2 PERTAMA KALINYA

"Nay, ini air dan handuknya." ucap Zanna sambil membawa sebaskom air dan handuk kecil di tangannya.

"Hm..bawa sini Zan." ucap Nayla sambil menerima baskom yang sudah berisi air, dengan handuk kecil yang masih kering.

"Nay, aku tinggal ke depan dulu ya, mau menjelaskan pada Pak RT saat kejadian tadi, orangnya sekarang ada di luar." ucap Zanna pada Nayla kemudian berjalan keluar kamar.

Nayla yang sedikit canggung masih duduk di tempatnya.

Dengan menghela nafas panjang, Nayla memasukkan handuk dalam baskom yang berisi air.

Setelah membasahi handuk yang di pegangnya, Nayla mulai membersihkan kening Ardian yang berdarah, darah yang sedikit kering agak susah di bersihkan selain harus menekannya sedikit.

Mungkin karena terasa sakit, Ardian yang baru tersadar dengan reflek menahan tangan Nayla yang masih berada di keningnya.

"Auhhh." rintih Ardian sambil memegang tangan Nayla yang masih menekan keningnya.

Karena rasa terkejut, Nayla menepis tangan Ardiaan dengan sedikit keras.

"Emm maaf pak, saya tidak sengaja sungguh." ucap Nayla dengan gugup, karena dengan tidak sopan telah menepis kasar tangan seorang Pak Lurah yang harusnya di hormati.

"Kenapa kamu ada di sini? di kamarku?" tanya Ardian pelan seraya berusaha duduk bersandar.

Nayla bingung harus menjawabnya atau tidak, kalaupun akan menjelaskannya Nayla tidak tahu harus dari mana dia menjelaskannya, jika dia tidak menjawab takutnya Ardian akan berpikir yang tidak-tidak.

"Begini Pak, sebelumnya saya minta maaf, tadi Zanna dan saya tidak sengaja telah menabrak bapak, dan untuk menebus kesalahan itu kita membawa dan merawat bapak." jelas Nayla dengan wajah tertunduk, sambil mengumpat kenapa Zanna belum datang juga.

Ardian mendengarkan cerita Nayla dengan serius, walaupun dia tahu kesalahan terjadi karena Zanna, Ardian sama sekali tidak marah pada Nayla atau pada Zanna.

"Jadi selama saya masih sakit, kalian berdua yang bertanggung jawab menjagaku, begitu maksudnya kan?" tanya Ardian dengan suara basnya.

"Em, bukan pak..maksud saya hanya hari ini saja dan itu harusnya Zanna yang melakukannya, bukan saya." ucap Nayla berusaha menjelaskan apa yang di katakannya.

"Sekarang Zanna ada di mana?" tanya Ardian dengan sabar.

"Itulah pak, tadi Zanna pamit sebentar mau menjelaskan semuanya pada pak RT namun sampai sekarang belum kembali Pak." jawab Nayla mulai kesal sama Zanna.

"Baiklah, sekarang saya mau tanya siapa yang akan merawat saya hari ini?" tanya Ardian tersenyum dalam hati.

"Em, bagaimana ya pak, masalahnya yang tadi menabrak bapak bukan saya, tapi Zanna." ucap Nayla menolak karena merasa tidak bersalah.

"Baiklah aku tidak bisa memaksamu untuk merawatku, walaupun saya membutuhkannya untuk hari ini saja karena Bik Umma akan pulang melihat anaknya yang sakit." ucap Ardian sambil memijat pergelangan tangannya yang sebelah kanan.

"Kenapa dengan pergelangan tangan bapak?" tanya Nayla saat melihat Ardian meringis sambil memijat pergelangannya.

"Mungkin terkilir saat tertabrak tadi." jawab Ardian pelan sambil mencoba menggerakkan tangannya.

Melihat Ardian yang terluka karena Zanna, Nayla jadi tidak tega.

"Sebentar ya pak, saya akan menelpon Zanna dulu." ucap Nayla sambil mengambil ponselnya dari dalam tasnya, dan segera menelepon Zanna.

Namun berulang-ulang Nayla menekan tombol panggilan sama sekali tidak bisa terhubung.

"Emm sepertinya, ponsel Zanna tidak aktif pak." ucap Nayla dengan perasaan gelisah.

Ardian terdiam sejenak, kemudian menatap wajah Nayla yang terlihat ketakutan.

"Apa kamu takut?" tanya Ardian penuh perhatian.

