webnovel

[ The New Photographer ]

Kalau bukan karena bujuk rayu Tante Sarah, Tristan's coolest aunty, cowok itu nggak akan mau berdiri panas - panasan dengan kameranya di bawah terik matahari jalanan Hongkong yang selalu padat itu.

"C'mon Tris, Tante needs you to be the photographer for this edition." Bagaimana Tristan bisa menolak kalau si Tante mengiming - imingi kartu kreditnya boleh dipakai Tristan untuk beli diamond dan segala skin ber-gear langka untuk karakter game-nya?

Bukannya Tristan nggak bisa beli sendiri, tapi kalau dibeliin ya dia juga nggak nolak. Apalagi dia butuh alasan untuk menjauh dari rumah for a moment, jadi. . Tawaran Tante Sarah untuk menjadi fotografer dadakan fashion brand-nya is a win - win solution bukan?

Tristan melirik jam tangan di pergelangan kirinya. Sedikit menyesal tidak mengiyakan ucapan Tante Sarah yang menyuruhnya untuk tinggal di hotel yang sama dengan seluruh kru yang terlibat untuk pemotretan kali ini. Alhasil, Tristan yang datang lebih awal harus menunggu beberapa saat sampai rombongan Tantenya itu datang.

"Keponakan kesayangan Tanteeee!!!" Tristan menoleh kearah sumber suara.

"Katanya jam sepuluh!" Gerutu Tristan.

"Traffic, haha." Tante Sarah mengibaskan tangannya dengan gaya hebringnya seperti biasa.

"Mana modelnya Tan?" Tanya Tristan to the point. Semakin cepat pekerjaannya selesai, semakin banyak waktu yang bisa ia gunakan untuk bermain nanti.

"Wait a minute. ." Tante Sarah kemudian meninggalkan Tristan dan masuk ke dalam van yang digunakan crew atau modelnya.

"Tris. . Ini Kal, Kal ini ponakan gue Tristan. Dia yang bakal jadi fotografernya kali ini."

Model yang dipanggil Kal itu mengulurkan tangannya.

"Khalisa. Mohon kerjasamanya."

Tristan menatap tangan yang terulur itu selama beberapa detik sebelum menjabatnya.

"Tristan. Mohon kerjasamanya juga."

Have you seen or touch a diamond?

Model yang diperkenalkan tantenya itu sangat cantik jika Tristan harus mengakuinya, but at the same time she looks sharp and cold, that's why she looks like a diamond cut.

Tristan kemudian segera memulai pekerjaannya, begitupun Khalisa. Tidak sulit mengarahkan si cantik itu di depan kamera. Bahkan foto candid-nya pun terlihat sempurna.

Tristan menyunggingkan senyumnya ketika hasil foto yang diambilnya sangat memuaskan.

"Good job, Kal." Ucap Tristan pada Khalisa yang sedang melihat foto - fotonya di layar laptop yang terkoneksi dengan kamera Tristan.

"Thanks. You too." Jawab Khalisa seadanya dengan senyum yang tak seberapa lalu kembali bergabung dengan para stylist yang menunggunya untuk berganti baju dan melanjutkan pemotretan mereka.

"Mbak. ." Panggil Tristan pada salah satu staff tantenya yang berdiri di belakang laptop sedari tadi.

"Ya Mas?"

"Si Khalisa sering kerja sama Tante Sarah ya?"

"Lumayan sering sih. Mbak Khalisa beberapa tahun belakangan jadi face nya clothing line Bu Sarah." Jelas si Mbaknya.

"Dia emang gitu ya?"

"Gitu gimana, Mas?"

"Nggak. . Nggak. . Lupain aja. Kita lanjut kerjanya ya Mbak." Tristan kemudian kembali dengan pekerjaannya.

.

.

Sesampainya di hotel, Tristan mengutak - atik instagram sang tante dengan tujuan bisa menemukan Khalisa.

"Damn! Kemana aja gue selama ini?" Gumam Tristan saat melihat beberapa postingan Tante Sarah beberapa bulan yang lalu entah di party apa namun disitu ada Khalisa yang tak terlalu tersorot kamera sedang tertawa. Dan itu sangat manis! Menurut Tristan ya.

