2 Gelisah

_______________________________________________

PERINGATAN: Cerita ini mengandung unsur Futanari dengan ukuran berlebihan dan proporsi yang konyol. Khusus 18 keatas, dan bagi yang tidak tertarik silahkan tinggalkan cerita.

.

.

.

.

.

Aku membuka mata dihari berikutnya, ini adalah akhir pekan yang menurutku akan sangat membosankan. Dengan rasa enggan, aku melangkah menuju kamar mandi, membersihkan diri untuk menjalani hari yang membosankan ini.

Setelah selesai membersihkan diri, aku membuka pintu kamar ku dan disambut oleh aroma segar dari masakan ibuku. Meskipun dulu aku menyukai aroma ini, tapi sekarang itu hanya akan mengingatkanku pada ayahku yang brengsek karena menghilangkan begitu saja.

Menuruni tangga dengan tergesa-gesa, aku pergi berjalan ke ruang tamu di mana aku bisa melihat ibuku bersenandung ria di dapur sambil dengan lihainya mengaduk-aduk masakannya.

Aku mengamatinya yang sedang memasak, Ibuku benar-benar seorang pekerja keras. Dia sangat konservatif, tetapi itu justru membuatnya lebih manis. Dia adalah wanita yang rapi, sopan, dan ramah. Semua orang mencintainya, karena dia selalu jujur ​​pada semua orang yang dia kenal. 

Dia benar-benar gambaran ibu dan istri sempurna yang melakukan segala yang dia bisa untuk anak dan suaminya bahkan dia juga adalah seorang wanita karier.

Dan seperti biasa saat libur akhir pekan ia akan mengenakan gaun berwarna cerah yang sampai ke bawah lututnya, begitu juga hari ini dia mengenakan yang berwarna kuning terang dengan bunga putih di bagian kiri dadanya.

Dia selalu berpenampilan seperti ini saat di rumah. Membosankan memang melihat penampilannya yang tertutup seperti itu tapi tetap saja, ibuku benar-benar cantik yang bahkan tak kalah dengan para gadis-gadis muda.

Aneh memang, di usianya yang tidak muda lagi, dia masih terlihat seperti wanita berumur 30-an. Menurutku ini mungkin berkat pola makannya yang sehat dan olahraganya yang teratur.

Saat sedang memperhatikan kecantikan dan lekuk tubuhnya yang menggoda seperti yang selalu aku lakukan, tiba-tiba dadaku menjadi sesak ketika aku mendengar ibuku menyanyikan melodi lucu yang aneh.

Bicara soal aneh, Ibuku memang sangat aneh belakangan ini. Itu dimulai sejak ayahku menghilang. Yang membuatnya aneh adalah dia terlihat terlalu gembira, seperti tidak merasa kehilangan sama sekali.

Ayahku benar-benar brengsek karena meninggalkan kami, tetapi bukankah seharusnya dia lebih sedih karena suaminya pergi menghilang begitu saja? Namun anehnya ibuku justru terlihat bahagia, seakan tidak terjadi apa-apa.

Memang benar bahwa aku belum benar-benar berbicara tentang apa yang terjadi dengannya. Ayahku baru saja menghilang sebulan yang lalu di pagi hari. 

Saat itu, ibuku bangun lebih awal membuat pancake untuk sarapan kami. Dan saat aku menanyakan dimana ayahku, ibuku anehnya menjadi gugup, dia tidak menjawab dan langsung pergi dengan panik, seperti telah terjadi sesuatu diantara mereka.

Segera setelah seharian tak terlihat, aku mulai menyadari bahwa ayahku tiba-tiba menghilang. Ketika aku mencoba bertanya kepada ibu tentang hal itu lagi, ia mengabaikan pertanyaan itu dan melanjutkan kegiatan sehari-harinya. 

Dua hari kemudian polisi datang karena kasus menghilangkannya ayahku setelah aku melaporkan hal itu ke kantor polisi. Tetapi setelah pembicaraan singkat dengan ibu, mereka pergi begitu saja. 

Aku tidak tahu ke mana ayahku pergi atau dimana dia berada saat ini, tetapi aku merasa ibuku tahu lebih banyak daripada yang aku tahu. Dia seperti menyembunyikan sesuatu dariku, sesuatu tentang apa yang terjadi dengan hubungan mereka.

