7 Penyelamat

Diperjalanan Fay mengantar Rio, mereka bercanda membicarakan sesuatu yang membuat mereka tertawa. Hingga Sampai di persimpangan jalan, saat berbelok Fay menemukan gadis yang sedang di ganggu oleh para lelaki bertato yang jumlahnya lumayan banyak sekitar sepuluh orang.

Fay menghentikan laju motornya dengan mendadak sehingga Rio yang ada di belakang nya menubruk Faysa seraya memeluk nya dari belakang.

"Apaan nih? Jantung gue?" Batin Rio bertanya akan apa yang ia rasakan.

"Rio, turun!"

"Hah? Lo mau nurunin gue disini?"

"Bukan, tuh!!!" Rio menatap ke arah tunjukan jari putih Fay.

"Hah? Itu kan si Gebby, anak kelas satu paling populer."

"Oh."

Tanpa Rio sadari setelahnya, Fay sudah menghilang dan mendekati gerombolan lelaki yang kini sudah mengepung Gebby.

"Lo gapapa?" tanya Fay pada Gebby, Gebby pun menggelengkan kepala nya

Pria bertato itu mentertawakan Fay dengan keras nya.

"Heh, lo anak laki-laki tapi suaranya menyek-menyek kayak perempuan. Hahahaha ..."

"Lo mau jadi sok pahlawan hah?"

"Belum tau kekuatan kita dia bos."

Salah!!!!

Mereka lah yang tak tau siapa Fay sebenarnya. Seringai dari Faysa membuat dua orang di antara sepuluh lelaki itu takut. Seolah tau itu seringai yang dipakai oleh seseorang yang sangat ahli dalam segala hal dan mampu meremehkan sesuatu.

"Bos, gue aja dulu yang hajar."

Fay menyiapkan kuda-kudanya dengan sangat tenang ia menangkis dan melawan mereka sampai akhirnya musuh tinggal tersisa tiga orang. Satu si bos dan dua orang yang memang takut karena melihat bibir Fay.

"Okey ... Selanjutnya!"

"Banyak omong lo, maju kalian berdua." Si bos memerintah walau terlihat dari mukanya ia mulai ketakutan.

Fay menggerakkan jarinya menyuruh mereka mendekat

Brruukk  ... kkrreekk ... bughh...

Suara tendangan, patahan dan bantingan terdengar begitu saja oleh sang bos. Anak buahnya terkapar semua tidak ada yang membantunya saat ini.

Slleetttt

Sang bos mengeluarkan pisau lipatnya dari dalam saku celananya. Fay yang melihat itu refleks memutar pergelangan tangan lelaki itu tanpa ampun hingga patah tulang. Fay langsung memukul perut dan juga memukul punggung si bos sampai terjatuh pingsan.

Rio terperangah dengan adegan semua itu bahkan Gebby pun tidak mengedipkan matanya barang sekali pun.

"Kak ...." Gebby seketika menghambur memeluk Fay.

"Gapapa, udah selesai, lo tenang aja. Jangan sampai ada yang tau masalah ini apalagi pihak sekolah. Termasuk temen kamu Gebby."

"Kenapa kak?"

"Pokonya jangan sampai  ... Dan lo juga Rio. Tutup mulut lo."

"O-ok okey ..." jawab Rio tergeragap.

"Fay ... Tangan lo!" Rio menunjuk kearah tangan dimana mengalirnya darah itu. Bahu.

"Bahu lo Fay!"

"Tenang aja, gue bisa urus ini. Tapi sorry ya yo gue mesti langsung balik. Lo anterGebby naik taksi, HARUS!"

"i-i iya."

"Nah Gebby, kamu pulang sama kak Rio ya. Sorry gue ga bisa nganterin lo."

"Iya kak Fay, makasih ya. Makasih banyak kalo ga ada kak Fay gak tau bakalan jadi apa aku ini." Gebby memeluk Fay lagi.

