7 Part 1. 6. Rumah Bude

"05-06-2018."

Kembali pada masa sekarang. Aku tak lupa akan insiden saat itu, tentang kejadian masa kecil pada sebuah kecelakaan saat umurku 4 tahun. Memang harus berfikir bahwa teliti dan waspada atas semua yang kita lakukan adalah hal yang paling utama dalam membuat suatu keputusan. Yah, itulah hal yang harus dipersiapkan untuk masa depan nanti. Sama halnya tentang memilih cinta yang tepat dan juga menerima keadaan satu sama lain.

Yang masih terpikirkan saat ini adalah bagaimana caraku untuk meyakinkan bahwa dia adalah wanita yang tepat." Tapi kenapa hati berkata bahwa bukan dia. Apa yang kurang dari aku dan apa yang kurang dari dia? Terus dan terus mengulang kata-kata itu muncul di kepala. Apa harus mencari wanita lain untuk menemukan jawaban yang tepat? Kamu bodoh Uzi. Sudah tau ada yang ada untukkmu saat ini kamu masih mau mencari yang lain?" Hati dan Pikiranku saling beradu argumen. Mana yang harus Aku pilih?

Apakah ada satu hal membuat terluka dan menjadi tidak yakin atas apa yang selama ini megecewakanku?

Tuhan!

Apa aku boleh tahu bagaimana masa depanku kelak?

Daripada harus menanti sesuatu yang tak pasti. Apa Aku yang harus lebih berusaha lagi atau ini masih dibawah kemampuanku?

Sambil sesekali mengecek Hp dan terdapat pesan masuk dari seseorang yang saat ini sedang dekat denganku.

Naily

..-----..

Sayang, lagi apa? 18.57

Aku lagi nulis sesuatu tentangmu. Apa boleh aku buatkan puisi untukmu? vv 19.05

Ouh, emang kamu lagi buat puisi? Boleh aja. Kalau udah selesai kirimkan aku ya 19.06

Bukan, cuma sebuah ketikan tanpa judul kok. Kenapa memangnya? Kamu kangen aku ta? vv 19.06

Ih apaan coba. Kan kita baru aja ketemu. 19.07

Kapan? vv 19.07

Tadi sore. Kamu jangan mulai deh :( 19.07

Aku kenapa lo? Orang juga ngga ngapa-ngapain kok. Sini peluk :) vv 19.08

Engga apa kok. Udah lanjutin aja kamu nulisnya 19.10

Iya. Aku lanjut deh, yang penting kamu tetap semangat dan jangan menyerah dung vv 19.12

Apa aku boleh tanya sesuatu? Vv 19.13

..-----..

Belum sempat aku membalas pesan darinya dan jadi teringat kembali saat akan dimasukkan kedalam Taman Kanak-Kanak (TK). Karena harus ikut Bude di kota yang berbeda. Awalnya aku menolak dan terus menangis apabila harus hidup tanpa ditemani oleh orangtua. Tapi mau bagaimana lagi ini sebuah permintaan dari Bude dan aku tak bisa menolaknya.

Walau awalnya aku merengek tak ingin ditinggal pada akhirnya aku mau walau secara sembunyi Ayah pergi.

"02-03-2003."

"Tole! Kamu udah siap belum?" Ayah memanggil dari luar pintu garasi.

"Belum. Sebentar lagi, baru pakai celana ini yah. 5 menit lagi." Teriakku dari lantai 2.

Aku masih belum bisa memakai celana sendiri diumur 4 tahun dan masih dipakaikan oleh Ibu. Karena kejadian kecelakaan itu, aku dikirim oleh Ortuku untuk sekolah TK bersama Bude di Kota Curup. Memang masih dalam Provinsi Bengkulu akan tetapi jauh dengan rumah Mbah Kakung yang berada di Kota Bengkulu.

"Tole! Kalau di tempat bude jangan bandel, harus rajin sholat dan selalu patuh kalau disuruh ya?!" Pesan ibu yang memakaikan celana sambil melihat kearahku.

"Iya! Loh jadi ibu ngga ikut?" Tanyaku kaget. Karena yang aku tahu ibu juga ikut kesana.

"Kamu sama ayah disana. Kalau kita kesana bareng yang mau urus rumah siapa?" Jelas ibu dengan sedikit menahan tangis berharap akan keselamatanku.

"Fauzi janji tidak akan menyusahkan bude di sana. Ibu jaga diri baik-baik ya disini. Fauzi cuma sebentar kok."