Sesaat aku tersadar dari pemikiran ku tentangnya saat tiba-tiba aku melihatnya berhenti dari kegiatan memasaknya dan tersenyum ketika menyadari kehadiran ku. "Pagi sayang," sapanya lembut ketika ia menghampiriku dan membawakan kopi saat aku duduk.

"Oh, hai Bu." Jawabku gugup ketika melihat payudaranya yang luar biasa itu beristirahat diatas meja saat ia menyesap kopinya.

Ibuku tersenyum sesaat sebelum dia berkata, "Oh, bukankah ini hari Minggu. Ibu hanya ingin tahu, apakah kamu tidak akan menemui Natasha...?" Dia membuat topik pembicaraan. 

"Atau kalian masih belum berbaikan?" Dia melanjutkan saat seringai menghiasi wajah cantiknya.

"Uh...itu, aku juga tidak tahu....kelihatannya tidak. "

"Oh Astaga... Aku tidak menyangka gadis manis yang terlihat lezat sepertinya bisa melakukan hal sekejam itu padamu." Kata ibuku sambil menjilat bibirnya.

Pertanyaan dan komentarnya ini membuatku terkejut, sebelumnya aku tidak pernah berani berbicara tentang hal yang berbau seks karena ibuku akan marah jika aku membahas hal itu padanya. Tapi sekarang anehnya, Dia sendiri justru sebaliknya, ia bahkan tidak ragu mengatakan "gadis yang manis dan lezat" ketika ia bertanya soal kekasihku dan itu diikuti menjilat bibirnya dengan penuh nafsu. 

Sepertinya karakternya mulai berubah sejak menghilangnya ayahku. Beberapa hari ini dia bahkan menatapku dengan aneh seperti sekarang ini, dan itu membuatku tidak nyaman. "Bu, aku akan keluar sebentar!" aku cepat-cepat berdiri, meletakkan piring di wastafel dan bergegas keluar.

Saat berjalan pergi, aku merasakan matanya terus melihatku. Dia seperti pemangsa yang sedang melihat mangsanya.

"Baiklah hati-hati dan jangan pulang terlalu larut sayang!" jawabnya saat aku berlari keluar rumah.

Waktu berlalu dengan cukup cepat dan hari yang membosankan ini akhirnya bisa kuatasi, malam harinya aku tiba di rumah dengan terlambat. Aku membuka pintu dan melihat sekeliling gelap gulita, Sepertinya ibuku sudah tidur.

Aku berjalan ke dapur dan menghangatkan makan malam di microwave sebelum membawa makanan menuju ke kamarku. Ketika aku berjalan di lorong kamar, aku mencium bau musk yang sangat kuat memenuhi hidungku. 

Aku lantas melihat sekeliling untuk mencoba mencari sumbernya dan ternyata itu berasal dari kamar ibuku yang bersebelahan dengan kamarku tepatnya. Merasa pusing dengan aroma itu, aku langsung cepat-cepat pergi ke kamar ku untuk menyantap makanan yang aku hangatkan.

Setelah selesai makan, aku kembali memandangi foto yang sebelumnya di kirim oleh Natasha. Walau merasa tersakiti, hal juga membuatku terangsang setiap kali aku memikirkannya.

Aku cepat-cepat mencari lotion dan mengoleskan nya pada kemaluan ku yang sudah ereksi penuh untuk mulai bermasturbasi sambil melihat foto Natasha yang kacau karena dildo raksasa itu.

Meskipun di khianati, aku benar-benar terangsang melihat gambar itu dan kemaluanku bahkan berdenyut lebih keras dari sebelumnya ketika membayangkan dia menusuk dirinya dengan benda raksasa itu.

Gerakan tanganku semakin cepat saat aku mulai masturbasi dengan brutal. Itu tidak berlangsung lama sampai akhirnya aku mencapai batas ku, "Uh... Ohh,,, sial. Aku keluarrr!" Kataku sedikit berteriak saat aku mencapai orgasme ku.

Air mani keluar dengan bebas dari kemaluanku dengan jumlah yang terbilang sangat sedikit. Bahkan hanya meninggalkan beberapa noda di buah zakar ku.

Dan dalam kelelahan, aku membersihkan kemaluanku dan kembali mengenakan celana ku sebelum akhirnya aku tertidur.