"Iyaa sana pulang, gue mesti obatin ini." Seraya memperlihatkan tangannya.

"Iya, kak Fay hati-hati yaaaa...."

"Hati-hati Fay, yakin lo bisa bawa motor lo ini?"

"Bisa, gue udah sering kaya gini."

"Bye. Sampai bertemu besok disekolah."

Gebby dan Rio melambaikan tangannya pada Fay kemudian mereka menunggu taksi. Setelah mendapatkan taksi, Rio mengajak Gebby mengobrol santai.

"Kak Rio, sebenernya kak Fay itu laki-laki atau perempuan sih?"

"Dari penampilan sih laki-laki, seperti yang kita lihat tadi kayak laki, cuma gue juga bingung soal suaranya, tapi ya udah lah, dia temen setia gue."

"Iya kak, untung ada kak Fay, dia jago banget ya, tapi tadi itu kenapa sama tangannya?"

"Ohh itu, gue juga gak tau sih luka awalnya cuma waktu tadi tanding basket dia kena cedera lagi. Dan sekarang dia kena lagi."

"Eemmm gara-gara aku ya?"

"Heyyy santai aja kali, Fay selalu ikhlas Gebb."

"Benarkah?"

"Iya, Fay, walaupun dia dingin dan tertutup dia selalu ingin melindungi orang, termasuk kaya kamu tadi."

"Iya... Apa aku boleh deket kak Fay?"

"Hmm mana kutahu, maksud gue deket dalam artian apa dulu? Lo mau gebet dia?"

Gebby nyengir kuda tapi terlihat sangat manis.

"Lo mau gebet tapi belum tau wajah aslinya kayak gimana?"

"Iya juga sih, kalo kak Rio tau?"

"Gue juga ga tau, gue selalu nunggu sampai dia mau nunjukin ke gue dengan sendirinya tanpa dipaksa."

"Iya juga ya kak, hargai privasi."

"Yang mana rumah lo?"

"Itu kak, yang pagar coklat."

"Oh beda beberapa blok sama gue, gue blok A."

"What?? Blok A? Bukannya disitu orang tajir semua ya kak?"

"Iya memang."

"Terus kenapa kakak pakai taksi?"

"Kepo deh lo, anak kecil."

"Ish... siapa lagi yang anak kecil, orang aku tuh ya beda satu tahun di bawah kakak."

"Sama aja itu lebih kecil."

"Stop pak, makasih ya kak Rio."

"Iya."

Gebby melambaikan tangannya pada mobil taksi yang masih membawa Rio menuju rumahnya.

Setelah sampai di rumah Rio langsung menghempaskan tubuhnya pada kasur king size miliknya. Kini harinya tambah berwarna karena adanya Fay yang selalu jadi temannya.

Rio bersyukur karena Fay mau menerima nya sebagai teman. Tapi perasaan itu, perasaan yang membuat Rio tidak bisa berbuat apa-apa seolah terhipnotis pada sosok Fay.

Rio menggeleng-geleng kan kepalanya

"Sadar Rio ... Dia itu cowok."

Dikamar lain, di rumah yang berbeda tetapi masih sama memikirkan Fay. Dia masih terbayang dengan apa yang di lihatnya tadi. Dia seolah terhipnotis pada sosok Fay. Fay yang selama ini dingin dan menyimpan banyak misteri ternyata dia seorang perempuan?

"Ohh God ...  Kenapa bisa seperti ini?"

Cantik, putih, rambut panjang hitam yang sangat indah, hidung mancung. Perfect !!! Kenapa gue selama ini ga sadar akan itu? Tapi kenapa dia menutupi identitasnya? Ah dan lukanya juga seperti luka yang habis tertusuk? Atau tertembak? Aakkhh ... semakin di pikirkan, bikin gue deg-degan. Apa Rio sudah tau Fay yang sebenarnya?" Memikirkan itu semua suatu ide terlintas di kepalanya.

~~~~~~

avataravatar
Next chapter