webnovel

MAKAN MALAM

Beberapa hari yang lalu,

Di sebuah ruangan berukuran besar yang di desain ala indonesia zaman kuno, terlihat sepasang suami istri yang telah bersiap di atas kasur untuk beristirahat,

" Ma.., "

" eum..?"

" Mama gak pengin punya cucu?"

" pengin lah pa.., tapi gimana? Si Al ajha belum mau nikah..," Anita menaruh hp nya dan mengalihkan pandangannya ke wajah suami tercintanya itu.

" Kalau gitu kita jodohin ajha?! Gimana?"

" tapi si Al kan udah punya pacar...,"

" ya.., suruh putus ajha. Lagian pacarnya Al beda agama kan?. Gimana ma? "

" iya juga sih.., apalagi sebenernya mama juga kurang suka sama si Hanna. Tapi ngomong- ngomong kok tumben papa ngebahas ini? biasanya papa gak peduli sama yang beginian?" Tanya Anita heran.

" eum.., sebenarnya ibu mau jodohin anak kita sama salah satu cucu temen nya. Mangkanya Papa disuruh tanya kamu sekalian bujuk kamu ma.." Jawab Samuel ragu-ragu takut istrinya marah.

" Ya Allah pa.., bilang donk dari tadi.., ya mama mau mau ajha lah.., apalagi mama dah gak tahan banget sama si Hanna."

" Mama beneran gak marah..?"

" Ya Allah pa, ngapain marah? Mama malah seneng. Apalagi tuh, temen temen mama banyak yang udah gendong cucu. Mama juga pengin lah. Padahal anak kita dah ada yang 25 tahun..,"

" beneran ma..? mama gak papa nih, kita jodohin anak kita..?"

" iya.., mama gak papa banget. Yang penting Ali bisa lepas dari Hanna. Jadi.., papa tenang ajha. Biar mama yang bilang ke ibu terus urusin sisanya," jawab Anita tersenyum senang.

Anita bukannya tidak suka anak-anaknya memiliki pacar. Namun hanya saja, Anita tidak suka dengan pacar anak laki-laki pertamanya, Ali. Karena si Hanna atau pacarnya Ali itu terlalu semena-mena dan seenaknya sendiri. Dan yang pasti si Hanna hanya menunjukkan sikap menyebalkannya itu di belakang Ali atau tanpa sepengetahuannya.

###

Keesokan harinya,

Setelah semua anggota keluarga bangun dan menyelesaikan kegiatan pagi mereka. Mereka sarapan bersama di meja makan. Walau terkadang beberapa dari mereka lebih memilih untuk makan di kamar atau tidak makan. Tapi kali ini Anita memaksa semua anaknya untuk datang sarapan bersama.

" besok nenek kalian ulang tahun ..., jangan lupa beli kado!. Terus besok kita ada acara makan malam sama keluarga temen nenek." Ucap Anita semangat kepada anak-anaknya.

" nenek.., nenek mau kado apa?" tanya Naufal dengan gaya ciri khas cerianya.

" nenek mau kado cicit..," Jawab Saffiyyah singkat sambil menikmati sarapannya.

Langsung saja semua yang hadir terkejut mendengar jawaban Shaffiyyah. Bahkan seketika juga atmosfer suasanya nya berubah menjadi kecanggungan.

" Haish.., itu ma namanya kode-kode buat kak Al.. " Sahut Dhani berusaha mencairkan suasana dengan gaya dan pemikirannya sendiri.

Takut kakanya marah, Naufal menimbali perkataan adik bungsunya itu, " kenapa harus kak Ali..? Daniel juga bisa kok.., hehe.., iya kant?!"

Dhaniel yang baru saja datang. Tidak mendengar obrolan mereka sedari tadi dan hanya mendengar namanya di sebut. Langsung marah dan sudah berprasangka buruk terlebih dahulu.

" Ngapain nyebut-nyebut namaku?!"

" Enggak.., salah denger kali.., aku tadi nyebut nama si Dhani kok..," Jawab Naufal mengelak.

" Udah.., udah...., gak usah ribut lagi.,sekarang sarapan aja dulu." Ucap Anita melerai anak-anaknya yang sedang ribut.