*****

Hari berikutnya di kampus masih tetap membosankan bagiku, bayangan itu terus melintas di benakku. Pikiranku masih terguncang dari peristiwa saat Natasha mencampakkan ku.

Setelah kejadian itu,  aku tak pernah melihat Natasha lagi di kelas dan di manapun.Ia benar-benar tidak masuk kuliah sejak saat itu dan teman-temannya juga tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padanya.

Hari itu aku pulang terlambat, tiba di rumah malam hari karena harus menyelesaikan tugas yang diberikan untuk menambah nilai ku yang anjlok. Membuka pintu, aku disambut oleh Ibuku yang berada di dapur dengan senyumnya, "Sayang, selamat datang!" Dia berkata dengan gembira. 

"Bagaimana harimu, Sayang?" Dia bertanya setelah menyelesaikan masakannya.

Sepertinya ibuku juga baru tiba dirumah, terlihat jelas karena ia masih mengenakan pakaian kantor yang biasanya terdiri dari rok panjang berwarna gelap dan blazer yang disesuaikan khusus di atas blus putih yang tidak mampu menyembunyikan lekuknya.

Dia memakai celemek , membuatku kesal karena tidak bisa melihat belahan dadanya yang luar biasa besar itu. Kali ini Rambut coklatnya yang indah ia biarkan tergerai melewati bahunya. Ia mengenakan kacamata yang selalu ia kenakan saat bekerja. Namun itu jelas menambah kecantikannya,

Aku terus menatapnya sampai tiba-tiba suaranya mengalihkan perhatian ku." Justin, apakah ada yang salah dengan ibu?" Katanya memiringkan kepalanya dengan penasaran.

"Oh, tidak...tidak apa-apa, Aku hanya merasa.... Ibu sangat cantik," aku berkata sedikit gugup.

"Oh benarkah? terimakasih, Sayang!" Dia tersenyum bahagia.

Setelah ia selesai membuatkan makan malam untukku, ia mengatakan ingin beristirahat lebih awal kepadaku sebelum pergi ke kamarnya. Meninggalkan aku dalam keheningan saat menyantap makan malam.

Setelah selesai makan dan membersihkan piring, aku berniat menuju kamarku sebelum sebuah suara yang berasal dari pintu kamar ibuku membuat ku berhenti di lorong kamar. Suara itu sangat aneh, terdengar seperti seorang tersedak. Aku begitu khawatir dan langsung meraih kenop pintu, tetapi pintunya terkunci. Dari sisi lain tiba-tiba suara aneh itu berhenti.

Aku mendengar ibuku berbicara, "Aku baik-baik saja, Justin, jangan khawatir!."

Aku merasa lega dan meninggalkan pintu setelah mendengar jawabannya sebelum rasa lega itu hilang ketika aku kembali mendengar suara "Shluuuuurp" basah yang sangat keras dan lambat melalui pintunya.  

Aku mengetuk lagi, "Bu, apa itu? Apakah ibu baik-baik saja?" Aku bertanya karena khawatir.

" Bukan apa-apa Justin, Ayo tidurlah...!" Hanya jawaban itu yang kudapat darinya.

Namun aku masih penasaran dengan apa yang terjadi di dalam. Aku berdiri di pintu menunggu untuk mendengar suara itu datang lagi dan kali ini suaranya justru jauh lebih keras, dan lebih lama dari sebelumnya.

Sesaat kemudian suara-suara itu menghilang dan diikuti oleh suara yang terdengar seperti sebuah daging basah menampar sesuatu di kamarnya. Setelah itu, suasana kembali hening lagi.

Aku penasaran dengan apa yang terjadi di kamar ibuku. Tetapi setelah itu, suara itu tak terdengar lagi hingga akhirnya aku memutuskan untuk melanjutkan langkahku menuju kamar ku.

Sesampainya di kamar aku menyalakan lampu dan melihat jam yang ada di dinding masih menunjukkan pukul delapan malam. Masih terlalu awal untuk tidur menurutku.

Suasana sangat sunyi saat aku berbaring di tempat tidurku sebelum sebuah suara pesan masuk dari Natasha mengagetkan ku. Aku segera buru-buru membuka dan membaca isi pesannya.

"Inilah yang aku butuhkan... Bukan pecundang seperti dirimu..!"

.

.

.

.

.

Terimakasih...

Silahkan tinggalkan komentar dan berikan suara anda...!!

avataravatar