10 Part 1. 9. Pantas Saja Emosi

"10-06-2018."

Kita kembali ke hidupanku di dunia nyata lebih tepatnya pada hari minggu pagi dengan suasana hati yang masih terbilang bahagia.

Kenapa tidak?

Hari ini aku berencana mau pergi dengan Naily ke suatu tempat yang cukup familiar di Kota Jogja.

Ya dimana lagi kalau bukan Malioboro.

Walau tidak asing untuk beberapa kalangan muda maupun tua. Dengan suasana keramaian kota dan banyaknya aneka kuliner membuat nilai plus untuk Malioboro.

Kenapa kesana? Karena perjalanan yang tebilang cukup dekat dan tidak begitu jauh dari rumah. Tempatnya juga indah dan juga lambang Kota Jogja.

Mungkin kesan orang sekitar itu hanyalah sebuah jalan dan tempat perbelanjaan. Bagiku banyak sekali kenangan bersama yang lain tertinggal disela-sela keramaian jalan dan destinasi perbelanjaannya.

Apakah Malioboro akan menjadi sebuah kenangan bersamanya?

Aku sendiri tidak tahu kedepannya seperti apa. Kalau boleh meminta, aku ingin tempat itu menjadi momen yang sangat berharga sampai kapanpun. Walaupun banyak sekali tempat yang indah di Kota Jogja.

Malioboro sebagai kenangan yang indah dan suasana keramaian kota dan kenapa tempat itu sangat diminati oleh para turis luar ataupun lokal. Jalan Malioboro sangat terkenal dengan para pedagang kaki lima yang menjajakan kerajinan khas Jogja dan warung-warung lesehan di malam hari yang menjual makanan gudeg Jogja serta terkenal sebagai tempat berkumpulnya para seniman yang sering mengekpresikan kemampuan mereka seperti bermain musik, melukis, hapening art, pantomim, dan lain-lain di sepanjang jalan ini.

Saat ini, Jalan Malioboro tampak lebih lebar karena tempat parkir yang ada di pinggir jalan sudah dipindahkan ke kawasan parkir Abu Bakar Ali dan menjadikan Jalan Malioboro sebagai Jalan Semi Pedestrian.

Sesekali aku melihat HP dan terdapat notif WhatsApp darinya.

Naily

..-----..

Sayang. 05.15

Iya kenapa? vv 05.25

Nanti jadikan kita pergi? 05.26

Pergi kemana? vv 05.27

Udah jangan mulai. Masih pagi lo ini. 05.30

Yang bilang siang siapa? Haha vv 05.31

Tuhkan kamu kebiasaan. Dikit-dikit bikin mood ilang seketika. Oh, yaudah nanti ngga jadi aja deh kita ke Malioboronya. Dah males aku. 05.31

Eh ngga gitu. Iya maaf sayang. Aku cuma bercanda aja kok. Mau jam berapa? vv 05.32

Ngga jadi! (Emoticon emosi) 05.33

Jangan gitu. Aku udah minta maaf lo. Yaudah nanti aku belikin sesuatu buat kamu. Mau ya? vv 05.33

Iya! 05.34

Nah gitu dong jangan ngambek. Jadi kita berangkat jam berapa? vv 05.34

Jam 7 kamu harus sampai kostku. Ya? 05.35

Siap. Laksanakan. vv 05.35

Akupun bersiap mandi dan mencari baju yang menurutku lumayan sesuai. Walau pakaian cowok itu hanya kaos oblong dan celana cargo.

Akhirnya berangkat menuju kos Naily sesuai apa yang telah ditentukan. Sekitar 15 menit perjalan menggunakan sepeda motor untuk sampai di sana.

Sesampainya di depan gerbang, "Permisi. Assalamualaikum!" Ucapku yang sedikit keras berharap terdengar sampai ke dalam.

Cekrek-krek. Suara seseorang yang sedang membuka pintu dari dalam ruangan.

"Walaikumsalam, masuk aja zi. Gerbangnya ngga ditutup udah kebuka. Aku mau ambil tas dan beres-beres sedikit." Ia hanya berdiri dengan membelakangi pintu dan masih di dalam.

"Iya nay. Aku boleh duduk di sinikan? Capek aku tuh! Wkwk." Candaku agar tak hening seketika.

"Ya silahkan. Orang itu aja emang tempat buat duduk kok. Mau minum sesuatu ngga?" Tanya Ia tanpa merubah posisi yang tadi.