Tristan menggigit bibir bawahnya, tanda ia ragu hendak melakukan sesuatu. Lebih tepatnya memfollow akun Khalisa. Kalau misalnya difollow apa Khalisa bakalan mikir yang aneh - aneh gitu?

Larut dalam lamunannya, tanpa sadar Tristan menekan opsi follow pada akun khalisa.

"Shit! Shit! Shit!" Tristan yang hendak meng-unfollow Khalisa mengingat akun itu terkunci langsung mengurungkan niatnya karena Khalisa menerima permintaan follow-nya dan bahkan memfollow kembali akun Tristan.

Senyum kecil pun tersungginh di bibirnya sambil melihat kira - kira apa saja isi instagram perempuan seperti Khalisa. And to his surprise, Khalisa jarang mengupload foto pemotretannya. Instagram Khalisa seperti galeri kucing dan gedung - gedung beserta langit birunya.

Tristan menimbang sekali lagi sebelum memutuskan membuka instastory Khalisa. Dan tentu saja pertimbangannya sia - sia karena akhirnya story itu dibuka juga.

KhalisaFalck 10 m

Barusan!

Ujar Tristan dalam hati.

Video singkat yang baru saja diupload Khalisa menunjukkan agaknya si cantik itu sedang makan malam di sebuah restoran bersama Tante Sarah dan beberapa orang lainnya yang Tristan asumsikan adalah asisten Khalisa dan manajer Tante Sarah.

Tanpa membuang waktu, Tristan langsung menelpon tantenya itu dan tentu saja panggilan Tristan langsung diangkat.

"Halo, kenapa lagi? Kurang kartu Tante?"

"Tante lagi dimana?"

"Makan di Lan Kwai Fong. Mau nyusul?"

"Boleh deh, bosen makan di hotel. Share loc aja Tan. Tristan jalan ya!"

"Hmm. . Hati - hati, naik taksi aja!"

"Iya Tan! Iya!"

Tristan pun langsung pergi ke lokasi setelah meraih jaket dan dompetnya.

.

.

"Lo masih mau jalan Kal?" Tanya Sarah ke Khalisa yang sedang menyuap pastanya.

"Hmm. . Kan gue niatnya pengen jalan - jalan sih Mbak," Balas Khalisa sambil mengangkat bahu. She just loves travelling that much. Baginya bepergian ke berbagai tempat dimana tak ada seorangpun yang mengenalnya adalah sebuah kemewahan yang rela ia tukar dengan apapun, jadi selagi masih ada kesempatan Khalisa selalu memanfaatkannya sebaik mungkin.

"Tristan!" Khalisa mengikuti arah pandang Sarah yang duduk di hadapannya. Dahinya mengerut, ia pikir makan malam itu hanya akan diikuti mereka berempat. Sarah, asistennya – Bela, manajer Sarah – Mbak Diva, dan dirinya. Jadi jelas kedatangan Tristan merupakan sesuatu yang tidak diharapkannya.

"Tristan belom telat banget kan?"

"Ih kamu tuh! Kalau lima menit lagi nggak dateng - dateng udah Tante tinggal!"

Tanpa dipersilahkan, Tristan langsung mengambil tempat di sebelah Khalisa, kemudian menyapanya singkat, "Hai, Kal."

"Hmm. ." Balas Khalisa seadanya.

Ini anak umurnya berapa sih? Masa seumuran gue?

Batin Khalisa sedikit kesal.

"Setelah kerjaan Tante selesai, kamu ikut pulang apa gimana?" Tanya Sarah pada ponakannya itu.

"Hmm. . Nggak tau Tan, mungkin Tristan lanjut ke Makau. Males pulang."

Cih, he's so typical.

Cibir Khalisa dalam hati.

"Ya ampun Tristan, sampe kapan kamu mau ngambek karena dijodohin sama Aurora? She's beautiful, nggak ada salahnya kamu iyain aja usulan Mami kamu itu!"

Ew! Drama!

Lagi - lagi inner julid Khalisa berkomentar.

"I know her well, Tan. And beautiful is way far from her!" Tristan menggelengkan kepalanya.

"My God! Kalau Aurora yang kaya gitu aja nggak cantik, terus kamu mau yang kaya gimana? Hmm? Please deh! Kamu juga nggak secakep Nicsap~" Hebringnya Tante Sarah kumat.

