan batu nisan papanya

"Pa, shandy dapet piala lagi,shandy menang olimpiade matematika walaupun cuma dapat juara dua, Shandy seneng akhirnya bisa dapet piala ini. Piala ini buat papa,shandy juga dapet juara satu di sekolah pa, karena nila UN shandy paling tinggi pa.Tapi maaf pa,pialanya tinggal gini,karena pecah jatuh di jalan tadi pas perjalan kesini" ucap shandy memeluk batu nisan justin,seakan ia tengah berbicara langsung dengan papanya.

"Shandy jadi inget gimana papa dulu, selalu nyemangatin Shandy buat belajar terus,biar Shandy bisa seperti papa jadi orang yang sukses. Papa selalu berharap pada Shandy supaya Shandy kelak bisa jadi orang yang pintar, sukses dan terpandang seperti papa, Shandy akan berusaha untuk itu semua.." rintih Shandy, air matanya mulai menetes. Ia tidak bisa membendung  air matanya lagi ia sangat amat rindu degan sosok penyemangat hidupnya saat ini.

 Shandy terlelap di makam papanya sampai larut malam. Dan esoknya ia baru pulang ke rumah, jika ia tidak memikirkan omanya yang mengkhawatirkan dirinya mungkin ia tidak akan perna pulang kerumah.

"Dari mana saja kamu Shandy?" tanya Vera

"Memang mama peduli sama Shandy?" sahut Shandy ketus

"Gitu ya kamu, mama nggak pernah ngajarin kamu buat bicara nggak sopan sama orang tua!" bentak Vera

"Iya nggak pernah, bahkan mama nggak pernah ngajarin apa-apa sama Shandy" ujar Shandy

"Memang kamu pernah ngajarin apa sama Shandy, selama ini Shandy mama yang  didik dan sama sekali nggak ada campur tangan sama kamu" sahut Sari keluar dari dapur

"Kamu dari mana saja sayang, semalem kok nggak pulang,oma khawatir sama kamu" tanya oma

"Shandy habis ke makam papa,nangis sampai ketiduran" jawab Shandy

"Ouhh yaudah, kamu mandi ganti baju gih" ujar Sari

"Iya oma" jawab Shandy langsung berlalu ke kamarnya

           Akhirnya Marchelle kembali ke Indonesia, namun pulangnya ke Indonesia bukan sekedar pulang saja bahkan ber inginan mau mengajak Istri dan juga anaknya ke Amerika dan tinggal di sana.Shandy sama seklai tidak berniatan untuk ikut. Namun Vera selalu bersikeras membujuknya.

"shandy benerran nggak mau ikut ke amerika?" Tanya oma memastikan

"Beneran kamu tinggal di Jakarta sendirian,nggak mau ikut mama?" tanya Vera sambil membereskan kopernya

"Nggak, Shandy sekolah disini aja,mau di Jakarta aja sama oma!" jawab Shandy ketus,tanpa memandang mamanya sedikutpun

"Oke yaudah, ma Vera berangkat dulu ya" sahut Vera bersaliman dengan Sari

"Jangan nyesel kamu kalo di tinggal ke Amerika" sahut Marchelle

"Nggak bakalan!" sahut Shandy berlari ke kamarnya

"Hati-hati kamu di sana,kalo udah sampai jangan lupa kabari mama" tukas Sari memeluk putrinya

"Ma,marchelle pamit dulu ya" sahut Marchelle ikut  saliman

"Oma, Stiv pamit ya" ujar Stiv juga

"Kalian hati-hati ya" sahut Sari akhirnya

"Shandy mama pamit ya!" teriak Vera mendongak ke atas ,barang kali Shandy mendengarnya

"Sana pergi,nggak usah pulang sekalian!!" sahut Shandy tidak kalah keras

"Yaudah ma,kita pamit dulu ya,titip Shandy" sahut Vera akhirnya, mereka langsung menaiki taksi menuju bandara

                                     *********

"Shandy  , nak ayo sarapan!" teriak Sari menaiki anak tangga menuju kamar Shandy

"Iya ma bentar, oma duluan aja ntar Shandy nyusul" teriak Shandy

"Oma tunggu di bawah ya" sahut Sari

"Pagi oma" sapa Shandy menaruh tasnya di atas meja makan,ini hari pertamanya sekolah

"Pagi sayang. Shandy yang rajin sekolahnya ya,jangan nakal-nakal. Udah SMP udah gede bandelnya di kurangin" tukas Sari mengambilkan nasi untuk Shandy

"Siap bos!" ujar Shandy  dengan sikap hormat,tangan kanannya di taruh di pelipisnya menghadap ke Sari

