webnovel

Lucy

Di sebuah ruang terang yang sepertinya tak terbatas, terlihat dua sosok saling berhadapan.

Sosok pertama adalah lelaki berumur akhir 20an dengan wajah rata-rata yang tampaknya sedang berpikir keras, mata biru lautnya penuh dengan kontemplasi, seolah-olah sedang merenungkan rahasia kehidupan dan kematian.

Sosok lainnya adalah kakek tua yang terlihat berumur 80an, badannya yang tegak seperti binaragawan benar-benar tidak cocok dengan wajah penuh keriputnya.

Kakek tua itu dengan sabar menunggu pemuda didepannya untuk membuat keputusan, mata hitamnya sedang menerawan jauh seakan menembus batas ruang itu sendiri, dan kadang kadang akan melirik pemuda didepannya dengan gelisah. 'Ugh.. kenapa anak ini lama sekali! acara TVku sudah dimulai!! Dan aku bahkan belum menyalakan perekam. Sialan!'

Saat lelaki tua itu memiliki konflik batin, pemuda didepannya tetap diam, memikirkan pilihannya dengan serius. Jika pemuda itu tahu apa yang ada dalam pikiran lekaki tua itu dia akan meraung. 'sialan lelaki tua apakah masa depanku lebih penting dari acara TVmu?!' Tapi tentu saja pemuda itu tidak tahu...

'Sekarang dunia mana yang harusku pilih...?' Pemuda itu sedang berpikir keras dan menatap daftar dunia yang bisa dikunjunginya. 'Sementara dunia yang direkomendasikan adalah yang teraman, kemajuanku juga akan diperlambat beberapa kali lipat'

Dia merasa bahwa pertumbuhan kekuatannya akan menjadi prioritas utama. Jadi lebih baik memilih dunia yang memiliki QUEST tingkat tinggi, namun dia juga merasa tidak aman. Karena jelas, Hadiah tinggi Resiko juga tinggi.

'Heh, apa lagi yang kuragukan? Pilih saja dunia fiksi yang kutahu plotnya dan memiliki tingkat bahaya sedang, setelah aku tumbuh lebih kuat, aku akan pergi kedunia yang lebih berbahaya, lagi pula aku bisa datang dan pergi sesukaku' pikirnya mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

'Jadi sudah diputuskan bahwa aku akan memilih dunia fiksi yang tidak terlalu berbahaya dan berteknologi maju, tidak menyenangkan jika aku memilih dunia pada abad pertengahan, tidak banyak hiburan untuk menghilangkan kebosanan.'

Setelah berfikir seperti itu dia mulai berbicara dikepalanya. 'Umm... benar juga, aku harus memanggilmu apa?' Ugh.. aku juga ingin memperkenalkan diri...

<Saya tidak mempunyai nama panggilan. Anda dapat memanggil saya sesuka anda.>

'Hmm.. begitukah? Kalau begitu biarkan aku memberimu nama...' setelah berfikir sejenak sebuah nama tiba-tiba muncul dikepalanya. 'Lucy. Ya. Namamu mulai sekarang adalah Lucy'

<Nama panggilan 'Lucy' didaftarkan.>

Dia merasa suara yang ada dikepalanya menjadi lebih bersemangat, tapi tidak terlalu memikirkannya. 'Oke lucy tolong tunjukan dunia fiksi peringkat sedang dengan kemajuan teknologi yang tidak terlalu canggih atau terbelakang dan yang memiliki kekuatan super'

<Dimengerti.>

<...>

<Dunia berhasil ditemukan>

<BnHA : Rank E (Dunia tempat manusia lahir dengan kekuatan super yang disebut Quirk. Menciptakan masyarakan Pahlawan yang melindungi warga sipil dari ancaman para Penjahat. CATATAN: menyampingkan pahwan dan penjahat, dunia ini sedikit lebih maju dalam hal teknologi dari pada dunia User sebelumnya)>

Dia sedikit mengangkat alisnya, dan menggosok dagunya 'Hmm.. Seharusnya ini cocok. Meyampingkan League of Villains, Shie Hassaikai, atau organisasi penjahat yang lain, seharusnya masih banyak waktu untuk menjadi kuat dengan aman jika aku memutuskan untuk berenkarnasi jauh sebelum canon dimulai'

'Dan jika berbicara tentang BnHA... bukankah ada banyak karakter yang tidak boleh dilupakan?'