Padahal si Ali, tokoh utama yang menjadi perbincangan mereka hanya diam saja tanpa berkutip apapun.

" Daniel, yang papa suruh sudah belum?"

" Eeh.., belum pa. hari ini selesai kok InsyaAllah." Jawab Daniel gugup.

" Papa tunggu...!!"

###

Setelah menyelesaikan Sarapan. Samuel pergi ke kantor untuk menyelesaikan beberapa lagu yang sedang dibuatnya untuk penyanyi barunya. Saffiyyah dan Anita melanjutkan berkebun yang belum mereka selesaikan kemarin. Ghozali yang sedang tidak ada jadwal syuting memilih untuk menghabiskan waktu dikamar menyelesaikan bacaan bukunya yang belum ia selesaikan. Naufal yang sedang libur kuliah memilih untuk ke café miliknya yang ia dirikan bersama teman-temannya. Daniel yang seorang penyanyi langsung menyelesaikan tugas dari papanya yang belum ia selesaikan kemarin. Dan Si bungsu Dhani melanjutkan bermain game nya didalam kamar.

Semakin bertambahnya zaman, waktu berjalan semakin cepat pula.

Sekarang adzan dzuhur telah berkumandang. Diantara mereka semua ada yang langsung mengerjakan sholat tetapi ada juga yang masih fokus dengan kegiatan mereka dan akhirnya membuat mereka menunda sholat.

Sebenarnya di zaman sekarang ini menunda sholat adalah hal biasa. Karena hanya muslim mukmin saja yang menganggapnya penting. Maka selain mereka, yang lain hanya menganggap sholat adalah hal yang sia-sia dan tak penting untuk dilaksanakan. Bahkan mungkin untuk sebagian orang, Sholat adalah yang tak mau mereka bicarakan.

11.30

" Bi..!!" Teriak seorang wanita berusia dua puluhan lebih dengan gaya dandanannya yang mewah, cantik, elegan dan menawan. Ia datang membawa sekotak kue dengan merek terkenal Pand'or.

" Iya non Hanna," Balas mbok Marini yang sudah lama kerja di rumah keluarga Samuel dengan sopan.

" Tante Anita Dimana? " Wanita cantik itu mengajukan pertanyaan dengan nadanya yang kasar

" Di kebun belakang non..,"

" Mau saya panggilkan? Atau mau non Hanna yang datengin?"

" Gak usah mbok! Titip kue ini ajha. Aku buru- buru soalnya" Jawab Hanna dengan kasar dan nada sedikit keras.

Tak lama kemudian, seorang pemuda tampan dengan dandanan rapi yang penuh kharisma dan wibawa turun menelusuri tangga. Berjalan menuju wanita cantik bernama Hanna itu.

" Loh., udah dateng? Padahal tadinya mau aku jemput." Ucap Ghozali dengan penuh perhatian.

" Hehe.., liatin aku bawa kue kesukaan tante. " Hanna mengangkat kotak yang tadi ia bawa untuk ditunjukan ke pacar tersayangnya, Ghozali.

" Allhamdulillah, pasti mama suka. Udah ketemu mama?"

" Belum.., soalnya tante lagi dikamar. Takutnya nganggu."

" Ohh ya udah. Kita berangkat sekarang aja.."

" Iya.., aku laper nih, belum makan siang." Balas Hanna dengan nada manja sambil bergelantungan di tangan kiri Ghozali.

" Loh, ada Hanna rupanya.. mau kemana ini?" Tiba-tiba saja Anita yang baru saja masuk dari kebun belakang menghentikan Ghozali dan pacarnya Hanna.

" eeh tante.., se se lamat siang. " balas Hanna panik.

" ma, aku mau ke mal dulu. Mau cari kado buat Nenek."

" Oh.., githu. Ya sudah silahkan. Dipuas-puasin aja jalan-jalannya. " Jawab Anita sambil tersenyum.

" iya ma. Pamit dulu ya, Assalamualaikum."

" Ya, Waalaikum salam."

" Pamit dulu ya tante," Ucap Hanna sambil tersenyum percaya diri.

" Akhirnya tante Anita luluh juga sama aku," gumamnya dalam hati.