Dari ekor matanya, Khalisa bisa merasakan Tristan meliriknya, and swear! She could see him smirking a little bit.

"Yang pasti bukan Aurora." Jawab Tristan mantap.

.

.

"Kal, lo beneran mau jalan nih? Udah malem ih!" Sarah bertanya sekali lagi sebelum meninggalkan Khalisa dengan to do list nya malam itu.

"Victoria Harbour lebih cantik malem. Udah sana balik aja Mbak, sekalian bawa si Bela." Khalisa mendorong Sarah ke masuk ke dalam taksi.

"Tapi Mbak," Sekarang malah Belanya yang nggak enakan karena harus meninggalkan Khalisa sendirian lantaran tak enak badan.

"Bentar!" Sarah tidak jadi masuk ke dalam taksi, "Tristan, kamu temenin Kal ya! Pastiin dia balik ke hotel dengan selamat, kalau kamu males balik ke hotel kamu, pesen aja kamar lagi di tempat tante nginep." Sambungnya.

Tristan melirik Khalisa sekilas, menunggu respon darinya yang hanya berupa tatapan datar tak tertarik.

"Oke, Tan!" Jawab Tristan kemudian.

"Kamu nggak harus ikut saya kok. Kalau kamu mau balik duluan silahkan." Khalisa mempersilahkan.

"Bahaya jalan sendirian malem - malem." Tristan menjejari langkah Khalisa.

"Saya udah biasa dan selalu baik - baik aja." Balas Khalisa sekenanya.

"Itu namanya lagi beruntung." Debat Tristan.

"Serius. Saya bisa sendiri." Ucap Khalisa lebih tegas lagi berharap kali ini Tristan menurutinya.

"Kalau bisa berdua kenapa harus sendiri?" Alih - alih surut dan pergi, Tristan malah menjawab sambil tersenyum, kemudian melanjutkan, "Aku bisa fotoin kamu. Lumayan buat ngisi feed instagram."

"Saya nggak suka ngisi feed instagram."

"Kenapa? Kan kamu cantik? Biasanya kan cewe cantik suka ribet sama feed instagramnya?"

"Saya nggak cantik."

"Kamu cantik."

"Biasa aja."

"Your face is in Vogue magazine. Kurang cantik apa?"

"Umur kamu berapa sih?"

"Dua - dua."

"Kecil - kecil nggak sopan."

Seakan belum cukup membuat terkejut, Tristan pun tertawa, "Terus kamu mau dipanggil apa?"

"Saya tiga puluh. I prefer Mbak Kal."

"Oooh. . Tiga puluh. Tante deh, biar sama kaya Tante Sarah."

Khalisa menarik napasnya dalam - dalam, berusaha untuk tidak memperlihatkan kekesalannya.

"Okay! Whatever you say." Balas Khalisa kemudian melanjutkan langkahnya menuju stasiun MRT terdekat.

"Tante. ." Panggil Tristan.

"Tante Khalisa!" Panggilnya lagi.

"Apa?"

"Woo. . Woo. . Jangan galak - galak Tan, aku nggak mau ngapa - ngapain kok!"

"Terus kenapa manggil - manggil?"

"Ngetes aja, enak apa enggak."

"Apanya?"

"Manggil kamu pake 'tante'."

"Oh God!" Khalisa memutar bola matanya jengkel.

"Tan. ."

"Apa lagi?"

"Nggak enak manggil pake 'tante' can I call you Kal?"

"Nggak sopan!"

"Tapi nggak enak dipanggil tante, kecantikan!"

"Udah saya bilang, saya ini biasa aja! Nggak cantik - cantik amat."

Tristan menahan tangan Khalisa supya berhenti berjalan atau dia nyaris tertabrak taksi saat menyebrang. Ditatapnya perempuan di hadapannya itu lama, membuat yang ditatap menunggu apapun yang ingin Tristan katakan, kemudian,

"Perempuan itu terlahir cantik Tan. Udah kodratnya. Yang ganteng saya."

Batal kesel kan Khalisa jadinya :')

"So, can I call you, Kal?"

Terima kasih sudah mau membaca ♥️

iusernemcreators' thoughts
Next chapter