webnovel

Ramalan

Di kerajaan vampir selalu dalam keadaan gelap. Matahari selalu tertutup gumpalan awan sebab mereka menolak kehadiran sang surya yang dapat membakar tubuh mereka. Tidak tahu kapan pagi dan malam. Sama halnya dengan bangsa immortal lainnya, mereka juga berpatokan pada perhitungan waktu negara yang mereka jadikan akses penghubung antara dimensi yang mereka tinggali dengan bumi.

Noura siap berangkat ke kafe. Dia selalu berangkat pagi buta supaya tidak ada manusia yang melihat dia yang tiba-tiba sudah berada di hutan yang berada di dekat kafe.

Noura ke dunia manusia melalui pintu rahasia yang ada di kamar ibundanya, yang digunakan ibundanya keluar masuk istana tanpa diketahui oleh siapa pun. Pintu tersebut dapat mengantarkan penggunanya langsung ke tempat tujuan.

Siapa saja yang mengetahui tentang pintu rahasia tersebut? Yaitu hanya Noura, Carlen, Vander, Aaron, dan Letizia.

"Putri Noura, maaf, hari ini aku tidak bisa mengantarmu." Vander seperti biasa menghalangi jalan Noura yang sedang dikejar waktu.

Noura memutar bola matanya malas. "Memangnya kau pernah mengantarku? Baru kemarin, ingat itu!"

Vander menyengir.

"Permisi, aku sedang buru-buru." Noura meninggalkan Vander yang bergeming di tempat. Sebenarnya kakinya gatal, dia ingin ikut dan menjaga Noura, tapi Carlen tidak memperbolehkannya.

*

"Selamat pagi," sapa Arva yang sudah siap menyambut pengunjung.

"Pagi." Noura meletakkan tas selempangnya di meja kasir. "Alpha Leon?" Dia baru menyadari Leon yang dari tadi berdiri di sampingnya.

Leon berada di kafe merupakan pemandangan biasa. Jika sedang mengunjungi Arva, Leon akan menemani Arva seharian di kafe dan membantu bekerja sebagai pelayan atau kasir. Ya, jadwal Leon sudah terbaca oleh para pengunjung kafe yang wanita. Saat Leon datang membantu, penggemar wanitanya akan datang. Membuat omset penjualan meningkat tajam, tentu itu sangat menguntungkan.

"Selamat pagi, Putri Noura." Leon mengulas senyuman lebar.

"Selamat pagi, Alpha Leon." Noura membalas tersenyum.

"Saya punya teman yang jomlo akut, sudah beratus-ratus tahun lamanya tidak kunjung memiliki kekasih. Mungkin, Anda mau berkenalan dengannya?"

Noura menaikkan satu alisnya. "Dia manusia?" Leon menggeleng. "Lalu?" Leon hanya menunjukkan senyum misterius.

Noura mengerutkan dahinya. Dia hendak bertanya, tapi Arva memanggilnya, Noura mengurungkan niatnya. Dia penasaran, tapi dia menebak, pastilah seorang werewolf. Memangnya Leon punya teman manusia atau teman dari bangsa immortal lainnya?

**

"Putri Noura, nanti aku akan pergi bersama Leon. Kamu tahulah, aku dan dia bertemu dua minggu dalam sebulan." Arva menyeruput es jeruk. Noura duduk di sampingnya. Seharian ini, Noura dan Arva menjadi pelayan. Diusir oleh Leon dari meja kasir karena lelaki itu ingin menjadi tukang kasir.

"Ya, makanya cepat menikah," ucap Noura datar.

Arva tertawa. Noura melirik bosan, reaksi Arva jika dia bilang, 'makanya cepat menikah', pasti Arva akan tertawa. Apa yang lucu?

"Nanti kalau aku menikah, kamu sendirian. Kamu harus cepat punya kekasih. Supaya kehidupan abadimu itu tidak selalu dipenuhi dengan kesepian." Arva berbisik.

"Cerewet." Noura merengut kesal. Dia tidak suka bila disinggung mengenai kekasih. Bukannya tidak ada yang mau bersamanya, tapi karena dia sudah dijodohkan dengan Vander. Baru saja dilahirkan ke dunia, dia langsung dijodohkan. Alasannya supaya generasi vampir murni tetap terjaga. Membuat dia tidak bisa melirik vampir lain. Matanya hanya boleh melihat ke arah Vander. Dia tidak suka dipaksa seperti ini, tapi apa boleh buat? Dia tidak bisa menolak.

Arva tertawa terbahak-bahak.