"Hehe... Midnight, Mirko, Ryukyu.." Dia tanpa sadar bergumam agak keras, kakek tua didepannya tanpa sadar mengangkat alisnya, tetapi memutuskan untuk tidak mengatakan apa-apa. 'Huh, pemuda horny'

"Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan!! Dunia pertamaku adalah BnHA" dia berseru, tidak sabar bertemu dengan karakter-karakter favoritnya.

"Sudah selesai kalau begitu, pastikan untuk menjadi lebih kuat dengan cepat, jangan hanya bermain-main! Sementara aku tidak akan mengatakan apa-apa tentang apa yang akan kamu lakukan, setidaknya tetap low profile saat kamu masih lemah, dengan begitu kamu akan menghindari banyak masalah dan meskipun itu dunia peringkat rendah masih banyak hal-hal yang bisa membahayakan hidupmu, jadi berhati-hatilah." Kakek tua itu berkata dengan serius.

"Jangan khawarti kakek tua, aku akan berhati-hati jika itu menyangkut keberlangsungan hidupku dan aku juga akan berusaha keras untuk menjadi kuat." Dia mengangguk dengan sungguh-sungguh dan berpikir dalam hati. 'Lagipula jika aku lemah bagai mana aku akan menjaga para wanita cantik itu?'

Menyampingkan lelucon dihatinya, dia akan berusaha sekuat tenaga untuk memperbaiki diri. Lagi pula ini adalah kesempatan keduanya, dia tidak ingin menjadi pecundang seperti masa lalunya, dia ingin memegang kendali atas takdirnya sendiri, melakukan hal-hal yang diinginkan tanpa harus terombang-ambih oleh sistem raksasa yang disebut 'masyarakat'.

Untuk itu kekuatan dibutuhkan, kekuatan mutlak yang akan membungkam semua orang yang menentangnya, terkesan sombong memang. Tapi siapa dia? Dia adalah World Traveler! Makhluk yang ditakdirkan untuk menjadi yang terkuat.

Tapi tentu saja dia tidak akan menjadi tipe tuan muda sombong yang bodoh, yang hanya mengandalkan latar belakangnya. Dia akan menjadi tuan muda sombong yang cerdik, pintar, dan licik! Tahu kapan harus menjadi rendah hati dan mundur saat menghadapi musuh yang tidak bisa dia kalahan, kemudian menyusun rencana atau bertambah kuat untuk menghancurkan musuh-musuhnya.

Dia bersemangat tentang masa depan yang menunggunya, masa depan dimana dia tidak perlu menyesali apa yang telah dia lakukan, masa depan yang akan sepenuhnya dia nikmati bersama orang-orang yang dicintainya.

'Orang yang dicintai ya.. heh'

"Baiklah, kalau begitu aku akan memberimu sesuatu yang akan membantumu dimasa depan." Kakek tua itu berkata membangukan dari renungannya.

"Apa yang akan kamu berikan padaku kakek tua?" Dia berhenti mimikirkan hal yang tidak perlu dan fokus pada apa yang akan diberikan kakek tua itu kepadanya.

Kakek tua itu tidak menjawab, hanya mengangkat tangan dan menunjuk dengan jari telunjuknya. Kemudian cahaya merah muda muncul disekitarnya dan berpindah kejari yang menunjuknya, sebelum dia sempat berbicara apa yang terjadi, cahaya merah muda itu melesat ke glabelanya seperti sinar laser.

Dia kemudian menjerit kesakitan, tubuhnya kejang dan matanya memerah, rasa sakit yang belum pernah dia rasakan menerpa seluruh tubuhnya, dia bahkan melihat leluhurnya melambai padanya dari sebrang sungai, meneriakkan kata-kata yang tidak bisa dimengerti, dia merasa seperti akan segera bergabung dengan leluhurnya jika rasa sakit ini terus berlanjut, namun rasa sakit itu tiba-tiba menghilang seperti tidak pernah ada sama sekali.

