webnovel

Chapter 1

Kosa kata korea→

hyung = sebutan untuk kakak laki-laki dari laki-laki

nuna = sebutan kakak perempuan dari laki-laki

eomma = ibu

haraboji = kakek

`

`

`

"Yak, kau tidak sarapan dulu?" teriak ibunya setelah ditinggal begitu saja di meja makan olehnya. "ini sudah yang sekian kalinya kau meninggalkanku seperti ini, yak! kau tidak mendengarku? Yak Im Yoona!!!!!" percuma berteriak, putrinya itu sudah berlari kencang keluar dari rumah.

"Eomma, berhentilah berteriak. Aku terbangun berkat suaramu." kata Krystal yang baru saja keluar dari kamarnya.

"Yak, kenapa kau belum memakai seragam? Sudah jam berapa ini!" kembali berteriak penuh amarah.

"Ayolah eomma, bukankah ini hari minggu?" kata gadis manis itu seraya memasukkan sesendok nasi milik ibunya ke mulutnya.

"Hari minggu pantatmu!" meja makan bergetar berkat teriakan itu. Pada detik itu Krystal melotot tak percaya, nasi yang berada dimulutnya tertelan dalam sekali gerakan. "sana mandi!!!!!!" stres berat, ia selalu mengulangi kebiasaan buruk itu. Sebelum ibunya sempat memukulnya, ia sudah berlari terbirit-birit menuju kamarnya. Wanita tua itu terduduk lemas di kursi makan. Baru saja ia hendak menghembuskan nafas lega.

"Hyung! Itu mainanku!" teriak seorang anak.

"Tidak, ini punyaku!"

"Kau curang hyung! Ini milikku!"

"Punyaku!" hening sesaat. Lalu.

"Eomma!!!!!!" rengek salah seorang anak dengan kencang. Di dapur, ibu mereka hanya bisa meratapi nasip sialnya itu. Dengan lemas wanita tua itu melangkah menuju kamar anak kembarnya itu. Dilihatnya kedua anak kembarnya tengah menangis ria.

"Diamlah." katanya pelan. Tapi si kembar masih saja menangis sambil terus berebut mainan. Merasa perlu mengeluarkan senjata andalannya. Ia melangkah menuju kamarnya dan kembali ke kamar si kembar. "kalian lihat ini?" ujarnya seraya mencoret wajahnya dengan crayon. "mau eomma buat seperti ini." tidak tahu dimana seramnya, tapi sukses membuat si kembar terdiam. Mereka langsung memasukkan mainan mereka kedalam kotak lalu berlari menuju meja makan. Duduk manis di baby seat. Menunggu kedatangan ibunya dengan senyum palsu mereka. "Seoeon-a.. Seojun-a.. dengarkan eomma. Jangan pernah bertengkar lagi, mengerti?" ucapnya dengan lembut. Menelan amarahnya dengan rapat.

"Iya!!!" jawab si kembar bersamaan. Walau kini ia merasa lega, tapi ia tahu itu, musibah akan kembali melandanya.

--

--

--

Lengkap dengan setelan olahraganya. Dan tak tertinggal earphone miliknya. Yoona berlari dengan santai. Lagu Hip Hop yang menemaninya semakin membuatnya bersemangat, hingga membuat kecepatan kakinya semakin meningkat. Sudah hampir satu jam ia berlari, tapi tak terlihat raut lelah diwajahnya. Yang terlihat hanya semangatnya yang membara.

`

Berlari di tempat ketika tengah menunggu lampu hijau menyala. Tidak menghiraukan pandangan orang. Sedetik sebelum lampu hijau menyala, ia sudah lebih dulu berlari menyebrang. Terus seperti itu, menuju tempat yang ia tuju. Beberapa bocah laki-laki yang tengah bersepeda mencoba mengikutinya. Mereka berusaha mendahuluinya. Merasa perlu mengerjai mereka, Yoona pun menambahkan kecepatan berlarinya.

"Ayo kejar nuna! Jika kalian berhasil, akan nuna belikan ice cream!" teriaknya yang sudah berlari seperti orang gila. Para bocah tentu menjadi bersemangat dikarenakan dijanjikan ice cream olehnya. Tapi apa boleh dikata, mereka kalah telak. Yoona bahkan tak lagi terlihat disana. Mengapa? Karena ia memilih bersembunyi di sekumpulan warga yang tengah melangkah. "hampir saja.." batinnya.

Brukk!

Suara tabrakan terdengar keras. Semua orang terdiam mencari tahu. Begitu juga dengan Yoona. Beberapa orang berlari menghampiri sesuatu. Penasaran, Yoona mencoba mengikuti mereka. Seorang kakek tua dengan vespa bututnya tergeletak di aspal. Banyak orang berteriak histeris. Ada yang peduli dikarenakan kondisi kakek itu yang terlihat lemah, dan ada juga yang berlalu pergi dikarenakan penampilan kakek itu yang terlihat lusuh. Dan ada beberapa anak muda yang tengah melangkah keluar dari mobil. Dari pakaiannya saja, jelas mereka berasal dari keluarga yang berkelas.

