webnovel

Part 1. 15. Mendafar di Sekolah Pertama.

"Nah uzi, sekarang sudah sampai. Habis ini bude anterin ketemu sama kepala sekolah untuk daftar sebagai siswa baru!' Rayu Bude sambil memegangku dengan penuh kasih sayang.

"Ini di mana bude? Kok serem amat." Tanyaku bergurau.

"Rumah Sakit!" Jawabya serius.

"Hah? Yang bener bude?" Tanyaku spontan sedikit ragu serta merasa ketakutan. Karena bayangan tetang Rumah Sakit bagi anak kecil adalah sesuatu hal yang sangat menakutkan.

Aku mencoba menenangkan diri dan membayangkan dalam hati bahwa yang namanya sekolah itu seperti bagaimana.

Sunyi dan tenang.

-,Harusnya yang namanya sekolahan itu ramai dan banyak sekali penghuninya, maksudnya siswa dan beserta gurunya. Pikirku dalam hati dan bertanya.

Melihat beberapa bunga yang indah berwarna-warni tumbuh di sekitar pohon besar yang menjulang tinggi sampai aku tak bisa melihat yang mana puncak dari pohon tersebut.

Sebentar! Kenapa aku? Biarlah, nanti juga terbiasa.

"Bude uzi mau pulang aja, takut." Aku terdiam dan berhenti berjalan sembari memegang tangan Bude.

"Tidak usah takut! Nanti banyak temennya. Kalau sudah jadwalnya masuk sekolah pasti banyak juga kok temenmu. Udah sekarang jangan cengeng, diem! Awas aja kalau sampai kamu ngga mau sekolah, ngga bakalan bude bilikan mainan baru nanti. Sekarang juga baru pukul 06.15 WIB. " Ancamnya sambi melihat jam pada tangan kirinya. Wajah yang putih bersih tanpa ada makeup yang menempel sedang melirik kearahku yang begitu ketakutan.

"Iya bude. Tapi janji, setelah ini fauzi mau mainan yang itu." Dengan perlahan aku berbisik kepada bude.

"Bude janji. Memang kapan bude mengingkari janji bude ke fauzi? Mungkin bude sedang lupa, hehe." Dengan nada bercanda bude menjelasakan.

Kemudian kami berjalan melewati taman dan mulai mencari papan nama yang bertuliskan ---Ruang Kepala Sekolah--. Akhirnya ketemu. Tulisan tersebut sudah terpampang jelas diletakkan paling depan setelah kami melewati taman bermain.

Kamipun masuk dan bertemu dengan seorang wanita berkacamata yang sedang menulis seuatu.

Kalian pasti bertanya, siapa sih Kepala Sekolah itu dan apa sih hubungannya dengan bude. Lantas kenapa Bude terlihat sangat mengenalinya?

Bukan main. Beliau adalah teman seangkatan sewaktu masih kuliah di salah satu Universitas ternama di Indonesia.

"Nah kita sampai!" Ajak bude melihat ke arahku yang hanya terdiam kaku saat kami mulai mencari ruang Kepala Sekolah.

"Hehe. Iya bude?" Ucapku sedikit kaget.

"Uzi ngelamun ya? Jangan ngelamun atuh, masih pagi ngelamun. Mikirin apa?" Tanya bude penasaran dengan tangannya mencubit pipi perlahan.

"Auw! Sakit bude. Uzi engga ngelamun kok bude. Cuma bengong dan takut." Sambil menundukkan kepala dengan senyum yang memaksa.

"Hadeh, sama aja uzi." Balas bude spontan dengan berjalan dan memutuskan untuk masuk ruangan.

"Selamat pagi Ibu kepala sekolah yang terhormat," sapa bude dengan sedikit tersenyum.

"Selamat pagi ibu, ada perlu apa dan ada yang bisa saya bantu?" Jawabnya singkat

"Saya kemari hanya ingin mendaftarkan keponakan saya sebagai calon siswa di TK ini." Dengan sopan membalas perkataan wanita itu.

"Tunggu dulu! Kamu Sumi kan? Ya ampun, apa kabar mu sekarang? Masih keliatan cantik ya walau umur segini." Sapa wanita tersebut dengan sangat kaget dan tak menyangka yang datang adalah sahabatnya yang sudah lama tak bertemu, bahkan masing-masing sampai sudah memliki anak.

"Ah, biasa aja. Kamu makin tua juga nambah subur aja deh dan cantik."

