7 MERASA TERSISIH

"Aku mencintaimu Nayla, sangat mencintaimu, aku berharap suatu saat nanti kamu bisa melihat betapa besar cintaku padamu." ucap Ardian dengan suara pelan.

Tiba di rumah Nayla hampir tengah malam.

Ardian melihat Nayla sudah terlelap dengan sangat pulas, tak tega Ardian untuk membangunkannya.

Ardian keluar dari mobil sedikit terhuyung berjalan ke arah pintu rumah Nayla dengan menahan rasa sakit dan lemas pada tubuhnya.

Berlahan Ardian mengetuk pintu dengan pelan, dengan beberapa kali ketukan nampak Pak Sasongko keluar dengan mata sedikit terpejam.

"Pak Lurah? malam-malam begini kemari, apa ada hal penting pak?" tanya Sasongko dengan panik.

"Begini Pak, saya mengantar Nayla dia sedang tidur di dalam mobil saya sekarang." ucap Ardian mencoba mencari alasan yang tepat.

"Kenapa anak saya sampai tertidur di mobil Pak Lurah?" tanya Sasongko lagi dengan heran.

Karena Ardian tak bisa berbohong, dengan menahan sakitnya, Ardian menceritakan semuanya dari awal Nayla datang bersama Zanna dan menabraknya sampai Nayla yang merawatnya di rumah sakit hingga minta ijin pulang tapi tidak ada yang mengantar.

Pak Sasongko berkali-kali menghela nafasnya.

"Jadi Pak Lurah harusnya masih di rumah sakit, dan demi anak saya Pak Lurah sampai keluar dari rumah sakit tanpa pamit." ucap Sasongko terharu.

"Tidak juga Pak, saya hanya berterimakasih pada Nayla karena telah menjaga saya seharian baik di rumah dan di rumah sakit." ucap Ardian sambil berpegangan pada pintu.

"Maaf sekali Pak Lurah sekarang Nayla yang merepotkan Pak Lurah." ucap Sasongko dengan perasaan yang tidak enak.

"Emm, boleh saya membawa masuk Nayla Pak? Nayla masih tertidur di dalam mobil." ucap Ardian seraya kembali ke mobil dan mengangkat Nayla dengan tenaga yang masih tersisa.

Setelah membaringkan Nayla di tempat tidurnya, Ardian keluar kamar kembali menemui Sasongko.

"Pak Sasongko karena tugas saya sudah selesai saya mau permisi untuk kembali ke rumah sakit." ucap Ardian dengan wajah yang semakin pucat.

"Pak Lurah sepertinya keadaan Pak Lurah kurang begitu baik, sebaiknya Pak Lurah beristirahat malam ini di rumah kami, tapi ya memang keadaan rumah seperti ini, tidak seperti di rumah Pak Lurah yang besar dan megah." ucap Sasongko.

Ardian terdiam sejenak menatap ke dalam mata Sasongko.

"Apa nanti tidak merepotkan Pak Sasongko?" tanya Ardian yang memang benar-benar dalam keadaan sangat kemas.

"Tidak Pak Lurah, malah saya merasa terhormat Pak Lurah sudi singgah di rumah kami." ucap Sasongko dengan bahagia.

"Jangan panggil saya Lurah pak, cukup panggil saya Ardian saja, saya lebih muda dari Pak Sasongko." ucap Ardian yang sama sekali tidak nyaman jika di panggil dengan sebutan Pak Lurah.

"Baiklah Nak Ardian, lebih baik sekarang istirahatlah di kamar tamu Nak." ucap Sasongko dengan sangat ramah dan bahagia.

"Trimakasih Pak." ucap Ardian sambil mengikuti Sasongko yang menunjukkan kamar tamunya.

Sampai di depan kamar Ardian mengucapkan terimakasih pada Sasongko.

Ardian masuk ke dalam kamar, kemudian berbaring dengan tubuh yang terasa sakit semua.

"Ya Tuhan, sampai kapan aku bisa bertahan dengan rasa sakit ini." gumam Ardian sambil memejamkan matanya.

Dengan berdoa dalam hati, Ardian mencoba untuk bisa tidur tanpa meminum obat yang biasanya di minum jika di rumah.

***

"Nayla bangun, ayo cepat!! apa kamu tidak malu ada Nak Ardian bangun siang seperti ini!" ucap Bundanya sambil menarik selimutnya dengan kasar.