"Ada apa dengannya?" ujar salah seorang remaja laki-laki itu. Yoona mencoba berdiri lebih dekat dari mereka. "haraboji.. bangunlah. Bukankah tadi hanya benturan kecil?" sambung remaja itu dengan raut tak bersemangatnya. Entah mengapa, Yoona merasa tidak senang dengan perkataan remaja itu.

"Yak, apa yang kau katakan.." bisik temannya yang terlihat tengah menyimpan rasa takut.

"Haraboji, bangunlah.. Jika kau seperti itu terus, mereka akan mengira bahwa aku telah melukaimu." bagi Yoona nada suaranya benar-benar menjengkelkan. Baru gadis itu pahami, merekalah yang menyebabkan kakek itu tergeletak seperti itu. Dilihatnya kini si kakek mulai sadarkan diri, perlahan bergerak pelan berniat bangkit. Tapi kakek itu terlalu lemah. Kening sang kakek tampak berdarah, mungkin karena benturan itu.

"Astaga, kau tidak apa?" salah seorang dari mereka mencoba membantu. Tapi dihalang oleh pria yang berkata angkuh itu.

"Jangan mencoba membantunya. Tidakkah kau lihat itu? Pakaiannya terlihat lusuh. Pasti banyak kuman disana." kata remaja itu dengan sombong. Sedari tadi Yoona terus diam, mencoba untuk tidak ikut campur. Tapi si remaja angkuh mencela kakek itu terus-menerus. Yoona merasa geram bukan main.

"Benarkah?" seakan merasa jijik. Beberapa temannya melangkah mundur.

"Karena kau sudah sadar, itu artinya urusan kita selesai bukan? Baiklah, lain kali berhati-hatilah." ujarnya dan hendak melangkah masuk kedalam mobilnya. Pakk! Sebuah botol minuman membentur kepala remaja angkuh itu. Botol yang baru saja Yoona ambil dari tempat sampah berhasil melayang tepat sasaran. Ia tertawa puas.

"Waw.. waw.. waw.." Yoona bersenandung santai seraya melangkah menghampiri si kakek. Remaja nakal itu melotot ke arahnya. Tapi tidak dihiraukan olehnya. Ia memilih memapah kakek itu untuk melangkah ke tepi jalan, dan memperlisahkan kakek itu untuk duduk di kursi yang ada disana. Ia kembali ke jalan dan kini mendorong vespa butut itu ke tepi jalan.

"Apa yang telah kau lakukan!" teriak remaja angkuh itu dengan amarahnya yang membara. Tidak dulu mengiraukannya, Yoona memberikan kunci vespa butut itu kepada si kakek. Barulah ia melangkah kembali ke jalan. Berdiri tepat di hadapan mereka yang bahkan tingginya belum melewati dirinya.

"Apakah kalian sudah memiliki surat ijin mengemudi?" tanya Yoona diluar perkiraan. Mereka tersentak bersamaan. Tak menyangka Yoona akan sesantai itu.

"Kami tidak butuh itu!" bentaknya kepada Yoona. Si angkuh melangkah maju mendekati Yoona. Mencengkram kerah jaket Yoona. "berani-beraninya kau melempar botol itu kearahku!" berapi-api tak kuasa menahan amarah juga rasa malu.

"Kenapa? Kau mau memukulku?" menatap remaja itu dengan tenang. "lakukanlah.." tersenyum tipis.

"Kau!!!!" sebuah pukulan menghantam wajahnya. Wajah Yoona terhempas ke samping. Ia sentuh bibirnya. Ada sedikit darah. "rasakan itu!" tapi Yoona masih bisa tersenyum.

"Yak, kenapa kau memukul perempuan." bisik temannya.

"Biarkan saja!" ia hendak kembali memukul Yoona. Tapi kaki jenjang Yoona sudah lebih dulu menendang tepat di ulu hatinya. Sebenarnya Yoona menendangnya dengan pelan, tapi yang terlihat, remaja itu tersungkur ke aspal. Masih bisa bangkit. Ia kembali berniat menyerang Yoona. Gapi gumpalan tangan Yoona sudah lebih dulu menghantap rahangnya. Pelan, tapi berhasil membuat si angkuh kembali tersungkur.

"Yak.. kau baik-baik saja?" teman-temannya berebutan membantunya berdiri. Mereka melirik Yoona. apa dia seorang wanita? Pikir mereka serentak.

"Karena sepertinya kalian tidak akan meminta maaf padanya, biar adil, aku harus memecahkan kaca mobil ini." ia sudah melangkah ke belakang mobil mewah itu. Sudah siap dengan balok yang baru saja ia ambil dari tepi jalan.