Noura mengerutkan dahinya. Sepertinya hari ini Arva sedang mengalami gangguan kesehatan. Tidak ada yang lucu, tapi tertawa.

"Kamu tahu, tentang ramalan penyihir tahun 1150?" tanya Arva setelah menyelesaikan tawa yang tidak tahu apa penyebabnya itu.

"Ramalan penyihir?" jawab Noura malas.

"Tahu tidak?" Arva menyenggol lengan Noura, yang membuat Noura hampir jatuh jika tidak ditahan oleh Arva. Kali ini Arva mempergunakan kekuatannya.

"Iya, tahu. Memangnya kenapa?" Noura acuh tak acuh. Dia tidak mengingat apa pun isi ramalan penyihir tahun 1150 itu. Sudah lama sekali dia tidak mendengarnya. Terakhir dia mendengar Ferin membicarakan ramalan penyihir itu ketika dia berusia seratus tahun. Ah, Carlen, kakaknya itu juga akhir-akhir ini sedang sibuk mencari kertas ramalan. Entah untuk apa.

"Tahu apa isi dari ramalan itu?" tanya Arva serius.

"Mengenai vampir dan werewolf yang ditakdirkan bersama?" Noura berucap ragu.

Arva mengangguk. "Kamu percaya tidak, kalau ramalan itu akan terjadi?"

Noura menaikkan alisnya. Benar terjadi? Apa ini artinya, ada vampir yang merupakan mate dari werewolf? Itu bukan hal biasa baginya. Beberapa kali Noura melihat di Hutan Appalachia, vampir dan werewolf berduaan di balik batu atau di antara pepohonan. Entah itu sedang bercumbu atau sekadar mengobrol mesra.

"Percaya tidak percaya. Memangnya kenapa?"

Arva menganga saat mendengar jawaban tidak peduli Noura. Bagaimana bila nanti kakaknya datang dan mengatakan kalau Noura merupakan mate-nya? Arva menggelengkan kepala, tidak boleh memikirkan hal yang belum tentu terjadi. Pasti kakaknya berhasil membuat Noura percaya.

"Percaya tidak, kalau ada penyihir yang masih hidup?" Arva mengalihkan topik pembicaraan.

Noura terdiam. Raut wajahnya sempat terkejut, walau kembali dia normalkan. Noura memasang wajah datar. Pandangan mata Arva tidak berpaling dari Noura. Sedangkan Noura masih menatap ke luar jendela, melihat kucing sedang berantem.

Beberapa detik kemudian. Noura menghela napas panjang. "Aku tidak tahu pasti, tapi aku pernah dengar dan jika ingatanku tidak salah mengingat. Ya, katanya ada yang masih hidup dan dia ada di dunia manusia. Berpura-pura menjadi manusia." Noura berucap lirih.

Arva memelotot. Dia tidak salah bertanya. Dia bertanya pada yang tepat, pasti Noura akan memberi tahunya.

Noura memiringkan kepalanya. "Memangnya kenapa? Kenapa tiba-tiba kamu bertanya mengenai hal itu?"

Arva tersenyum kikuk. "Tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu saja." jawaban Arva tidak membuat Noura puas. Itu jawaban macam apa, jelas-jelas tadi Arva sangat serius. Wajah Arva seperti sedang menyembunyikan sesuatu.

Leon dari kejauhan terus menajamkan pendengarannya, dia mendengar semuanya.

Arva mengangguk paham. "Tapi bagaimana caranya untuk menemukan penyihir itu?"

Noura mengedikkan bahunya. "Aku tidak tahu. Kenapa kamu ingin bertemu dengan penyihir?"

"Aku ingin mencari tahu secara jelas dan lengkap mengenai ramalan tahun 1150," ucap Arva jujur. Dia ingin tahu isi lengkap dari ramalan tahun 1150. Sejujurnya, bila tadi Noura mengatakan kutipan yang ada di salah satu kertas ramalan. Arva ingin memberi tahu isi dari kertas ramalan yang Dafa dapatkan dari Chugach Pack, tetapi nyatanya Noura tidak mengatakan apa pun.

Noura mengerutkan keningnya, melihat ekspresi wajah Arva yang sangat serius.

"Kenapa kau memberitahukannya padaku?" tanya Arva, keheranan. Ini informasi yang sangat rahasia, tapi Noura seperti tanpa beban mengatakan semuanya padanya.

Noura terdiam sejenak. Menatap kosong ke arah meja. Itu hanya informasi biasa. batinnya.

Arva menunggu jawaban Noura.