Nafasnya tidak teratur, meskipun rasa sakitnya telah menghilang, ingatannya tentang rasa sakit itu masih menghantuinya, dia kemudian melirik dalang dibalik rasa sakitnya sebelum berteriak dengan marah kepada kakek tua itu. "Apa-apaan itu tadi, kakek tua?! Aku bahkan melihat leluhurku melambai padaku! Sedikit lebih lama dan aku akan bersatu kembali dengan keluarga yang tidak pernah kutemui!!"

"Hehe, tidak perlu berterimakasih, bukankah itu mimpimu untuk bertemu keluargamu?" Kakek tua itu berbicara sambil melambaikan tangannya seolah bukan apa-apa.

"Keluarga pantatku! Aku memang ingin bertemu dengan mereka tapi bukan berarti aku ingin mati!!"

"Huh lupakan saja kalau begitu, dasar pemuda tidak tahu berterimakasih!" kakek tua itu bergumam pelan yang masih bisa dia dengar.

Pemuda itu akan berteriak sekali lagi, tapi dengan cepat tenang setelah menyadari ada yang berbeda dengan tubuhnya. Setelah pemindaian cepat dia tidak melihat adanya perubahan, yang membuatnya bingun. Pada akhirnya dia hanya bisa bertanya pada kakek tua didepannya yang tetap bergumam tidak jelas.

"Kakek tua apa yang terjadi dengan tubuhku?"

"Hmph! entahlah! Aku juga tidak tau apa yang terjadi pada pemuda yang tidak tahu berterimakasih!"

Melihat kakek tua didepannya, yang seharusnya menjadi sosok pemandu baginya sedang merajuk seperti anak kecil, membuat sudut mulutnya bekedut. "Ya. Ya. Pemuda tidak sopan ini berterimakasih atas kebaikanmu." dia hanya bisa memutar matanya. "Jadi apa yang kamu lakukan pada tubuhku?"

Mendengar pengakuannya kakek tua itu berhenti bergumam dan menjawab. "Huh! Hanya sebuah berkah kecil, tanyakan saja pada suara yang ada dikep-"

"Ini lucy." Sebelum kakek tua itu menyelesaikan kata-katanya dia menyela, entah kenapa dia merasa tidak nyaman saat kakek tua didepannya memanggil lucy sebagai 'suara yang ada dikepalamu' yang membuatnya bingung, padahal sebelum dia memberi lucy nama dia tidak merasakan apa-apa tentang itu.

"Apa?" Kakek tua itu bertanya dengan bingung.

"Suara yang ada dikepalaku, aku memberinya nama lucy, lagi pula tidak nyaman jika dia tidak memiliki nama."

Mulut kakek tua itu menganga tapi kemudian digantikan senyum lebar, memasang ekspresi 'Aku tahu itu!'

"Ada apa dengan senyuman itu? Itu terlihat menjengkelkan." Entah kenapa melihat senyum kakek tua itu membuatnya jengkel, tapi pada saat yang sama dia juga merasa... Nostalgia? 'Ugh, apa yang terjadi padaku?' Dia merinding dan menggelengkan kepalanya, menjernihkan pikirannya.

"Tidak. Tidak ada, untuk apa yang aku berikan padamu, kamu bisa memeriksanya saat kamu sampai didunia pertamamu, lagi pula itu bukan sesuatu yang akan mengganggumu."

"Ck. Baik-baik saja maka." Dia memutuskan untuk tidak terlalu memikirkannya.

"Lalu, apakah ada lagi yang harus kuperhatikan tentang perjalananku? Jika tidak, aku akan segera pergi." Dia merasa sudah cukup dan ingin segera pergi dari ruang ini, setelah menamai lucy dan menerima sesuatu dari kakek tua itu, dia merasa ada yang berubah dalam dirinya, tapi dia tidak tahu apa itu, dia hanya merasa bahwa saat dia menjadi lebih kuat dia akan mengetahuinya sedikit demi sedikit.

"Tidak... Oh benar, kamu bisa kembali kesini kapanpun kamu mau dengan pikiran sederhana, atau kamu bisa meminta lucy untuk mengirimmu. Anggap saja ruang ini sebagai safe zone untukmu. Kamu juga bisa menyimpan barang-barangmu disini. Jangan khawatir, aku tidak akan mengatakan apa-apa bahkan jika kamu menyimpan majalah dan video porno disini, rahasiamu aman bersamaku." Kakek tua itu membuat gerakan mengunci mulutnya sendiri, seolah-olah akan menjaga rahasianya sampai akhir hayatnya.

