2 BERTEMU DENGAN DUKE

Angin malam yang menerpa wajahnya membuat Lottie tanpa sadar tertidur. Kini gadis itu harus bangun karena panik saat ia mendapati pakaiannya yang lusuh itu telah berganti menjadi sebuah gaun tidur yang terlihat mahal.

"Dimana aku?!" tanya Lottie pada dirinya sendiri.

"Kau sudah bangun?" Suara pria yang semalam menolongnya itu kembali terdengar dan membuat Lottie tersentak kaget.

"Maaf, Tuan. Aku ada dimana?" tanya Lottie takut saat dari sudut matanya ia melihat pria itu menghampirinya.

"Kau ada di rumahku dan ini adalah kamarmu," jawab pria itu. "Siapa namamu?"

"Namaku … Charlotte." Lottie menjawab dengan takut.

"Hanya Charlotte?"

"Charlotte Lucius," jawab Lottie lagi.

Pria itu sempat terkejut sebelum ia kembali bertanya, "Bagaimana biasanya orang memanggilmu?"

"Lottie." Lottie semakin menundukkan kepalanya saat pria itu berhenti tepat di hadapannya.

"Dengarkan aku, Lottie." Dengan suara dan gerakan lembutnya, pria itu mengangkat wajah Lottie dengan jari telunjuknya. "Jangan panggil aku dengan sebutan Tuan. Mulai sekarang, Kau adalah putriku. Aku akan memperlakukanmu dengan sangat baik."

"Anak?" Tanpa sadar, Lottie bertanya.

"Ya. Mulai saat ini, namamu adalah Charlotte Odellia Southwell. Ingat itu baik-baik." Pria itu tersenyum saat Lottie menganggukan kepalanya.

"Apa ada hal yang harus aku lakukan? Sebuah perintah?" Lottie bertanya agar ia mengetahui apa yang harus ia lakukan.

"Kau hanya harus menjadi putriku. Dan bisakah kau menjawab 'iya' saat aku mengenalkanmu sebagai putri dari selirku yang tinggal di luar wilayah kerajaan Hamlet pada orang lain yang bertanya tentang siapa dirimu?"

Lottie menganggukan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan pria itu. Dengan gerakan yang amat sangat lembut, pria itu mengusap pucuk kepala Lottie.

"Aku sudah menyiapkan pelayan untukmu. Mereka akan datang sebentar lagi. Bersiap-siap lah untuk sarapan pagi denganku." Pria itu tersenyum sebelum meninggalkan Lottie sendiri di kamar yang besar dan mewah itu.

"Lihat, lah! Kamar ini sangat besar!" Lottie membatin saat matanya menelusuri setiap sudut kamarnya itu. "Apa kau melihat ini Ashton Malory?"

*****

Para pelayan berjalan memasuki kamar Lottie tak lama setelah pria yang mengatakan jika Lottie sekarang adalah anaknya itu keluar. Beberapa dari mereka ada yang membawa gaun-gaun mahal yang jelas sekali terlihat jika gaun itu terbuat dari sutera. Beberapa lagi ada yang membawa aksesoris rambut dan perhiasan. Sisanya membawa perlengkapan mandi untuk Lottie.

"Selamat Pagi, Nona. Kami adalah pelayan pribadi Nona. Tuan Duke meminta kami menyiapkan Nona untuk sarapan bersama di ruang makan." Salah seorang pelayan yang terlihat sedikit tua itu menjelaskan tujuan mereka berbondong-bondong datang ke kamarnya.

"Selamat Pagi." Lottie mencoba untuk tersenyum meski ia masih sedikit canggung. "Tuan Duke? Apa di kediaman ini ada seorang Duke?" Lottie bertanya dengan polosnya tanpa mengingat jika pria yang menolongnya itu juga mengatakan akan menunggunya untuk sarapan pagi bersama.

"Maaf. Tapi … apa Nona benar-benar tidak tahu?" Setelah saling bertukar pandangan dengan pelayan lainnya, wanita yang tadi berbicara dengan Lottie itu kembali menjelaskan pada Lottie karena ia menggelengkan kepalanya sebagai jawaban atas pertanyaan dari wanita itu.

"Ayah anda adalah seorang Duke. Apa anda benar-benar tak mengetahui hal ini?" Lottie dibuat tercengan oleh jawaban wanita itu.

"Pria tadi? Seorang Duke? Oh! Lihat lah, Ashton. Jika kau masih hidup, aku benar-benar bisa menginjak kepalamu sekarang." Batin Lottie berseru senang karena mendapati nasib baik seperti ini.

"Maaf. Aku tidak tahu." Lottie berpura-pura sedih. "Aku hanya lah seorang putri dari selir Tuan Duke. Aku tidak mengetahui apa-apa karena selama ini tinggal di luar wilayah kerajaan Hamlet."

"Oh, Nona! Tolong maafkan kami. Kami hanya sedikit terkejut." Para pelayan itu menundukan kepalanya karena takut Lottie akan mengamuk dan membuat mereka mau tak mau dipecat.

"Jangan meminta maaf, Bibi. Aku hanyalah seorang rendahan. Kau tak seharusnya meminta maaf padauk seperti itu." Lottie benar-benar memainkan perannya dengan baik. Bisa dilihat dari pelayan-pelayan itu yang semakin menundukan kepala mereka karena merasa bersalah.

"Jangan memanggilku Bibi, Nona. Anda pasti tahu jika saya jauh lebih rendah dari putri seorang Duke. Tolong panggil saya dengan nama saya, Irish. Saya Irish Kahleny dari keluarga Kahleny. Dan tolong janga bersikap terlalu formal pada saya." Wanita yang sedari tadi berbicara dengan Lottie itu memperkenalkan namanya.

"Baik lah jika itu akan membuatmu merasa tak terbebani." Bibir mungil Lottie tersenyum namun batinnya tengah tertawa puas. "Oh, jadi ini rasanya berbicara dengan pelayan saat kau adalah seorang nona?"

"Baik, Nona. Kami akan memandikan Nona sekarang. Tuan Duke tidak terlalu suka menunggu." Ucapan Irish membuat Lottie membeku ditempatnya.

*****

avataravatar