Nayla mengangguk pelan.

"Saya sebenarnya baru balik dari kota, saya putri Pak Sasongko dan tadi Zanna yang menjemput saya, jadi sampai siang ini saya belum menemui keluarga saya." jelas Nayla sambil menggenggam ponselnya erat.

"Baiklah, kamu bisa pulang, bilang sama Zanna lain kali kalau menyetir harus hati-hati." ucap Ardian yang merasa kasihan sama Nayla.

"Masalahnya Pak saya lupa dengan jalan ke rumah saya, perubahannya selama tiga tahun begitu sangat pesat." jelas Nayla lagi merasa tidak enak dengan kebaikan Ardian.

"Baiklah, aku akan mengantarmu." ucap Ardian walau keadaannya yang kurang sehat karena kepalanya yang terbentur dan pergelangan tangannya yang terkilir.

Dengan menahan rasa pusing di kepalanya, Ardian bangun dan turun dari ranjangnya, namun saat Ardian mau berdiri kepalanya seakan berputar dan tubuhnya limbung dan hampir terjatuh jika saja tidak pegangi oleh Nayla.

Melihat keadaan Ardian yang tidak memungkinkan untuk bisa berdiri, Nayla membantu Ardian agar berbaring lagi ke tempat tidur.

"Baiknya bapak berbaring dulu, mungkin bapak merasakan pusing karena kepala bapak terluka." ucap Nayla sambil membetulkan selimut Ardian.

Ardian memejamkan matanya sejenak untuk merilekskan rasa pusingnya.

"Aku minta maaf tidak bisa mengantarmu pulang, jika kamu mau akan menelpon pak RT untuk menjemputmu." ucap Ardian yang tak ingin menyusahkan Nayla.

"Benarkah pak?" tanya Nayla tak percaya, sungguh Ardian seorang yang baik hati dan terlihat sabar sekali.

"Ya tentu saja." jawab Ardian seraya hendak menelpon pak RT.

Hati Nayla tidak tega saat melihat Ardian yang kesulitan saat mau menekan tombol panggilan, karena pergelangan tangannya tidak bisa di gerakkan dan terlihat dengan jelas kalau membengkak.

"Emm Pak, baiknya bapak istirahat saja, biar saya yang akan menjaga bapak, semoga sebelum malam bapak sudah baikan." ucap Nayla mengambil keputusan yang menurutnya benar karena Ardian terlihat sangat baik orangnya.

"Lalu bagaimana dengan keluargamu? pasti mereka sekarang menunggumu?" ucap Ardian merasa tidak enak.

"Tidak apa-apa, biar saya mengirim pesan pada mereka." ucap Nayla.

"Apa biar saya yang bicara pada orangtuamu." ucap Ardian merasa bertanggung jawab karena telah menyita waktu Nayla.

"Jangan pak, nanti masalahnya jadi rumit, jika orang tua saya tahu, sekarang baiknya bapak istirahat biar cepat pulih." ucap Nayla melihat Ardian yang semakin pucat.

"Em, siapa namamu?" tanya Ardian yang tidak merasa nyaman di panggil dengan sebuah bapak.

"Saya Nayla pak." jawab Nayla singkat.

"Baiklah Nayla, karena aku sudah tahu namamu kamu bisa panggil aku Ardian saja." ucap Ardian sambil menahan sakit di pergelangan tangannya.

"Nay, bisa aku minta tolong untuk menelpon seseorang agar bisa datang kemari untuk memijatku, pergelangan tanganku sepertinya terkilir." ucap Ardian sambil memberikan ponselnya dengan tangan kirinya.

Nayla menerima ponsel Ardian dengan sedikit gugup.

"Kamu bisa cari di kontak namanya Mak Jum pijat." ucap Ardian menatap wajah Nayla yang terlihat ragu-ragu untuk membuka ponselnya.

"Ponselnya terkunci pak." ucap Nayla yang tidak bisa memanggil nama Ardian saja.

Wajah Ardian sedikit rumit saat Nayla meminta kode ponselnya.

"Berapa pak kodenya?" tanya Nayla menatap wajah Ardian.

"070296." jawab Ardian menatap Nayla ingin tahu reaksi wajah Nayla.

Nayla terdiam sejenak, saat mendengar kode yang di berikan Ardian kepadanya.

"Kode angkanya kenapa sama dengan tanggal kelahiranku ya?" tanya Nayla dalam hati.

"Webnovel kontrak"

avataravatar
Next chapter