5 Pilihan Yang Sulit

"Faysa, nama yang bagus, tapi gue rasa ada yang aneh sama anak itu, mulai dari suara, cara berjalan bahkan bentuk tubuhnya."

"Tapi kalo di pikir-pikir lagi, masa iya sih ada cewe yang main-main ke sekolah pakai celana?"

"Ah ... kenapa gue mesti mikirin dia sih??"

Cloe kini sedang duduk di balkon kamar nya yang langsung tertuju pada halaman rumah milik nya, dia kaya tapi kesepian.

Itulah yang membuat Cloe jadi sosok nakal seperti ini. Tapi lain dengan hatinya, Cloe memiliki hati yang tulus.

Dering ponsel menyadarkan Cloe dari pikiran yang membawa dia pada sosok Faysa yang bahkan pada wajah nya yang tidak terlihat sedikit pun.

"Hallo?" ucapnya dengan nada ramah seperti biasa.

"Hay kak."

"Ini siapa ya?" jawab Cloe sedikit kesal karena ternyata nomor nya bocor pada wanita tak jelas.

"Emmm ... emm ... aku Elza, yang tadi pagi kakak tanya ruang kepala sekolah."

"Oh ... itu, ada apa?"

"Aku mau kenal deket sama kakak ... Boleh?"

"Deket gimana maksudnya?" Cloe memutar bola mata nya dengan malas, ia yakin akan terjadi seperti ini. Huffftttt ... Menyebalkan.

"Ya PDKT gitu ... Boleh gak?"

"Sorry gue gak bisa!"

Cloe langsung menutup telponnya secara sepihak. Dasar cewek agresif. Cloe melihat mobil mewah terparkir di halaman rumahnya.

Mobil itu adalah mobil sang ibu. Wanita yang ia sayangi. Ahh ... tapi dia selalu sibuk dengan pekerjaan nya hingga selalu melupakan apa yang seharusnya menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang ibu.

Tapi itu tidak menjadi masalah selama Cloe masih tetap bisa melihat paras teduh milik Ibunya.

Cloe keluar dari kamarnya dan menuruni tangga mendatangi ibunya yang kini baru masuk mansion mewah, sesekali ia menatap ponsel yang kini ada pada genggamannya.

"Hay, Mom." Dipeluk nya sang ibu oleh Cloe dengan erat seolah mencari kehangatan.

"Hai Son, gimana sekolah barumu?"

"Lumayan lah, Mom." Sambil tersenyum kepada sang ibu.

Inilah yang selalu gue harapkan, meluk mommy gue yang paling gue sayang. Walau capek ataupun pegal menyergap tubuhnya, mommy selalu tidak lupa untuk tersenyum.

Keesokan harinya disekolah.

Cloe selalu datang dengan gaya bad boy-nya, namun hal itu membuat semua wanita terpesona. Ah, hampir lupa, dengan adanya Elza sang penggemar fanatik yang kini sedang menunggui Cloe di koridor di depan kelasnya .

Ternyata satu minggu lagi akan diadakan pentas seni dan pekan olahraga antar kelas. Cloe yang mendengar itu hanya biasa saja karena ia yakin ia akan memenangkan basket yang sangat ia ungguli.

Dikelas sangat riuh dengan suara anak-anak yang membicarakan pentas seni dan pekan olahraga raga minggu depan.

Morgan menghampirinya, "Cloe ... Lo mau ikut mana?"

"Basket dong."

"Sip."

Morgan yang terbilang pendiam, namun tetap mempunyai kharisma yang membuat para wanita klepek-klepek, dan ia pun sama mengikuti lomba basket. Kini Morgan berdiri di depan kelas dengan kertas di tangannya.

"Okey ... Disini sudah ada data banyak siswa yang ikut lomba pentas seni dan olahraga lainnya, yang belum hanya tanding beladiri dan basket kurang satu orang."

"kalo gitu, siapa yang mau?" sahut salah satu siswi.

"Fay ... Lo bisa apa?" tanya gue pada si bisu Fay.

"...."

"Heh ... Denger gak, lo?" Entah kenapa, gue selalu naik pitam kalo bicara sama dia.

Aaarrrrggghhh sialan, dia bikin mood gue jelek pagi ini.

"...."

Dilihatnya rio yang berbisik dengan Faysa.

"Basket katanya." ucap Rio mewakili.

"Okey kalo gitu, yang bela diri lo ya

Rio, lo kan anak taekwondo."

"Ya udah deh." Jawab Rio dengan pasrah.

"Sial gue sekarang satu tim sama anak itu, pengen buka tuh hoodie. Penasaran gue gimana sih wajahnya sampe ditutup terus pake hoodie." Batin Cloe

-FAY POV-

"Sial ... Kenapa mesti sekarang? Kenapa saat gue terluka?"

"Ahh sial ... Tapi mau gimana lagi, dari pada gue di musuhi satu kelas atau ikut tarung beladiri. Walau gue pengennya beladiri, cuma karena beladiri harus berpakaian layaknya petarung ia memilih mundur. Gue ga mau sampai ketauan bisa bisa gue dijaga ketat sama pengawal daddy."

Fay membuka suara.

"Gue pake hoodie." Suara Faysa membuat semua orang terdiam. Morgan dan Cloe pun saling bertatapan seolah memberi isyarat yang entah apa itu, hanya mereka yang mengerti.

"Gue akan bilang ke kepala sekolah, nanti gue kabari lagi." Jawab Morgan yang akhirnya membuat semua teman kelas nya bernafas lega.

"Hm ..."

Cloe terlihat berkomat-kamit karena kini tengah mengeluarkan  sumpah serapah nya pada Faysa.

avataravatar
Next chapter