***

Hari makan malam bersama,

Sophia yang telah berdandan cantik menggunakan baju yang dibelikan cucunya, langsung pergi menuju rumah anak tunggalnya Darwis yang berada tak jauh dari rumahnya.

" Assalamualaikum,"

Memasuki rumah berukuran sedang nan sederhana itu, ia melihat Darwis telah bersiap rapi menggunakan atasan kurtah pakistan berwarna hitam dan bawahan light jeans hitam. Juga La'aiba yang juga telah berdandan cantik menggunakan Gamis panjang pink fanta model kimono yang dipadukan dengan kerudung bergo warna hitam juga tas selempang warna hitam satu-satunya yang dia punya.

" Waalaikum salam Warrahmatullahi Wabarakatuh. Loh, ibu kok kesini? Padahal tadi mau Saya jemput."

" Gak papa, Ibu kan suka jalan. Lagian gak jauh."

" tuh kan nenek, mangkanya nenek pindah ke sini ajha. Ya..," Sahut La'aiba mengkhawatirkan neneknya yang sudah tua dan sakit-sakitan tapi tidak mau diajaknya untuk tinggal bersama.

" Enggak usah, nanti nenek malah ngerepotin kamu,"

" Tenang ajha nek.., enggak ngerepotin kok."

" Mas mu mana? Mbak mu juga kok gak kelihatan?"

" Tuh kant nenek malah mengalihkan pembicaraan."

" hehe, Aryan sama Amel mana?"

" Mbak Amel gak ikut nek, ada acara sama pacarnya."

" Huhh.., Astagfirullah. Kalau Aryan mana?" Sophia menghela nafasnya jika mengingat perubahan sikap cucu perempuan pertamanya.

" Assalamualaikum nenek," Aryan yang sudah bersiap dengan kaos putih biasa yang dimasukkan kedalam celana skinny fit jeans dan ditutupi dengan Bomber jaket keluar dari kamar.

" Waalaikum salam.., MasyaAllah cucu ku yang paling ganteng..," Sophia memuji ketampanan Aryan.

" Ya udah sekarang langsung berangkat ajha." Ucap Darwis.

Beberapa saat kemudian, Keluarga Darwis akhirnya telah sampai di Kediaman keluarga teman Sophia yang jaraknya kurang lebih 40 menit dari rumah mereka.

Memasuki sebuah rumah besar tingkat berwarna abu-abu putih yang didesain dengan gaya ala Inggris kuno. Terlihat di depan pintu seorang pelayan yang sudah menunggu mereka sedari tadi.

" Assalamualaikum."

" Waalaikum salam, Silahkan masuk..," Sapa seorang pelayan wanita berusia matang dengan ramah memandu mereka menelusuri rumah besar itu menuju meja makan.

" nek.., bener ini rumahnya?" tanya La'aiba buru-buru kepada neneknya.

" iya.., kamu tenang ajha. InsyaAllah kita gak salah rumah."

" Kalau salah gimana nek..," La'aiba berbisik sambil merangkul tangan neneknya itu.

" Ya.. kalau salah rumah kan tinggal bilang numpang makan.," Jawab Sophia santai menggoda cucu nya itu.

" Nenek..,"

Di awal, mereka melewati foyer ala british yang memiliki pemandangan tradisional pedesaaan inggris kuno, memberikan kesan pertama yang klasik, mewah dan elegan. Setelah melewati zaman victoria, mereka disambut dengan ruang tengah gaya eropa klasik mewah yang dilengkapi kolom bergalur, coffered plafond (panel-panel cekung di langit-langit), atau jendela yang dibingkai dengan detail molding. setelah itu mereka melewati pintu dengan ukuran tinggi yang memiliki daun dobel. Dan barulah mereka sampai di ruang makan gaya klasik dengan sentuhan kayu. Nuansa tradisional yang dimunculkannya membuat desain ruang makan tampak klasik sekaligus hangat. Selain penggunaan bahan kayu, tone di sekelilingnya yang mirip membuat kesan koheren di seluruh sudut ruang tamu. Dan di meja panjang itu berbagai makan telah disiapkan dengan rapi dan cantik.

Safiyyah yang sedari tadi telah menunggu kedatangan mereka, langsung memanggil anak, menantunya serta ke empat cucu tampannya.

