2 2. Skandal

Clarissa sudah beberapa hari ini menginap di hotel karena apartemennya sedang direnovasi. Sesampainya di kamar usai menemui Rega, ia langsung menegak sebotol air putih. Tenggorokannya masih terasa panas. Dan kini, panas itu menjalar ke seluruh tubuhnya.

"Ah, sial! Sudah tahu aku enggak suka minum minuman seperti itu. Kenapa aku nekat minum tadi?" Clarissa mengumpati kebodohannya sendiri.

Clarissa mengambil remot AC dari atas nakas kecil di samping ranjang dan membuat udara di kamarnya menjadi lebih dingin lagi. Kemudian ia mengganti bajunya dengan kimono sutra berwarna ungu. Barulah ia merebahkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia tidak kuat jika terus terbangun karena kepalanya mulai terasa pusing. Ia pun memejamkan mata.

"Minum sedikit saja rasanya aku sudah mabuk," gumamnya. Kemudian terlelap. Dan saat matanya membuka, suara ketukan pintu berlomba-lomba mengusik gendang telinganya.

Rasanya Clarissa belum puas tertidur. Ia melirik ke arah jam di atas nakas. Rupanya, belum satu jam semenjak ia tertidur tadi. Lalu siapa orang yang mengganggu tidurnya malam-malam begini? Sepertinya, mereka tidak hanya satu atau dua orang saja.

Dengan perasaan heran, Clarissa pun beranjak dari ranjang. Ia merapikan kimononya yang terbuka dan rambutnya yang acak-acakan. Barulah ia melangkahkan kaki mendekati sumber suara itu. Ia pun membuka pintu dan dikejutkan dengan kedatangan beberapa wartawan yang menembakkannya dengan beberapa pertanyaan.

"Ada hubungan apa Anda dengan Rega Adair?"

"Apa kalian berselingkuh?"

"Selingkuh apa?" tanya Clarissa kesulitan mencerna pertanyaan-pertanyaan para wartawan. Ia tidak mengerti kenapa para wartawan itu tiba-tiba melontarkan tuduhan buruk seperti itu.

"Aku enggak ada hubungan apa pun sama Rega. Apalagi, dia, kan, sudah beristri," jawab Clarissa menegaskan.

"Kami melihat Rega Adair keluar dari kamar ini tadi. Jadi, sudah berapa lama kalian melakukan pertemuan sembunyi-sembunyi seperti ini?" Seorang wartawan menambahkan pertanyaan lain.

"Ha?" Clarissa tersentak. "Itu enggak mungkin!" Clarissa sendirian di kamar semenjak tadi. Ia juga sudah mengunci pintunya dengan baik. Jadi, tidak mungkin Rega bisa keluar dari kamarnya tanpa bisa masuk seperti yang dikatakan para wartawan itu.

Clarissa yakin para wartawan itu sedang mengada-ngada dan hanya ingin menjatuhkan nama baiknya.

"Pergilah kalian! Jangan coba-coba menyebarkan berita bohong! Atau aku akan menuntut kalian atas pencemaran nama baik!" ancam Clarissa merasa geram. Kemudian ia memasuki kamar dan menutup pintunya. Ia mengunci dengan baik sehingga para wartawan itu tidak akan bisa masuk meski mereka memaksa.

Suara ketukan pintu masih membabi buta. Clarissa berusaha untuk tidak peduli. Sayangnya, ia tidak bisa melanjutkan tidur tenangnya sebelum mereka semua pergi. Dan bahkan, ia mungkin tidak akan bisa keluar dari kamar.

Beberapa saat kemudian, ponsel Clarissa berdering. Ia pun mengambil ponsel yang ia letakkan di atas nakas. Kemudian menerima panggilan dari manajernya.

Bola mata Clarissa membulat penuh usai mendengarkan ucapan sang manajer dari balik telepon.

"Itu enggak mungkin," sahut Clarissa tidak percaya dengan kabar yang diceritakan sang manajer. Ia pun membuka google di ponselnya. Kemudian mengetikkan namanya, Clarissa Aurelia Fransiska. Beberapa berita panas muncul di barisan awal.

"Skandal perselingkuhan Clarissa dan Rega."

Clarissa membuka berita itu. Ada sebuah foto yang menampilkan wajah Rega keluar dari pintu kamarnya yang membuktikan skandal perselingkuhan tersebut.

Tangan Clarissa bergetar. Kepalanya terus bergeleng. "Bagaimana Rega bisa masuk ke kamarku? Aku sudah menguncinya dengan baik. Foto itu pasti rekayasa." Clarissa berusaha meyakinkan sang manajer.

"Belum ada yang tahu bagaimana kebenarannya. Jadi, tetaplah di kamar. Aku akan menjemputmu keluar," kata manajer Clarissa sebelum memutuskan sambungan telepon.

Clarissa mengangguk setuju. "Baiklah," katanya. Kemudian mengembuskan napas berat. Entah, bagaimana skandal seburuk ini bisa menimpanya.

-oOo-

avataravatar
Next chapter