"Oi! Siapa yang akan menyembunyikan majalah porno?!"

"Aku tahu. Aku tahu."

"Ck. Baiklah aku akan pergi kalau begitu" dia sudah muak dengan kakek tua itu, dan hanya ingin segera pergi menjauh darinya.

Dia memfokuskan pikirannya pada satu dunia yang ada didaftar dunia.

Tidak terlalu lama sebuah portal hitam muncul disampingnya yang terbentuk secara perlahan sebelum terbentuk sepenuhnya. Untuk pertama kalinya sejak dia bangun, dia melihat warna lain di ruangan ini.

Portal itu berbentuk oval berukuran sekitar 3m dan berputar perlahan searah jarum jam, seperti pusaran air namun berwarna hitam legam, yang sangat kontras dengan ruangan ini yang terang benderang.

'Adegan ini tampak.. familiar?' Dia hanya menggelengkan kepalanya merasa bahwa dia terlalu banyak berfikir, lagi pula ini adalah pertama kalinya dia melihat portal seperti ini secara langsung.

'Mungkin aku terlalu lelah dengan semua kejadian hari ini.' Dari bertemu kucing hitam aneh yang membuatnya tidak bisa bergerak, mendengar suara misterius dikepalanya yang sekarang adalah lucy, tiba-tiba dipindahkan ke ruang yang tidak jelas dan berbicara dengan kakek tua yang menjengkelkan, kemudian melihat portal mengambang didepannya...

Jika dia masih berada didunia lamanya maka hanya salah satu dari fenomena ini akan membuatnya tidak bisa tidur beberapa hari.

'Huh. Lupakan. Lupakan. Memikirkan itu semua tidak akan membawaku kemana-mana' dia kemudian memutar kepalanya kesamping menatap kakek tua itu dan berbicara. "Ini perpisahan kurasa?"

"Ya. Tapi kurasa kita akan bertemu lagi cepat atau lambat, hahaha" kakek tua itu tertawa.

"Hmph." Dia hanya mendengus dan melompat keportal yang ada didepannya.

Dia merasakan daya tarik yang menariknya kedalam portal sebelum pandangannya berubah menjadi gelap, semua panca indranya menghilang seolah-olah tidak pernah ada, dia tidak bisa merasakan anggota tubuhnya lagi, dia belum kehilangan kesadaran jadi perubahan tiba-tiba membuatnya sedikit takut, kegelapan disekelilingnya membuatnya merasa telah ditelan oleh sesuatu.

Dia merasa sudah sangat lama berada dalam kegelapan ini namun anehnya dia juga merasa bahwa belum satu detik sejak dia berada disini, disorientasi waktu yang membingungkan membuatnya ingin berteriak, tapi sebelum dia bisa berteriak sebuah suara terdengar dikepalanya, menjernihkan pikirannya.

<User telah terdeteksi memasuki portal inter-dimensi, silahkan pilih metode yang digunakan untuk memasuki dunia.>

<Renkarnasi (User akan dilahirkan kembali sebagai bayi di dunia baru, tubuh fisik saat ini akan diubah dan dimodifikasi menjadi jiwa murni. CATATAN: Memulai dari bayi akan mengubah penampilan fisik. Tubuh fisik baru akan didasarkan pada tubuh fisik dari kedua orang tua, statistik sebelumnya yang dimiliki User akan dikonversi menjadi energi yang tersimpan didalam jiwa, dan Skill yang dimiliki User untuk sementara akan disegel sampai User memiliki tubuh baru)>

<Transmigrasi (User akan dipindahkan kedunia tanpa ada perubahan, semua statistik, Skill, dan tubuh fisik akan tetap sama. CATATAN: karena tidak ada perubahan User tidak akan memiliki identitas/riwayat hidup didunia baru, harap berhati-hati saat berinteraksi dengan manusia lain didunia baru)>

'Bukankah sudah jelas? Lucy, aku memilih Renkarnasi. Juga bisakah aku dilahirkan 20 tahun sebelum canon dimulai?'