Sedangkan Pelayan yang tadi memandu mereka, langsung menawarkan tempat duduk kepada mereka terlebih dahulu dan menyajikan minuman pembuka yang berupa air putih dan teh hitam kayu aro sambil menunggu formasi lengkap untuk memulai makan malam.

Tak lama kemudian, datanglah Safiyyah diikuti anaknya Samuel juga istri dan ke empat anak tampannya. Ghazali, Naufal, Daniel, dan Dhani.

" Yah.., kok tumben sih. Ulang tahun nenek dirayain gini?" tanya Dhani. Anak bungsu Samuel sambil memainkan game dalam hpnya.

" Berhenti main game. Ada banyak tamu itu." Jawab Samuel singkat lalu pergi menyalimi para tamu yang datang dan langsung duduk di meja makan.

" kak liatin, tamunya ada yang cewek tuh. Manis ya..," Sahut Dhani menggoda kakak-kakaknya.

" Halah, cewek terus kerjaannya. " Sahut Naufal mengejek tetapi diam-diam ia juga memperhatikan La'aiba.

Ghozali dan Daniel langsung mengikuti papa mereka menyalami para tamu dan duduk di meja makan.

La'aiba yang diajak saliman para pemuda tampan itu hanya menunduk kecil dan menyatukan tangannya untuk isyarat sopan tidak menerima tangan mereka karena menjaga.

" MasyaAllah Sophia.., akhirnya kita bisa kumpul keluarga kayak gini ya.., "

" Iya Allhamdulillah, dari dulu kita hanya merencanakan. Tapi, sekarang bisa kesampaian juga." Jawab Sophia dengan penuh gembira membalas pelukan yang diberika Saffiyyah.

La'aiba yang masih berdiri dibelakang neneknya tersenyum senang melihat kejadian itu. Ia merasa seperti ia sendiri yang sedang mendapat pelukan itu.

" MasyaAllah.., ini cucu perempuanmu?" Tanya Saffiyyah melihat seorang gadis berkerudung hitam di belakang Sophia yang tersenyum hangat kepadanya.

" Iya.., ini cucu terakhirku." Sophia menarik La'aiba dan mengajaknya berkenalan dengan Saffiyyah.

" MasyaAllah, Manis banget ya. Siapa namanya?" Saffiyyah menaruh tangannya dipundak La'aiba, setengah memeluk.

" La'aiba nek." La'aiba menjawabnya dengan sopan.

" Nama yang unik, nenek gak pernah dengar sebelumnya. La'aiba.., apa artinya? "

La'aiba tersenyum tersipu malu, " Kata mama, La'aiba itu nama Bidadari yang diciptakan langsung sama Allah swt tanpa perantara."

" MasyaAllah.., pantas saja kamu manis, cantik dan lembut begini."

Perkatan Saffiyyah itu membuat La'aiba semakin malu. Karena sebelumnya ia tidak pernah di puji seperti itu.

Saffiyyah menggandeng lengan La'aiba dan mengajaknya duduk di dekatnya.

Didalam hati dan pikiran La'aiba saat ini adalah perasaan senang dan hangat yang meliputi dirinya. Ia sangat-sangat senang sampai-sampai ia lupa tentang perkatan papanya kemarin tentang perjodohan dengan cucu teman neneknya.

Sampai saat Saffiyyah memperkenalkan keluarganya satu persatu kepada La'aiba. Seakan La'aiba lah bintang utama hari ini.

" La'aiba kenalkan, ini anak nenek yang kedua, namanya Samuel. Panggil ajha Paman Samuel. Anak nenek yang pertama sekarang lagi diluar negri makanya tidak bisa hadir. Nanti kalau sudah pulang, nenek akan kenalkan ke kamu."

La'aiba membalas perkataan Safiyyah dengan senyemuan dan terus mengangguk kan kepalanya.

" Di samping nya itu menantunya nenek, panggil ajha Tante Anita. Tante Anita itu aktris lo.., La'aiba dah pernah lihat belum di tv?"

" Iya.., dulu waktu masih kecil sering lihat," La'aiba kembali menjawab dengan suara rendah dan tersipu malu.

" gimana..? tante cantik dulu atau sekarang?" tanya Anita menggoda La'aiba.