"Yaudah cepetan makannya, terus oma antar ke sekolah" sahut oma

"Nggak usah ma, Shandy ada temen kok tetangga sebelah satu angkatan, satu kelas juga" sahut Shandy

"Siapa…?" tanya Sari

"Itu lho anaknya bu Eka,namanya Varel" jawab Shandy

"Bu Eka yang istrinya pak Budi, yang kaya itukan?" sahut oma

"He'em" jawab Shandy

"Dia pasti di antar pakai mobil sayang, nggak usah" ujar Sari

"Nggak kok ma, katanya dia mau jalan kaki. Kan sekolanya deket juga dari sini" jawab Shandy

"Ouhh…" respon Sari singkat

Tiba-tiba ada bel dan ketokan pintu dari luar

"TOK…..TOK…TOK…."

"Shandy! Assalamualaikum" sahut sebuah suara setelahnya

"Itu si Varel,yaudah Shandy berangkat dulu ya ma" sahut Shandy beranjak berdiri

"Yaudah ayo oma antar sampai depan" tukas Sari merangkul pundak Shandy dan mengantarnya sampai teras

"Ayo rel, lho kamu kok pakai sepeda?" tanya Shandy kaget,,karena perjanjian awal mereka sudah sepakat untuk jalan kaki ke sekolah

"Iya, kenapa? Kan biar cepet sampai ke sekolah gitu" tanya Varel

"Terus aku pakai apa dong oma?" sahut Shandy pada omanya

"Kamu nggak punya sepeda?" tanya Varel dan Shandy menjawab dengan gelengan kepala

"Yaudah,ikut aku aja,berdiri tapi. Soalnya nggak ada boncengannya" ajak Varel

"Beneran nggak papa?" tanya Shandy

"Iya ! yaudah buruan ayok berangkat sekarang" ujar Varel

"Aku berangkat dulu ya oma assalamualaikum" sahut Shandy semangat,ia langsung menuju ke sepeda Varel

"Hati-hati ya, waalaikumsalam" jawab oma

            Sesampainya di sekolah Shandy dan Varel langsung menuju ke kelasnya dan berkenalan dengan beberapa teman sebaya sekelasnya.

"Hey kenalin ini temenku SD dulu. Ini Vito, yang ini Lutfi" sahut Varel memperkenalkan

"Hay, gue shandy" sapa Shandy menjabat tangan Vito dan Lutfi

"Salken bro" sahut Lutfi

            Shandy tidak butuh waktu lama untuk sekedar akrab dengan tema-teman sekelanya, bahkan dia juga mengenal beberapa teman kelas lain dan juga kakak kelas. Ia selalu menjadi unggul dari yang terunggul di sekolanya, ia juga mengikuti beberapa ajang perlombaan matematika dan sains di sekolah.

            Namun kian lama sifatnya Shandy berubah,kian hari,kian waktu yang ia lewati ia menjadi anak yang suka memberontak,suka keluar malam,keluyuran dan bersenang-senang dengan teman-temanya. Tak jarang Shandy juga pulang pagi sampai rumah. Shandy bahkan sudah tak mau mendengar nasehat omanya.

"Nak, kamu kemana akhir-akhir ini kok sering pulang pagi?" tanya Sari suatu ketika

"Biasalah ma, main sama temen" jawab Shandy

"Tapi jangan pulang pagi juga dong, kamu kan punya rumah tidur di rumah kan bisa. Bahkan kamu juga sering pulang dalam keadaan mabuk akhir-akhir ini" sahut Sari memperingati

"Aaahhh! Udahlah ma,aku tuh udah besar jadi nggak usah oma atur-atur lagi" teriak Shandy langsung melajukan ninja merah. Ia sekarang sudah punya motor, ketika ia meminta di belikan sepeda ke mamanya, mamanya malahan memberinya motor. Mamanya juga membelikan mobil, juga memperkerjakan beberapa pembantu untuk mengurus rumah yang begitu besar, juga sopir pribadi, satpam, dan tukang kebun untuk mengurus perawatan taman belakang dan halaman luasnya.

            Shandy sering pulang pagi dalam keadaan mabuk,selalu membantah jika omanya menasehatinya. Ia sangat kurang perhatian dan kasih sayang,hal itulah yang membuatnya semakin kurang ajar dan membantah omanya yang kian hari semakin tua itu.

 Sehinggga di pertengahan kelas 9, omanya tidak kuat lagi untuk sekedar menasehati Shandy, ia lelah dengan ucapannya sendiri yang hanya di anggap angin lewat semata oleh Shandy. Maka di panggillah cucu perempuannya dari bogor,anak putrinya yang pertama sebelum Vera 1 tahun lebih tua dari Shandy, namanya Sonya Ella Meyrasya. Sonya bertukar tempat dengan oma, oma pindah ke Bogor dan Sonya ke Jakarta untuk mengurusi bocah tengil ini.

