1 BAB 1 [MMH]

"NAK.. RANIA BANGUN CEPET DAH SIANG LO," teriak Mama Rania dari bawah.

"Iya ma bentar"

Rania Zefananda anak sulung dari perut mamanya di buat dengan benih terpercaya papanya, sedangkan anak bungsu bernama Naliya Zefananda, masih terlalu young untuk mengerti semua.

Seperti pagi yang biasa saja, sebelum mamanya teriak, Rania membuka aplikasi pencuci matanya, Instagram. Rania melihat salah satu cuplikan video pernikahan salah satu Angkatan Laut.

"Wah gila gila bagus bat woi, nikah di gedung pulak, terus pengawalnya bawa pedang pora. By the way ngapain gua ga cari cowo angkatan, kan pasti seru hehe," senyum Rania.

Setelah mendapat teriakan, Rania auto pergi ke kamar mandi. Hari baru sekolah baru, yoi SMA PELITA INDAH dimana semua cerita Rania di mulai.

Rania membuka grup chat nya yang berisi teman seperjuangan a.k.a sahabat.

DAKJOLS GIRLS (Grup Chat)

Saya:

Weh gila excited gw

Ajeng:

Kenapa woi?

Diana:

Ketemu mas taruna kan lo

Saya:

Ngga gitu, dungu ah kelen

Ajeng:

Lalu

Saya:

Jadi kan kita masuk SMA paporit nih, gua masuk kelas bahasa cuy, akhirnya gua terbebas dari belenggu matematika.

Diana:

Weh iya kah? Liat dari mana Lu?

Saya:

Ada weh di grup MPLS dikirim barusan, coba liat ndiri.

Diana:

Weh iya loh ada, sekelas kita we, bertiga lagi

Ajeng:

Loh iya lo, bentar mang gua sepiceles.

Saya:

Bay gua beragkat dulu, maw jadi anak rajin.

Ajeng:

Dah siang ini woi, gua kek orang ilang sendirian, cepetan otewe, berlaku buat lu juga ya Diana.

Read

Tidak lama kemudian Rania sampai di depan kelas. Upacara penerimaan siswa baru akan di mulai.

"Weh yampun tambah comel aja lu Ran," ucap Ajeng sambil mencubit pipi Rania.

"Sakit dakjal!! Heh Diandol tangan lu mau gua potong?" tatap sinis Rania karena tangan Diana seenak jidat mangkir di kepala Rania.

"Maaf maaf ga kelihatan lu nya hehehe..," balas Diana cengengesan

Saat semua siswa mendengar suara mic dari salah satu guru, secara otomatis semua siswa berbaris sesuai kelas yang sudah di tentukan.

Upacara dimulai, semua siswa terlihat serius mendengarkan amanat kepala sekolah. Tiba-tiba ada beberapa siswa lagi gibahin Rania.

"Weh weh yakin tu anak SMA, kecil bat,"

"Ga cocok we, beneran,"

Rania yang mengetahui hal itu menoleh, menyimak gibahan. Saat mereka berdua ternotice Rania langsung memberikan senyuman, bukan senyum yang friendly tapi senyum yang seakan mengatakan 'gibahin aja gua teros kalo mau gua sobek mulut lu'.

Upacara selesai, semua siswa masuk ke kelas masing masing dengan suasana yang masih terasa asing.

Rania, Diana, dan Ajeng duduk satu deret dengan meja dan kursi jomblo alias duduk sendiri. Semua siswa terpana melihat salah satu guru masuk kelas. Rania langsung menganga melihat guru tersebut

'Damn, Parah ini guru apa jodoh gua sih , ganteng bat woii. Ehh Ran sans ingat mas taruna adalah prioritas'   batin Rania.

"Pagi anak-anak, Perkenalkan saya Pak Johan, saya adalah wali kelas kalian sekarang dan saya mengajar bidang sosiologi.  Sebelum itu saya ingin mengenal kalian semua, jadi perkenalkan diri kalian. Emm mulai  dari belakang," pinta Pak Johan.

Semua siswa mengenalkan diri dengan sopan dan fokus, dan sekarang giliran Ajeng mengenalkan diri.

"Emm nama saya Ajeng pak, hobi saya lihat cowo ganteng hehehe..." ucap Ajeng cengengesan.

'Astaga god help ma prend plis, prontal sekali lu jeng' batin Diana dan Rania.

"Maksudnya?" tanya Pak Johan kebingungan

"Ya kan kalo liat cowo ganteng mata saya seger pak udah ga perlu insto hehe.."

"Ohh ya saya faham, sama saya juga kok,"

'WALAS GUE JUGA GA SEHAT YA LORD HELP' batin Diana dan Rania kaget.