Dengan polosnya La'aiba menjawab " Cantik yang sekarang..,"

" Berarti dulu tante gak cantik? " Anita lanjut menggoda La'aiba.

" ca.. ca.. cantik juga.., "

Melihat La'aiba yang tampak gugup Anita tersenyum dan menenangkannya. " Haha.., makasih La'aiba. La'aiba juga cantik. Dari dulu sampai sekarang."

Spontan La'aiba membalas ucapan itu dengan perkataan terima kasih, namun beberapa saat kemudian ia sadar bahwa ada sebuah pertanyaan yang seharusnya dipertanyakan.

" Emang tante pernah ketemu aku ya dulu?" Gumamnya dalam hati dan pikirannya.

" Haha.., kita lanjutin ya.., yang sekarang lagi fokus main hp itu namanya Dhani. Itu cucu bungsu nenek. "

" Dhani..! taruh hpnya! "

" eh., iya pa." Dhani menaruh hp nya dan tersenyum canggung kearah nenek yang sedang memperkenalkan dirinya kepada La'aiba.

Seperti biasa La'aiba hanya membalasnya dengan senyuman dan anggukan.

" di sampingnya itu namanya Daniel. Kakaknya Dhani pas. Dia penyanyi. La'aiba tau gak? Apa pernah lihat di tv atau media social mungkin? " Tanya Saffiyyah.

Karena merasa tidak pernah lihat, La'aiba merasa tidak enak hati dan akhirnya ia meminta maaf. " Maaf nek, La'aiba gak punya social media. Jadinya kurang tau. Tapi kalau tv punya kok. Mungkin pernah lihat tapi Aiba lupa. Maaf nek..,"

Perkataannya yang membuat semua orang terkejut, Juga wajah menyesal La'aiba yang terlihat sangatlah lucu itu membuat semua orang mengalihkan pandangan mereka ke La'aiba dan tertawa. Walau beberapa dari mereka menyebunyikan ketertarikan itu.

" Haha..., gak papa.., gak papa, kalau gitu kita lanjutin ya, lihat itu yang kelihatan paling tinggi?"

" iya nek,"

" yang itu namanya Naufal. Dia paling pinter dari yang lain. Haha. Bentar lagi dia lulus S2 nya. Gimana? Tampan gak? "

" iya nek." La'aiba tersenyum canggung ke arah Naufal. Naufal membalas senyuman itu dengan anggukan wajah datar saja.

" yang terakhir ini cucu laki-laki pertama nenek. Namanya Ghozali. Paling tampan diantara semuanya. Gimana bener gak? haha"

" ah, hehe iya nek." La'aiba kembali tersenyum ke arah Ghozali. Dan Ghozali juga membalas senyuman itu dengan sopan.

Setelah menyelesaikan perkenalan itu. Akhirnya mereka memulai makan. Ditengah makan, La'aiba merasa ingin mengeluarkan hajatnya. Maka ia meminta izin untuk pergi ke kamar mandi. Dan Anita menyuruh salah seorang pelayan mengantarnya ke kamar mandi.

" Ibu.., selamat ulang tahun. Ini kue yang aku bikin sendiri." Terlihat seorang pelayan yang membawa sebuah kue bertingkat dua yang bertuliskan 'Happy birthday nenek' dengan buah stroberry besar disekitarnya.

" Benarkah..? MasyaAllah.." Shoffiyyah tersenyum senang dan kagum. Karena ia tau bahwa Anita pasti sangat bekerja keras untuk membuat kue itu sendiri.

" Nenek, ini dari Dhani. " Dhani membuka kain penutup dan terlihat lah sebuah kursi pijat merk Rovos R775W warna coklat yang mungkin memiliki harga yang cukup mahal.

" MasyaAllah.., pas sekali. Nenek kemarin lihat itu di tv. Sebenarnya nenek mau beli, tapi ternyata sudah dibelikan cucu nenek. Terimakasih Dhani." Saffiyyah memeluk cucu bungsunya itu dan menciumi keningnya.

Dhani membalas pelukan itu dan tersenyum senang.