"Heh ,ngapai lo disini, oma kemana? Ma.. oma….." teriak Shandy memanggil omanya keras.

"Oma nggak ada, disini cuma ada gue" ujar Sonya

"Oma kemana?" tanya Shandy

"Oma ke Bogor dan sekarang lo, gue yang urus" sahut Sonya menelangkupkan tangannya berajak berdiri

"Gue bukan bayi yang harus di urus" sahut Shandy ketus. Ia ingin berlalu meninggalkan Sonya tapi ketika kakinya sudah menginjak anak tangga pertama, tangan Sonya langsung menarik tasnya

"Muka lo kenapa?" tanya Sonya memegang muka Shandy paksa,mengoreksi tiap sudut yang ada di sana dan terdapat lebam dan bekas luka di pipi dan sudut bibir.

"Aaahhh! Bukan urusan lo" teriak Shandy menepis tangan Sonya, ia berjalan menuju tangga ingin segera ke kamarnya namun, tarikan dahsyat menghuyungnya

"Dasar bocah tengil, sini lo!" sahut Sonya emosi,ia langsung menarik kerah baju belakang Shandy dan menariknya paksa

"Eh.. ehh. Ehh, lo mau bawa gue kemana woy!" teriak Shandy tidak bisa mengimbangi tarikan Sonya

"Lo kali ini nggak bisa ngelak lagi, gue akan ngehukum lo" sahut Sonya terus menarik tangan Shandy menuju kamar mandi

"Lihat, seberapa brandalannya lo sih lo sampai lupa nyuci rambut! Segitu nggak sempetnya lo buat ngurus diri?" ujar Sonya, langsung mengambil botol shampoo hair and shoulders di meja kecil dekat buth up. Mendorong paksa Shandy untuk berbaring di kursi wastafel untuk keramas

"Aahh buka urusan lo!" sahut Shandy, ia ingin bangun beranjak berdiri namun langsung di cekat oleh tangan Sonya

"Gue nggak mungkin kalah sama lo!" ujar Sonya mendorong tubuh Shandy keras, ia langsung menuangkan shampoo di rambut Shandy dan menggosoknya dengan brutal

"Pelan-pelan woy, bisa mati muda gue kalo lo brutal gitu" bantah Shandy kesakitan

"Auw..Auww…" rintih Shandy menutup matanya,karena busa itu masuk ke matanya

           Selepas sudah keramas, sonya maish menyeret paksa shandy untuk mengikuti langkahnya. Dan menghempaskannya ke sofa

" Lo mau apa lagi sih?" tanya Shandy ingin berdiri dari sofa kemudian di cekat oleh sepatu hils Sonya menyentak dadanya

"Aaahhh uhuk…uhuk…" pekik Shandy terbatuk ketika hag tinggi Sonya menekan dadanya

            Tanpa bicara, Sonya menepukkan tangannya dua kali. Kemudian ada seorang pembantu datang membawa sebuah hidangan yang masih tertutup dari dapur. Seketika itu Shandy langsung menoleh dan memelototkan matanya.

"Buka bik" pinta Sonya memberikan isyarat pada pembatu itu. Dengan kaki masih di dada Shandy, Sonya menarik paksa dagu Shandy mendekat dan memaksa mulutnya untuk membuka lebar-lebar

"Aahhhh udang!" teriak Shandy sebentar, setelah itu ia buru-buru menutup mulutnya rapat-rapat. Well dari kecil ia memang alergi dengan udang,mau di sajikan dengan apa aja kalau bahan dasarnya udang,ia bersi keras untuk mengindarinya apalagi memakannya

"Aak! Lo harus buka mulut lo" paksa Sonya, Shandy hanya pasrah,mau tidak mau ia harus memakannya karena itu merupakan hukuman dari kakaknya yang nggak ada akhlak.

            Keesokan harinya ia minta izin sekolah untuk tidak masuk barang 1 hari, karena well, Shandy gatal-gatal karena udang itu.Sekujur tubuhnya bentol-bentol merah .Dan semenjak adanya Sonya, Shandy lebih bisa di atur. Dengan aturan-aturan kurang ajar Sonya tapi mendidik Shandy tidak bisa untuk hanya sededar membantahnya. Sampai masuk SMA pun Shandy masih sering bergulat dengan aturan-aturan itu. Tapi aturan-aturan tidak berkemanusiaan itu hanya berlaku ketika Shandy memang bertindak tidak sewajarnya dan melampaui batas.

avataravatar
Next chapter