"Cepet turun! Ayah sudah menunggu di luar." Suruhnya sambil membawa tas yang berisi beberapa pakaian dan makanan buat jaga-jaga diperjalanan.

Kamipun turun melewati tangga yang terbuat dari semen tanpa sebuah pegangan pada pinggirnya.

"Lama sekali cuma makai celana." Teriak Ayah sambil memegang tas ransel di tangannya.

"Halah cuma sebentar! Barusan memberikan sedikit pengarahan pada tole." Balas Ibuku sambil berjalan mendekati ayah.

"Ayo kita pergi ke terminal naik bang ojek dulu. Dia sudah nunggu di gerbang." Ayah menyuruh dan langsung menghampirinya.

"Dah ibuk!" Dengan penuh gembira aku berjalan bersama ayah.

Sekitar 5 menit kami menuju ke terminal dilanjutkan dengan berganti kendaraan menggunakan Bus antar kota untuk bisa sampai ke rumah Bude.

Kami berangkat dari terminal sekitar pukul 06.30 WIB. Dengan menaiki bus yang sederhana dan jalanan berliku yang membuat waktu terasa begitu lama. Untuk sampai mungkin membutuhkan sekitar 2 jam. Tak ada macet dan lalu lintas yang seperti Ibu Kota Jakarta.

Kami tiba Di Kota Curup sekitar pukul 08.45 WIB. Yah walah terlihat cerah ternyata masih terbilang pagi.

"Le! Tole! Bangun, kita sudah sampai terminal. Ambil barang yang kamu bawa dari rumah dan jangan sampai tertinggal di bus." Ayah membangunkanku dengan menepuk kedua pipi dengan pelan. Entah kenapa di perjalanan yang terbilang berliku dan banyak tanjakan. Bisa-bisanya aku tidur denga pulas seperti di rumah biasanya.

"Hmm, iya." Jawabku singkat dan terasa sedikit ling-lung.

Suasana yang dingin membuat kami tak begitu nyaman akan hal ini. Aku yang baru pertama kali kesini merasa sedikit kedinginan dan ditambah dengan AC alami bus yang semakin menjadi. Ternyata selama perjalanan jendela bus terbuka sangat lebar, pantas saja aku kedinginan.

"Kita jalan kaki aja dari sini. Toh cuma 5 menit sampai ke rumah bude." Dan kami keluar melewati pintu belakang bus secara bergantian.

Kami memutuskan jalan kaki dan membawa sejumlah barang dari tas yang digendong Ayah.

"Nah, kita sudah sampai tempat bude le." Tunjukknya pada sebuah rumah berwarna biru.

"Ohh! Berapa lama kita akan tinggal disini yah?" Tanyaku penasaran

"Mungkin sekitar satu tahun. Sesekali ayah akan menjengukmu, mungkin sebulan sekali." Terangnya dengan santai tanpa tahu apa yang aku rasakan.

"Apa!? Jadi yang tinggal disini hanya aku?" Kagetnya bukan main.

"Iya! Ayo masuk."

"Nggak! Aku nggak mau. Aku mau pulang. Kalau tahu gini aku di rumah aja. Aku mau pulang!" Dengan mencoba berlari lurus melewati jalan tadi dan semua barang aku jatuhkan entah kemana.

"Tole awas! Kamu mau kemana? Bus yang tadi udah pergi jauh dan kamu tidak bisa kemana-mana." Teriak Ayah sambil berlari mengejarku.

Aku yang terbilang gendut dan sulit berlari tak bisa berbuat apapun. Akhirnya tertangkap juga oleh ayah. Bude yang berada di depan dan tetangga sekitar yang keluar karena penasaran dengan apa yang terjadi padaku.

"Nggak mau! Hue... hue..!" Menangis sangat kencang.

"Sudah ayo cepat masuk! Ini juga demi masa depanmu nanti. Kamu akan belajar mandiri. Walaupun kamu masih Tk." Ayah menggendongku menuju rumah bude dengan perlahan sambil menasehati.

"Hue! Hue!" Tetap saja menangis.

"Udah diem. Malu sama tetangga, dikira ngapain kamu aja." Sahut Bude sambil membawa tas yang kutaruh sembarangan tadi di jalanan.

Kamipun masuk dan berbicara tentang banayak hal. Sambil menentukan dan melihat kamar yang akan aku tempati. Bukannya diam tangisanku malah semakin kencang. Akhirnya aku tidur dikamar depan dekat dengan ruang tamu.

avataravatar
Next chapter