Tak lama kemudian terdengar lah nada nada indah yang berasal dari tekanan-tekanan piano yang tak jauh dari ruang makan itu. Seluruh yang hadir mencari asal suara itu dan menemukan Samuel sedang fokus bermain piano. Disampingnya ada Daniel yang sedang berdiri dan sudah siap bernyanyi.

Cinta seorang ibu adalah segalanya untuk kami.

Seorang ibu yang selalu menutupi kelemahannya.

Selalu mengatakan dirirnya baik-baik saja,

Selalu memberikan yang terbaik untuk kami.

Selalu memberikan segala.

Cinta yang tak pernah pudar,

Cinta ibu yang selalu didambakan semua orang.

Saffiyyah yang mendengar setiap lyric yang diucapkan Daniel. Merasa sangat tersentuh dan bahagia. Air matanya mengalir dengan sendirinya. Membasahi pipi putih nya yang telah mulai menggerut. Tak hanya Saffiyyah, tanpa sadar Anita juga meneteskan air matanya. Melihat anak nya bernyanyi itu, sesekali ia menatapnya dengan tatapan yang mendalam. Juga lirik menyentuh yang di ucapkan Daniel.

***

Di kamar mandi,

La'aiba yang saat itu sedang menuju ke kamar mandi ditemani seorang pelayan. Sekilas mendengar perbincangan beberapa pelayan muda yang berada tak jauh darinya dan sedang memandanginya.

" eh.., eh.., katanya itu gadis yang mau dijodohin sama Ali..,"

" eh.. masak? Jelek kayak githu..!! cantikan juga Hanna kant ya..?!"

" iya mangkanya, kasihan Hanna. Disuruh putus sama Ali cuman gara gara gadis kaya githu."

" Sama aku juga cantikan aku. Iya kant."

" Pasti dia pakai pelet deh. Buat peletin keluarga ini nih..,"

" aduh.., kasihan banget sih."

La'aiba pura-pura tidak dengar dan tetap berjalan dibelakan seorang pelayan yang tadi ditunjuk untuk mengantarnya ke kamar mandi.

" Sudah sampai non."

" Ahh, terima kasih bu." La'aiba tersenyum sopan membalas pelayan itu.

" Gak papa..., maaf ya non, perkataan dua pelayan yang tadi."

" iya..? eh gak papa bi." La'aiba masih tersenyum.

" tenang aja non, mereka cuman pelayan sementara. Malah kalau menurut bibi non ini jauh lebih baik dari pacarnya den Ghozali sekarang."

" eh, enggak kok bi. La'aiba emang masih banyak kurang. Sebenarnya La'aiba juga nyadar kok kalau Aiba gak cocok sama kak Ali."

" loh non juga sudah tau kalau mau dijodohin?"

" cuman tau saja bi. Tapi gak tau mau dijodohin sama siapa?"

" terus non mau? "

" iya bi, yang penting nenek sama papa senang. Kalau yang pilihkan orang tua bukannya itu yang terbaik bi? Entah nanti hasilnya gimana." Jelas La'aiba dengan lembut dan tersenyum.

" ya sudah, silahkan non. Saya tak ke sana lagi."

" eum, makasih bi." La'aiba memandangi kepergian bibi itu dan masuk ke dalam pintu kamar mandi yang ada di depannya.

Melepas kerudung hitam yang dikenakannya. Menatap wajahnya di kaca. Membasuh sedikit demi sedikit wajahnya dengan air. Memandangi nya dalam-dalam. La'aiba mengucapkan istighfar dalam hatinya. Ia beristighfar karena teringat perkataan mamanya. Perkataan yang selalu menyuruhnya untuk tulus dan ikhlas. Ia sadar, sebenarnya setelah mendengar perkatan dua pelayan tadi. Ia menjadi sedikit kesal. Namun sesaat setelah bibi tadi mengatakan bahwa mereka berdua hanya pelayan sesaat. Ia memiliki sebuah pemikiran kotor. Ia senang jika memang benar ia pada akhirnya akan dinikahkan dengan salah satu pemuda yang ia lihat. Ia tidak perlu bertemu dengan dua pelayan itu dan terlebih ia memiliki seorang bibi, nenek, juga tante Anita yang menyukainya. Dalam hati terdalamnya ia sangat menyesal. Ia berdoa kepada Sang Penguasa Hati, agar menjauhkannya dari perasaan perasaan kotor seperti itu.