Perkenalan selesai, sekarang adalah waktu pembelajaran Pak Johan. Pak Johan meminta pembelajaran pertamanya untuk berkelompok dengan alasan agar cepat mengenal teman sekelas satu sama lain. Semua  tidak bisa menentukan kelompoknya sendiri, kelompok di tentukan dengaan hitungan mulai dari depan, menyebutkan angka 1-8.

Setelah semua mendapat kelompok seluruh siswa membuat formasi sesuai urutan nomor. Rania, Diana, dan Ajeng tidak satu kelompok jadi mereka duduk terpisah. Rania memulai membuka pembicaraan.

"Hai nama gua Rania,"

"Oh hai gua Abi, salken ya," balas abi

"By the way sebelum ngerjain tugasnya bincang ringan dulu kali ya biar ga terlalu canggung,"

"Boleh boleh, lu tinggal dimana?"

"Oh gua? gua tinggal di rumah beratap,"

"Engga bukan gitu maksutnya Rania, alamat rumah. Kali aja kapan-kapan bisa gua anterin pulang," Abi mengeluarkan senyum andalannya membuat cewek manapun meleleh.

"Oh gua tingga di komplek Dandelion,"

"Oh deket dong, bisa kali ya gua nganterin lu pulang,"

"Boleh kok, emm cita-cita lu apa?"

"Gua sih rencananya lulus SMA mau jadi Angkatan Laut,"

'Waw bund impresive, good Rania. Finally I'm find him' batin Rania senang.

"Hmm gitu ya, kalo gua sih mau jadi do-,"

"Rania, Abi kerjain tugasnya sekarang ngomongnya boleh nanti," potong Pak Johan

Rania dan Abi menyelesaikan tugasnya dengan cepat, ya memang karena mereka cerdas. Setengah pelajaran selesai, sekarang waktu semua siswa istirahat.

"Ehm Ran, Lu mau ke kantin bareng gua?" tanya Abi

"Eh Abi, engga bi gua bawa bekal, maaf ya next time deh," senyum Rania.

"Oke deh," balas Abi langsung pergi ke kantin.

Diana dan Ajeng melirik Rania dengan tatapan penasaran.

"Waduh duh duh, sapa tuch" jawil Diana.

"Keknya seneng banget tu muka," lanjut Ajeng

"Woii astaga seneng banget gua, kelen tau cita-citanya jadi Angkatan Laut dong astaga,"

"Sumpa? Demi apa?" kaget mereka berdua.

"Iya woi kan gua tadi satu kelompok ama dia kan ya trus kek bincang ringan gitu weh,"

"Baguslah kalo gitu, Pak Johan buat gua aja," ucap Diana senang.

"Enak jidat aja lo, punya gue ya," sanggah Ajeng.

Bel  masuk berbunyi, semua kembali melanjutkan pelajaran. Pada jam 13.00 semua siswa pulang sekolah, karena Rania kelamaan nunggu sopir nya datang, ia terpaksa jalan kaki. Baru beberapa langkah, di belakang ada orang manggil namanya.

"Eh Abi, baru pulang?"

"Iya tadi ada urusan sebentar, lu jalan kaki?"

"Iya ga ada yang jemput,"

"Gua anterin pulang ayo,"

"Eh boleh nih?"

"Boleh kok ayo," ucap Abi sambil melepas jaket dan mengenakannya di pinggang Rania.

Muka Rania dan muka Abi semakin dekat, tak sengaja mereka bertatapan, langsung muka Rania memerah, beda dengan Abi yang  dapat mengedalikan ekspresi.

"Udah, yok,"

"E..eeh..i-iya,"

Rania agak sulit menaiki motor karena tubuhnya yang pendek. Abi membantu Rania naik motor dengan memegang tangan Rania.

'Aduh bund panik gua panik, di cuci ga ya tangan gua' batin Rania.

Diperjalanan semua terasa canggung, tiba-tiba Abi berhenti di pinggil jalan dan memakirkan motornya.

"Bentar ya sini dulu gausah turun" Abi masuk ke dalam restoran, sedangkan Rania masih cengo. Tak lama kemudian Abi membawa bungkusan.

"Nih gua beliin seafood, dimakan ya," senyum Abi.

"E..Eh.. a-ap.. apa? gausah repot-repot Abi, makasih,"

"Iya sama-sama," Abi tertawa ringan lalu mengusap kepala Rania.

Rania yang tidak bisa mengendalikan ekspresi auto muka kek tomat. Akhirnya mereka berdua sampai di depan rumah Rania. Baru saja Rania menempelkan telapak sepatunya di aspal ada orang nyeletuk.

"Wah siapa tuh, cowo baru ya? Gonta ganti aja terus dasar murah,"

avataravatar
Next chapter