Mereka berdua saling memuji dan sampai lupa bahwa aku berada di antara mereka. Yah mau bagamiana lagi namanya juga sahabat seperguruan di kampus.

Perkenalkan nama Budeku ialah Sumiyati, teman-temannya biasa memanggil dengan nama Sumi. Sedangkan nama sahabatnya dan sekaligus yang akan menjadi kepala sekolahku nanti Dinda Arum.

Sewaktu masih kuliah mereka berdua sudah seperti kakak adik yang tak dapat dipisahkan. Kalau ada Sumi pasti ada Dinda. Makanya temen yang lain kalau memanggil mereka berdua dengan sebutan –DimSum alias Dinda aruM/Sumi—udah seperti nama makanan aja yakan? Haha.

"Kenapa kamu ga bilang dulu kalau mau ke sini." Tanya beliau

"Hehe, kaget ya? Maafkan aku yang sebelumnya tidak menghubungi terlebih dahulu. Maksud dari kedatanganku kemari adalah ingin mendaftarkan keponakanku, seperti yang aku jelaskan di awal tadi." Jawab Bude dengan sedikit bercanda dan tetap pada topik pembicaraan.

"Oke, udahlah ga usah formal kek gitu, kayak sama siapa aja kamu tuh. Sekarang isi aja daftar diri beserta administrasinya. Kalau sudah nanti aku proses sambil kita berbincang-bincang mengenang masa kuliah dulu, hehe."

"Oke boleh, kalau itu maumu. Tetapi aku titip setahun keponakanku saat berada di sekolah." Bude meminta sangat kepada sahabatnya.

"Iya-iya! Karena kamu yang minta adalah sohibku maka akan terkabulkan. Tapi ingat, semisal dia melakukan sesuatu yang di luar nalar aku akan bilang ke kamu lo!" Tegas wanita itu.

"Maksudnya di luar nalar?" Tatapan kosong dari Bude yang sedikit merasa terheran.

"Haha, engga-engga. Aku cuma bercanda doang," Sahut wanita itu dengan sedikit tertawa karena melihat raut wajah yang serius dari temannya atau bisa dibiang Budeku.

"Hah! Aku kira serius soal yang tadi. Rupanya bercandaanmu sama sekali engga berubah ya, terlalu dark." Balas bude dengan sedikit tersenyum menahan rasa malu.

Beberapa saat kemudian setelah mereka selesai berbincang dan selalu mengabaikanku.

"Uzi, kamu maukan sekolah di sini?" Tanya beliau merayu dengan kelembutan kata.

"Iya bude. Tapi bude janjikan mau nganter uzi dan jemput sekolah?" Tanyaku agar ia mau menemani saat di sekolah.

"Bude akan antar kamu ke sekolah tapi saat pulang bude tidak bisa, lagian bude juga kerja dan tempatnya jauh dari sini. Untuk pulang uzi tenang aja, nanti bude daftarkan mobil antar jemput sekolah." Terang Bude meyakinkanku agar tetap mau bersekolah di sini.

"Oh oke. Tapi sekarang uzi mau mainan yang bude janjikan kemarin." Pintaku memaksa.

"Iya nanti, sekarang bude mau kerja. Uzi ikut bude dulu ke tempat bude mengajar." Iya berdiri dengan mengambil tas yang tergelatak di samping tempatku duduk.

"Iya." Jawabku singkat.

Beberapa saat kemudian.

"Dim udah ku isi nih semua persyaratannya, tinggal kamu proses. Btw kapan kamu main ke rumah?"

"Oke aku proses ya. Belum tau kapan aku bisa main ke rumahmu dan masih sibuk ngurus persiapan kelulusan dan siswa baru juga ini." Jelasnya sambil memulai mengetik pada keyborad komputer.

"Kalau begitu aku pamit dulu ya! Jaga kesehatanu sahabat lama wkwk, dah! Oya, aku titip juga keponakanku selama setahun ke depan. Assalamualaikum warohmatulahi wabarakatuh." Bude pergi dengan menggandeng ku pada sisi kanan.

"Waalaikumsallam warrahmatullahi wabarakatuh. Sehat-sehat juga teman lamaku. Haha." Jawab beliau dari kursi tempatnya duduk.

Kamipun keluar dari ruang kepala sekolah dan menuju gerbang untuk melanjutkan perjalanan ke tempat bude mengajar.