Selain itu, dari situ ia sadar bahwa senyum yang ia keluarkan itu bukan lah senyum ketulusan. Ia merasa munafik pada dirinya sendiri. Bagaimana mungkin ia menyukai nenek Saffiyyah yang memujinya. Tapi ia malah membenci dua pelayan yang mengatakan buruk tentangnya.. La'aiba merasa buruk atas dirinya sendiri. Ia sangat ingin pulang sekarang. ia ingin minta maaf kepada Allah swt melalui dua rakaatnya.

Setelah menghabiskan beberapa menit termenung di kamar mandi, La'aiba keluar dengan matanya yang sedikit terlihat sembab. Ia sudah berusaha menutupi matanya itu. Tapi tetap saja bekas itu masih terlihat.

La'aiba berjalan menuju ruang makan yang sudah terdengar ramai. Ia tidak tau keramaian itu tentang apa. Tapi keramaian itu terdengar jelas seperti suara orang yang sedang bernyanyi dan suara nada nada piano yang mengiringinya.

Nyanyian selesai. Seluruh yang hadir memberikan senyuman hangat dan tepuk tangan mereka.

" MasyaAllah..," Saffiyyah memeluk Daniel hangat dan mencium keningnya. Juga Samuel yang berada di belakang Daniel.

Saat itu, mereka merasa malam itu adalah malam yang sangat membahagiakan. Seakan semua beban di pundak mereka terlepas.

" nek.., Naufal juga punya kado buat nenek." Naufal maju dengan membawa kotak persegi panjang berwarna hitam gold.

" Apa ini? coba nenek buka." Saffiyyah membuka kotak hitam itu. Dan terlihatlah sebuah kacamata merk Channel yang sangat ia inginkan sejak kemarin.

" MasyaAllah..,pas banget kemarin kacamata nenek rusak. Makasih ya Naufal." Seperti biasa, ia memeluk dan mencium cucunya itu.

La'aiba yang baru saja datang langsung tersenyum melihat kejadian itu. Mendapatkan sebuah hadiah yang dibutuhkan. Bukankah itu membahagiakan? Walau sebenarnya terlepas hadiah itu sesuatu yang dibutuhkan atau tidak, bukankah itu juga membahagiakan..?

Sesaat ia langsung menyadarkan lamunannya dan mengambil tote bag warna pink yang ia bawa dan memberikannya kepada nenek Saffiyyah itu.

" eum, Nenek.., La'aiba juga punya Hadiah. Tadi kada nenek Aiba, nenek ulang tahun jadi La'aiba bawakan sedikit hadiah."

" MasyaAllah.., terima kasih Aiba." Saffiyyah tersenyum senang dan mengeluarkan hadiah itu.

Sweater Rajut warna Coklat.

" Ini kamu bikin sendiri?"

" I.. iya nek. Maaf kalau jelek."

" kenapa jelek? Ini malah bagus sekali. Nenek suka sekali, terimakasih La'aiba."

La'aiba tersenyum senang melihat Saffiyyah senang menerima hadiahnya.

" Kak Al.., mana kado buat nenek? " Kata Anita

" Eum.., maaf nek. Sebenarnya Ali udah cari. Tapi Ali bingung mau kasih nenek apa.. Jadi nenek bilang apa nanti Ali turutin. Maaf ya nek.."

Ghozali merasa sangat bersalah melihat dirinya sendiri yang belum memberikan kado kepada nenek nya. Sebenarnya Ghozali sudah berkeliling mal untuk mencari. Tapi ia tidak mendapat jawaban, karena ia pikir neneknya sudah memiliki semua barang yang ingin ia berikan untuk neneknya. Terlebih ia mengalah kepada adik-adiknya. Karena semua kado adik-adiknya itu ia yang memberikan ide.

" Kalau githu nenek mau kamu nikah sama La'aiba."

" Iya.., hah..? "

Bukan hanya Ghozali saja yang terkejut. Tapi Naufal, Daniel, Dhani dan Aryan pun sangat terkejut mendengar perkataan itu. Ia merasa seperti semua ini sudah direncanakan.

###

Next chapter