"Memang saat ini aku sedang mempertaruhkan nyawaku. Tapi jika kamu dan ...." Noura menoleh ke arah Leon yang sedang berdiri di depan meja kasir menatap mereka berdua. Leon terkesiap kaget, dia ketahuan basah sedang mendengarkan pembicaraan keduanya. "Leon," lanjut Noura. Arva menatap Leon tajam, jadi dari tadi Leon menguping, kebiasaan. "Jika kalian diam. Aku akan aman." Noura menatap Arva.

Arva menelan ludahnya. Tatapan Noura sangat serius. Matanya sedikit berkilap kemerahan, Arva dapat melihatnya walaupun hanya sekilas.

Arva mengangguk. Dia tahu, pasti ada tujuan lain Noura memberi tahu kepada dirinya mengenai para penyihir. Dia tidak akan mengecewakan kepercayaan yang Noura berikan kepadanya. Dia selalu menjaga segala rahasia milik Noura.

Arva membulatkan tekadnya. Dia yakin, Noura dan kakaknya dapat bersama. Dia siap membantu kakaknya agar dapat bersama Noura. Ya, dia dan Dafa sudah saling berjanji. Akan mendukung dan melakukan apa saja supaya Orlan dan Noura dapat bersatu.

***

"Alpha, Anda akan menemuinya?" Dafa melihat Orlan berjalan menuju mobilnya. Orlan menoleh ke belakang, Dafa tengah berdiri tak jauh darinya.

"Kenapa? Bukankah itu yang kau inginkan?" Orlan berkata dingin.

Dafa menggaruk kepalanya seraya menyengir lebar. "Silakan, selamat berjuang. Saya selalu mendukung Anda, Alpha." Dafa menyemangati Alpha-nya, Orlan tersenyum samar.

"Terima kasih. Jika nanti ada yang mencari saya. Bilang saja, saya ada urusan bertemu klien," ucap Orlan, lalu memasuki mobil berwarna hitam metalik miliknya itu.

"Siap, tenang saja Alpha." Dafa tersenyum senang. Dia tidak pernah melihat wajah Alpha-nya secerah itu. Selama ini wajah Orlan selalu datar dan sangat dingin. Dafa akan selalu mendukung dan melakukan apa pun supaya Alpha-nya itu dapat bersama dengan mate-nya. Walaupun mate-nya merupakan tuan putri dari Kerajaan Vampir Appalachia. Meskipun nama Alpha-nya dan putri Noura yang tertulis di kertas ramalan penyihir tahun 1150 dan entah apa yang akan terjadi jika mereka berdua bersama. Tapi Dafa tidak peduli. Dia ingin melihat Alpha-nya bahagia bersama mate-nya.

Orlan menancap gas, meninggalkan pack. Senyum samar terpasang di wajah tampannya. Jarang sekali dia tersenyum bahagia seperti ini. Jantungnya berdegup kencang membayangkan wajah Noura yang sedang tersenyum manis padanya. Padahal baru pertama kali bertemu dengan Noura itu saja hanya beberapa menit, tapi pertemuan itu sukses membuat dia tidak bisa tidur. Memikirkan mate-nya sepanjang hari. Apalagi Jay terus berseru di pikirannya memanggil nama mate mereka. Orlan dan Jay sepakat, mereka berdua akan berjuang.

Tidak peduli dengan ramalan penyihir tahun 1150. Ramalan itu hanya dilakukan oleh para penyihir yang kurang kerjaan.

Tidak peduli apa yang akan terjadi jika dia dan Noura bersama. Apa reaksi bangsa werewolf dan bangsa vampir, dia tidak mau memikirkan hal itu.

"Aku akan mempertaruhkan nyawaku. Bila nantinya hubungan ini akan menyebabkan perang ketiga. Aku akan membunuh siapa pun yang menghalangi hubungan kita. Aku akan membunuh warga pack yang menolak kehadiran Luna mereka, yang ternyata vampir. Kau bisa pegang janjiku itu, Orlan."

Jay berkata dengan penuh keseriusan. Dia tidak berbohong. Dia tidak peduli dengan siapa pun itu. Jika ada yang menghalangi hubungan mereka dan menolak kehadiran mate mereka. Dia tidak akan segan-segan dan tidak perlu berpikir dua kali, dia pasti akan membunuh orang itu.

Orlan mengulum senyuman. Kenapa Jay menjadi romantis begini? Aneh sekali. Ke mana sifat Jay yang menyebalkan itu? Setelah bertemu mate mereka. Jay langsung berubah bijak. Ya, walaupun pikiran kejamnya masih ada.

Orlan bisa melihat di dalam sana. Jay sangat tegang, duduk dengan tegap. Biasanya serigalanya itu suka sekali rebahan dan berguling ke sana kemari.