"Hmm, ngga usah. Eh tapi air putih aja boleh kok." Dengan menatap wajahnya sambil tersenyum.

"Auah. Bentar ya." Ia pergi menuju kamarnya.

Aku yang duduk sambil sesekali memainkan HP dan memperhatikan sekitar. Melamun sambil membayangkan suatu saat bersamanya dan memiliki keluarga kecil yang harmonis.

Stop! Apa sih zi yang kamu pikirkan? Ucapku dalam hati.

"Zi ini air mineral. Hayuk kapan gas? Udah jam berapa loh ini?" Dengan bawelnya Ia mengajakku paksa dan tangan kirinya membawa tas dengan model Satchel Bag yang biasanya memiliki bentuk persegi panjang yang cenderung kaki dan dilengkapi dengan tali pendek untuk dijinjing maupun tali panjang yang bisa diselempangkan. Tas ini dilapisi dengan kulit atau kain di bagian luarnya serta penutup di bagian atas atau bagian depannya yang bisa dipakai untuk pergi ke manapun.

"Ha? Kamu ngga beri aku waktu untuk minum dulu? Aku belum minum dari tadi." Kataku yang membuka tutup air mineral untukku minum kemudian.

"Jadi ngga?" Ia marah kemudian membuang muka dan duduk di dekatku.

"Hayuk gas! Aku udah selesai minumnya." Segera mungkin diriku menuju ke motor dan memencet tombol Starter. Hiduplah mesin kemudian.

"Auk ah. Males kalau kamu gini terus. Jangan sering-sering bercanda deh." Kesalnya yang berjalan tertetah menuju padaku.

"Katanya mau cepet-cepet. Ini malah jalannya kayak bekicot." Ucapku datar.

"Apa? Kamu bilang bacot? Kita ngga jadi aja, aku masuk nih?" Ia berhenti seketika itu juga.

"Ngga bukan, bukan gitu. Yaudah ayo to. Udah mau siang lo ini. Sayang, cepet." Rayuku manja.

"Hmm. Otw." Ia masih berjalan dengan pelannya karena Badmmood.

Kamipun berangkat menuju Malioboro begitu saja tanpa sepatah katapun terucap. Akan tetapi tak mungkin jika seperti itu. Dalam jarak beberapa kilometer dari kosnya aku berusaha memulai suatu percakapan terlebih dahulu, "Cie ngambek!" Godaku merayu agar dia tertawa.

"Siapa?" Jawabnya judes.

"Kamu itu! Coba deh cerita lagi ada masalah apa?" Ucapku padanya.

"Ngga kok. Nanti aja kalau mau cerita, ini kita lagi di jalan loh dan bisa bahaya kalau ngga fokus." Ia mencoba mengingatkanku.

"Ini aku juga lagi fokus berkendara dan mencoba sesuatu yang memacu adrenalin. Biar uwu gitu!" Sambil menoleh kekiri dan memperhatikan sekitar

"Apa? Kamu mau ngajak menemui sang pencipta lebih cepat? Pelan! Bisa ngga? Perhatikan jalan yang benar!" Ucapnya marah sambil memukul helmku dua kali.

"Haha, iya aku selow deh. Gini aja kok marah sih. Kalau pelan mana bisa cepet sampai sana." Ujarku padanya yang menjelaskan tanpa tersenyum.

"Tapi hati-hati dong. Tau ah kamu dibilangin dari tadi kok. Bukannya dengerin aku ngomong malah candaan terus." Ia diam seketika.

"Iya maaf. Ini udah paling selow." Lesu dan memandang lurus ke depan melihat jalan.

Aku hanya terdiam setelah itu. Namun tetap sengaja membuatnya bicara setidaknya ada teman ngobrol saat berkendara di jalan.

"Mau mampir ke toko itu ngga? Buat beli minum atau apa." Ajakku menunjuk tempat itu.

"Boleh, aku juga mau beli perlengkapan buat cewek."

"Perlengkapan cewek?" Tanyaku kebingungan.

"Iya. Masak ngga tau. Udahlah ngga usah dibahas yang ini." Jelasnya sambil sedikit malu.

Aku tahu! Haha! Oke, sebagai cowok memang terkadang harus peka dan mengerti keadaan yang sedang dialami cewek. Pantas saja dari tadi bawannya mebuat Ia emosi.

Berhentilah kami di tempat yang tadi kukatakan padanya. Setidaknya aku juga mau membeli beberapa makanan untuk mengganjal laparkku karena belum makan.

avataravatar
Next chapter