"Oo.. Jangan lakukan itu!" teriak si angkuh yang sepertinya cinta mati sama mobil mewahnya itu. Yoona menatap mereka bergantian. Tidak mengatakan apapun. Seakan mengerti maksud dari tatapannya. Mereka melirik kakek itu ragu-ragu. Tok tok tok! Yoona mengetukkan jarinya ke kaca mobil itu.

"Hemm.. Sepertinya aku bisa menghancurkannya hanya dengan tanganku saja." melempar balok itu ke tepi jalan. Ia sudah siap dengan siku tangannya. Mengarah mantap ke kaca mobil.

"Tu-tunggu!" mendengus kesal tak kuasa menahan kesal. Dengan langkah berat, si angkuh berjalan kearah kakek itu, diikuti teman-temannya. Mereka mulai bercakap pelan.

"Bersungguh-sungguhlah." seru Yoona seraya mengetuk kaca mobil, kali ini dengan sikunya. Merasa terancam, barulah mereka membungkukkan tubuh dan mengucapkan kata maaf dengan benar. Yoona tersenyum puas. "aish, ternyata sulit juga menjinakkan mereka." meninggalkan mobil itu dan melangkah menghampiri si kakek. Kedatangannya membuat remaja-remaja itu mundur menjauh.

"Pergi" perintahnya. "kubilang pergi.." ulangnya dengan gemas. Mengangguk serentak, setelah itu berlarian masuk kedalam mobil. Sedetik kemudian mobil itu sudah menghilang dari sana.

"Aigoo.. Anak muda jaman sekarang." gumam kakek itu mencoba duduk dengan nyaman. Yoona menoleh kepadanya. Dilihatnya kakek itu tengah menyeka darah dikeningnya dengan sebuah sapu tangan.

"haraboji, kau baik-baik saja? Apa aku harus--"

"Siapa namamu?" tanya kakek itu memutuskan perkataannya. Ketika itu warga sudah mulai berlalu pergi, meninggalkan Yoona dan kakek itu disana.

"Ee?" diam sejenak. "namaku Im Yoona. Yoona.." jelas Yoona dengan bibir eloknya. Kakek itu mengangguk mengerti. Tiba-tiba saja terdengar suara deringan ponsel. Dilihatnya, kakek itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Tidak terbayangkan olehnya, kakek itu memiliki sebuah ponsel. Bahkan ponselnya merupakan ponsel keluaran terbaru. Wow!

"Ya, katakanlah." kata kakek itu kepada seseorang dibalik ponsel itu. "ah, jadi begitu? Baiklah. Lanjutkan pekerjaan kalian." Yoona duduk di samping si kakek. Entah mengapa ia merasa kakek itu mendadak terlihat berbeda dari yang sebelumnya. "jadi.. kau tulang punggung keluarga?" Yoona bergeser menjauh. Kakek itu telah menebak dengan benar. "dan ayahmu menikah lagi?" terpaku tak percaya. Dari mana ia mengetahuinya? "kau anak tertua dan ibumu seorang ibu rumah tangga. Adik perempuanmu masih duduk di bangku SMA, dan si kembar baru saja masuk plag group. Sepertinya bebanmu terlalu berat." menatap Yoona prihatin. "dengan pekerjaanmu yang hanya seorang pelatih bela diri, tentu tidak akan memenuhi setiap kebutuhan keluargamu."

"Dari mana anda--"

"Bekerjalah denganku." sela kakek itu.

"Ya?" pikirannya kosong. Kakek itu benar-benar berubah drastis.

"Aku akan membayarmu berkali-lipat dari gajimu yang tak seberapa itu." sebuah limosin berhenti di tepi jalan, tepat di hadapan mereka. "kutunggu kau besok. Anak buahku akan menjemputmu. Akan kutempatkan kau di posisi yang sesuai dengan keahlianmu."

"Tapi.. Tidakkah anda memberikan saya waktu untuk berpikir?" tanyanya takut-takut.

"Bukankah kau harus segera melunasi hutang ayahmu?" serang kakek itu membuatnya sulit berkata. "jika kau tidak ingin melihat keluargamu hidup menderita. ikuti saja perintahku. Ah, ingat, ini perintah." kakek itu menghilang seiring kepergian mobil super mewah itu. Vespa butut itu sudah berada diatas mini truck hendak dibawa pergi. Tinggalah Yoona disana. Yang hingga sekarang belum bisa memahami perkataan kakek itu. Melangkah pelan menuju tempat kerjanya, seraya terus memikirkan itu.

`

`

`

`

Continued..

`

`

`

`

Cerita ini akan mengocok perut kalian dengan komedi2 ringannya yang menyegarkan.

Akan update 2 hari sekali.

Ditunggu ya..

Next chapter