<Itu bisa dilakukan dan harap diingat anda akan kehilangan kesadaran sampai anda dilahirkan kembali.>

'Bagus! Kalau begitu sampai jumpa lagi Lucy'

<Ya, sampai jumpa lagi Arth--

Sebelum lucy menyelesaikan kata-katanya dia telah kehilangan kesadaran, menunggu untuk dilahirkan kembali...

~~~

Kembali ke ruang terang tak terbatas kakek tua itu memandang portal inter-dimensi yang memudar sedikit demi sedikit, suasana hatinya rumit, senang, sedih, rindu, semua emosi itu bercampur menjadi satu.

Dia tiba-tiba menghela nafas, namun tidak bergerak dari tempatnya, dia memandang kekejauhan, melamunkan sesuatu yang tidak diketahui.

"Apa yang kamu pikirkan Sera?" Sebuah suara feminim merdu tiba-tiba terdengar, membangukan lelaki tua itu dari lamunannya, dia kemudian memutar tubuhnya kebelakang untuk melihat pemilik suara itu dengan jelas.

Pemilik suara itu adalah seorang dengan kecantikan suci yang memiliki aura lembut keibuan disekitarnya.

Rambutnya panjang dan halus, berwarna hijau tua yang mengingatkan pada keindahan hutan tropis. Wajahnya yang lembut adalah sesuatu yang akan membuat semua makhluk tunduk padanya. Sepasang mata hijau yang selaras dengan alam mencerminkan pengetahuan dan kebijaksanaannya, memikat banyak makhluk yang melihatnya. Hidung mancung kecil hanya menambah pesona alaminya.

Senyum lembut dibibir merah mudanya membuatnya semakin memikat, Tubuh setinggi 175cm yang proposional dengan rasio emas mengalahkan semua model terbaik yang ada dalam sejarah umat manusia.

"Kamu bangun..." lelaki tua itu berkata dengan lembut melihat temannya yang selalu tertidur menunggu suaminya kembali.

"Ya. Apakah kamu akan terus menggunakan wujud itu? Bukannya aku membenci hobimu, hanya saja berbicara dengan kakek tua membuatku tidak nyaman." Wanita itu memandangnya dengan tatapan aneh.

"Hmph!" Kakek tua itu mendengus dan wujudnya mulai berubah, kerutan diwajahnya menghilang, kulit coklat kusamnya digantinkan dengan kulit mulus seputih salju, dan tinggi badannya mulai berkurang. Jika sebelumnya dia memiliki tubuh setinggi pria rata-rata amerika maka sekarang tubuhnya berubah menjadi rata-rata wanita asia sekitar 155-160cm, dada ratanya mengembang, dan rambut hitamnya memanjang sampai berhenti disekitar bahunya, lelaki tua itu telah berubah menjadi kecantikan asia dimasa mudanya.

"Jadi apa yang kamu pikirkan Sera?" Wanita itu kembali bertanya.

"Tidak ada. Hanya mengenang masa lalu." sosok kecantikan asia itu atau lebih tepatnya Sera, menggelengkan kepalanya sambil menjawab dengan pelan.

"Begitu..." wanita itu menatapnya dengan lembut.

"Ayo kembali, aku harus segera memutar waktu. Gara-gara pemuda tak tahu malu itu, yang terlalu lama memikirkan pilihan yang sudah jelas, aku ketinggalan acara TV favoritku, dan aku juga lupa menyalakan perekam, sial." Meskipun Sera berkata seolah-olah sedang marah, senyuman indah tidak pernah meninggalkan wajahnya.

Memikirkan pemuda itu sekali lagi, perasaan manis membuncah dihatinya membuat senyumnya semakin lebar. 'Kamu benar-benar tidak berubah ya..'

Wanita itu tersenyum lembut saat melihat teman sekaligus saudarinya membuat ekspresi yang sudah lama tidak dilihatnya.

Sera melihat temannya yang hanya berdiri diam dan mengamatinya seolah-olah semuanya telah terlihat dengan jelas olehnya, yang membuatnya tersipu malu. 'Apakah aku terlihat begitu jelas?'

"Apa yang kamu lakukan? ayo segera kembali!" Sera berteriak menyembunyikan rasa malunya.

"Tentu. Tentu." wanita itu menjawab sambil menghela nafas. 'Kamu harus segera kembali sayang...'

_____________________________________________

Next chapter