Dengan setengah terpejam Nayla duduk bersila menghadap Bundanya.

"Siapa yang tadi Bunda bilang, aku tidak dengar Bun." ucap Nayla sambil mengusap kedua matanya.

"Ada Nak Ardian yang subuh sudah bangun, kamu malah jam segini baru bangun, apa kamu tidak malu Nay?" tanya Bunda Nayla sembari menata tempat tidur Nayla.

"Appaa??? Pak Ardian ada sini??? ohh no, apa Bunda tidak kuatir dengan suara tetangga jika tahu Pak Ardian ada di sini?" ucap Nayla sedikit gusar.

"Ya tidak apa-apa, kalau tetangga tanya-tanya sekalian saja Bunda jawab kalau Nak Ardian calon mantu Bunda." ucap Bunda Nayla hendak keluar kamar, namun sebelum keluar masih sempat menyuruh Nayla.

"Cepat mandi, dan bantu Bunda memasak di dapur." gerutu Bunda Nayla membuka pintu dan keluar kamar.

Setelah mandi, dan membantu memasak di dapur, Nayla mencari Ayahnya untuk mengajaknya sarapan pagi.

"Ayah di panggil Bunda, waktunya sarapan pagi." ucap Nayla tanpa melihat Ardian yang sedang duduk bersama Ayahnya.

"Nayla yang sopan, di sini ada Nak Ardian yang sudah membantumu pulang, belum lagi dalam keadaan sakit masih menggendongmu ke kamar karena kamu ketiduran." ucap Sasongko pada putri semata wayangnya.

Nayla melirik ke Ardian yang hanya duduk diam menatap Nayla yang terlihat marah.

"Tidak apa-apa Pak, dan lagi saya juga mau permisi pulang, saya harus kembali ke rumah sakit untuk cuci darah lagi." ucap Ardian seraya berdiri dari duduknya.

"Ehhh, mau kemana Nak Ardian?" tanya Bunda Nayla datang dari arah dapur dengan tergopoh-gopoh.

"Nak Ardian mau pulang Bunda." kata Sasongko.

"Tidak Nak, Bunda sudah memasak banyak hari pagi ini, Nak Ardian harus sarapan dulu." ucap Bunda Nayla yang tidak bisa di tolak Ardian.

"Nayla siapkan makanannya di atas meja, Nak Ardian mau sarapan Nay." perintah Bunda Nayla yang tak bisa di tolak juga oleh Nayla.

"Ini hari terburukku yang kedua, kenapa tiap kali ada Pak Ardian hidupku selalu menderita, sekarang Ayah Bunda saja tidak merindukanku, padahal aku anaknya." gerutu Nayla dalam hati sambil menyiapkan makanannya di atas meja.

"Sudah siap belum Nay?" tanya Bunda Nayla sambil memegang lengan Ardian agar duduk di kursi di meja makan.

"Nayla kamu duduk di samping Nak Ardian ya." ucap Bunda Nayla duduk di samping Sasongko.

Dengan wajah suram, Nayla menuruti perkataan Bundanya, ikut duduk di samping Ardian.

"Silahkan Nak Ardian, piringnya berikan ke Nayla saja, biar Nayla yang mengambilkan." ucap Bunda Nayla tersenyum ramah.

Dengan gerakan kasar, Nayla menerima piring dari Ardian, dan mengambil nasi yang cukup banyak, kemudian ikan ayam, sayur bening dan sambal, karena kesal Nayla memberi sambal yang cukup banyak di piring Ardian.

"Nih," ucap Nayla yang kesal dengan sikap Ayah Bundanya tapi Ardian yang kena getahnya.

"Terimakasih Nay." ucap Ardian tersenyum dan bersabar hati.

"Di habiskan ya Nak Ardian." ucap Bunda Nayla dengan perasaan hati senang.

Ardian melihat sambal yang menutupi semua nasinya jadi kesulitan untuk memakannya, Ardian punya riwayat gagal ginjal yang tidak boleh makan pedas, dan sekarang apa yang di makannya tertutup dengan sambal yang banyak.

Dengan hati sabar, Ardian memakan apa yang di ambilkan Nayla untuknya.

Nayla tersenyum dalam hati.

"Rasain, memang enak makan sambal segitu banyaknya." ucap Nayla dalam hati.

"Webnovel kontrak"

avataravatar
Next chapter